Coach Alex berdiri sambil memperhatikan pertandingan dari pinggir lapangan. Kedua tangannya bersedekap lalu mengepal kencang, hingga kuku-kukunya menusuk kedua tangan. Anak-anaknya duduk di bangku cadangan, bisa mengetahui pelatihnya juga mengalami masalah tersendiri. Namun mereka tak ingin menambah masalah lagi atau ikut campur permasalahannya. Coach Alex kini menggertakkan gigi, terlihat sangat kesulitan menahan rasa sedih dan amarahnya ketika pikirannya sejenak terbayangkan kondisi Arya yang berbaring di atas kasur.
Tak lama kemudian pertandingan dimulai, jump ball masih bisa dimenangkan oleh Kevin sebagai center. Dengan absennya Marlon sebagai shooting guard utama, kini harus digantikan oleh salah satu mahasiswa semester tiga. Sehingga tak ada mahasiswa semester pertama yang menjadi pemain inti. Melihat kelima pemain itu sudah lama terjun ke dunia basket, tentu pengalaman terbilang cukup, tinggal sisanya bagaimana mereka menyatukan hubungan antar pemain selama pertandingan.