"Suatu saat seseorang pasti berubah, dan aku tentu mengetahui hal seperti itu." Tatapan Storm penuh dengan kekecewaan.
"Tetapi aku tidak menduga bahwa orang itu adalah salah satu orang yang sangat dekat denganku. Seseorang yang sudah aku anggap seperti saudara sendiri."
Ucapan Storm tentu merujuk pada satu orang. Pemuda yang duduk pada kursi ke tujuh. Tatapan pun seketika terarah pada Malik.
Siapa lagi yang dianggap saudara, kalau bukan Malik?
"Ada apa?" Beberapa orang bertanya-tanya.
Selama ini hubungan Storm dan Malik sangat baik, bahkan pemuda itu tetap memercayai Storm meski orang-orang meragukan dirinya. Ia bahkan menolak untuk dijadikan sebagai pengganti Storm, pria itu tetap berada di pihak Storm. Lalu apa yang terjadi saat ini?
Tatapan Malik tenang seolah dia sudah tahu bahwa cepat atau lambat, Storm akan membahas hal ini.
"Diam-diam melawanku. Apa kalian tahu apa artinya itu?" Mata Storm berkilat-kilat penuh emosi.