Unduh Aplikasi
0.69% Anindira / Chapter 2: Mabuk (21+)

Bab 2: Mabuk (21+)

Dira datang dengan langkah gontai, tidak bersemangat sama sekali, keadaan sudah tidak bersahabat dengannya, membuatnya putus asa. Dira duduk tanpa memperdulukan Nida yang sudah datang dan sedari tadi menatapnya,

"Dira, pagi- pagi sudah lesu saja, ada masalah?" tanya sahabatnya Nida penasaran, dan Nida merasa bodoh sendiri telah bertanya demikian kepada Dira, jelas masalah Rey belum selesai dan sepertinya tidak akan pernah selesai.

"Nanti setelah kerja kita bicara," Jawab Dira, lalu termenung di kursinya, Nida melihat tatapannya kosong, seakan tidak mempunyai harapan sedikitpun. Tapi Nida mengerti dan tidak bertanya lagi, lalu mulai bekerja.

Setelah memegang pekerjaannya Dira seperti dua sosok yang berbeda. Begitu cekatan dan berwibawa. Makanya, Maya suka dengan Dira, Dira karyawan yang cerdas juga disiplin, tentu saja hasil kerjanya tidak pernah mengecewakan Maya. Waktu cepat berlalu dan jam pulang kerja tiba.

Dira berjalan bergandengan bersama Nida, "Ke klub yuk!" Ajak Dira yang di sambut dengan keheranan di wajah Nida,

"Biasanya aku mengajakmu dan kamu tidak pernah mau," Nida mengerutkan keningnya. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Dira, Dira hanya menatap Nida seperti memohon,

"Ya... ya ... baiklah, lagian besok sabtu, kita bisa tidur sepuasnya besok." Nida tidak bisa menolak ajakan Dira lalu keduanya masuk ke klub terdekat, setelah berganti pakaian tentunya.

Dira sengaja duduk di tempat paling pojok, berharap tidak ada orang yang tahu kesedihannya.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Nida,

"Wine aja Nid," Nida kemudian memesan wine dan Dira mulai meminumnya,

"Katakan!" perintah Nida, menatap tajam kearah Dira, dengan tatapan menyelidik.

"Aku sudah merelakan dan melepaskan Rey Nid, hari ini aku mengajukan gugatan cerai kepengadilan." Nida melotot, hampir saja tersendak wine yang sedang di minumnya.

"Kamu menyerah setelah kamu memperjuangkannya selama ini? Kamu gila Dira?" Nida masih menatap tajam sahabatnya, dia tau Dira bukan type orang yang pantang menyerah.

"Tidak sepenuhnya Nida, justru aku membuatnya lebih baik, Aku melepasnya untuk kehidupan barunya, aku menukarnya dengan uang 2 M, dengan syarat Aku menikah dengan anak Bu Maya dan menggugat cerai Rey." Nida melongo mendengar apa yang Dira katakan,

"Itu artinya..." Nida tidak melanjutkan kata- katanya,

"Rey akan tetap ku obati tapi, tapi... Aku tidak akan memilikinya lagi, hari ini Rey membutuhkan biaya pengobatan sekitar 200jt, Rasanya jika aku menjual diripun tidak akan mendapatkan uang sebanyak itu Da, tapi setidaknya dengan uang dari Bu Maya, aku masih terlihat seorang wanita terhormat, walaupun dalam kenyataannya sama, menjual diri bahkan menjual hidupku." Air mata Dira mulai membanjiri pipinya, Dira menangis tanpa suara. Nida tersentak mendengar ucapan sahabatnya lalu memeluk Dira erat,

"Maaf, aku tidak bisa membantumu memecahkan masalah ini, hingga kamu terjebak dalam situasi seperti ini." Nida juga ikut meneteskan airmatanya sangat bersimpati dengan keadaan Dira.

"Selama ini, kamu telah banyak membantuku, Terimakasih banyak. Untuk masalah Rey, sepertinya hanya dengan uang Bu Maya, Rey terselamatkan." Dira meneguk wine di gelasnya hingga habis lalu kembali menuangnya.

"Kamu jangan banyak minum Dira, kamu belum terbiasa minum banyak." Cegah Nida, namun Dira tidak menghiraukan peringatan Nida, hingga Dira berakhir ambruk tidur di meja bar.

Nida menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal, bingung harus berbuat apa karena ulah sahabatnya ini,

"Temanmu kenapa?" Nada suaranya sangat sopan dan pelan, Nida berbalik lalu menatap seorang pria tinggi besar, berdiri tidak jauh darinya, Nida sempat terkesima karena plusnya lagi pria itu tampan, Nida meneliti wajah pria itu dari ujung kepalanya, rambutnya hitam tebal, alisnya juga tebal, mata belo, hidungnya mancung dan Nida menelan air liurnya saat melihat bibirnya yang tipis kemerahan sangat menggoda, dan sialnya lagi tubuhnya memanas kala membayangkan bibir mereka saling menyentuh.

Setelah sadar dari lamunan mesumnya, Nida mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menjawab pertanyaan pria itu.

"Mabuk." Jawab Nida,

"Mau ku bantu biar ku antar pulang?" Nida nampak ragu dan menatap kembali pria itu dari atas sampai bawah untuk memastikan. Tapi, jika di culik sekalipun dengan yang model pria di depannya ini Nida pasti dengan senang hati pasrah. Lagi- lagi otak Nida gesrek.

"Ini paspor aku, pegang saja sampai ketempat tujuanmu sebagai jaminan." pria itu seakan tau keraguan Nida.

"Aku Kin, Ayo aku bantu." Kin, segera

memapah Dira dan berjalan menuju mobilnya,  

"Rey...Maaf...aku harus melepasmu." Dira menatap Kin dengan lembut bahkan mencium pipinya, membuat wajah Kin seketika merona.  Kin menempatkan Dira di jok belakang, tapi Dira lagi- lagi memeluk Kin dan tidak mau melepasnya,

"Diamlah Rey... Setidaknya untuk malam ini, karena malam- malam seterusnya aku akan menjauh darimu..." Dira berbicara dengan raut wajah penuh kesedihan. Kin tidak tahan melihatnya, lalu menatap Nida,

"Apa kamu bisa menyetir?" Nida haya mengangguk dan mengerti situasinya. Kin memberikan kunci mobil kepada Nida lalu menutup pintu mobil belakang.

"Aku mencintaimu..." ucap Dira, lalu beberapa kali mendaratkan ciuman di bibir Kin sangat lembuat, membuat Kin juga terbawa suasana, setelah melepaskan ciumannya, Dira tersenyum manis, sangat manis menatap Kin,

"Kamu sudah ada di hadapanku dan baik - baik saja, apakah kamu akan melakukannya sekarang? anggap saja ini malam pertama kita yang belum sempat kita nikmati," Suara Dira sangat lembut, membuat tubuh Kin memanas, sungguh rasa yang baru pertama dia rasakan sangat menggodanya, walaupun sering berada di antara banyak wanita, hanya Dira yang mampu meluluhkan hatinya.

"Diraaaa... Dia bukan Rey?" Nida setengah berteriak,

"Siapa bilang ini bukan Rey, ini Rey ku." Dira semakin agresif melepas jas Kin, Kin sempat menolak, namun pada akhirnya membiarkannya, karena Dira menangis dan merengek.

"Diraaaa jangan melewati batas!" Nida memperingatkan Dira. Namun, Dira tidak menghiraukannya dan malah membuka kancing kemeja Kin lalu menyentuh dada Kin,

"Tubuhmu ternyata bagus Rey," Dira tersenyum lagi dan melumat bibir Kin lagi.

Wajah Kin memerah karena tahu Nida melihat adegan itu.

"Beb, bercintanya nanti yah, ini di mobil." Kin beralasan agar Dira menghentikan aksinya yang hampir membuat Kin tidak terkendali.

"Baiklah, tapi cium lagi." Wajah Dira menengadah, Kin berakhir bengong menatap Dira.

"Cepat cium!" teriak Dira, Kin berakhir mengecup bibir Dira sekilas lalu melepasnya,

"Lagiiiii..." teriak Dira,

"???" Oh, my God, Diraaaa apa yang kamu lakukan?

"Lagiiii sekarang..." Teriaknya lagi,

"Kan sudah kubilang nanti Beb," Kin masih mencoba lembut, Dira menggeleng.

"Itu untuk malam pertama kita, aku butuh ciumannya sekarang."

"???" Nida mengusap kasar wajahnya,

"Bisa diturunkan tirainya? aku janji tidak berbuat yang lebih, kasih waktu 10 menit," Kin menatap Nida, karena Nida memang sudah tidak tahan melihat adegan Kin dan Dira. Apalagi melihat otot tubuh Kin yang menggoda membuatnya tidak konsentrasi menyetir, Nida berakhir menganggukan kepalanya,

"Janji tidak melewati batas?" Kin mengangguk,

Setelah tirai tertutup, dengan lembut Kin mencium Dira, Dira semakin tidak mau diam, bahkan tangannya telah berada di celana Kin,

"Beb, jangan..." Dira menggeleng,

"Aku ingin memuaskanmu untuk yang pertama kalinya," Kin menggeleng lalu memindahkan tangan Dira kepinggangnya, dan mencium bibir Dira kembali, kali ini Dira menurut, keduanya berciuman lumayan lama, hingga akhirnya Kin melepaskan ciumannya,

"Sudah dulu, sekarang tidur!" Dira mengangguk patuh, lalu memejamkan matanya dan Dira tertidur lelap. Kin menatap Dira dan tersenyum samar,

Sedangkan Nida fokus menyetir, tapi tidak bisa disangkal, tubuhnya semakin memanas mengingat adegan Dira dan Kin. 'Dira kamu membuat aku ingin melakukan hal yang tidak - tidak,' gumamnya pelan.

Setelah sepuluh menit sesuai perjanjian, tirai Nida buka kembali, melihat Kin berpakaian utuh, Nida menarik nafas lega.

"Apakah dia punya masalah dengan yang namanya Rey?" Tanya Kin, Nida mengangguk,

"Aku sebagai sahabat, baru kali ini melihat dia serapuh, dan sekacau ini, hanya untuk seorang bernama Rey, dia melakukan segalanya." Kin semakin penasaran dan sesekali menatap Dira yang sedang memeluknya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C2
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk