Unduh Aplikasi
19.44% Alana / Chapter 7: ALANA [7]

Bab 7: ALANA [7]

Aku kok nggak ngerasa ya

-Yahya_HA-

Prok prok prok,,,

Itulah suara tepuk tangan para pengunjung cafe setelah Vano selesai bernyanyi. Kemudian Vano kembali ke tempat duduknya semula.

"Oke, makasih ya mas sudah berkenan bernyanyi. Tapi lagu tadi dipersembahkan untuk siapa ya kira-kira," ucap mc cafe.

"Buat CACAR mbk," jawab Didit pada mbak mbak mc.

"Apa itu?" tanya mc yang tidak mengerti maksud ucapan dari Didit.

"Calon Pacar mbak, masa nggak tahu." jawab Didit lagi, dan di ikuti gelak tawa seluruh pengunjung cafe.

"Hehehe, maaf mas saya nggak tahu, bener dah, oke oke, kita lupakan CACAR, selanjutnya mari kita dengarkan lagu dari band cafe kembali dan selamat menikmati." ucap mc lagi. Karena Alana, Vano dan kawan-kawannya sudah selesai makan dan hari sudah semakin malam mereka memutuskan untuk pulang.

"Na aku nggak bisa nganter kamu pulang, soalnya bundaku telfon katanya nenek aku tiba-tiba sakit." ucap Viona pada Alana ketika hendak pulang.

"Ya udah nggak papa kok, kan aku bisa naik angkot." jawab Alana.

"Bener nggak papa?" tanya Viona mematikan.

"Iya udah nggak papa, sana kasihan nenek kamu." jawab Alana lagi.

"Yaudah aku duluan ya." Pamit Viona.

"Oke hati-hati ya."

Kemudian Alana berjalan menuju halte sendiri. Namun ketika Alana berjalan tiba-tiba ada seseorang yang menghadang jalannya.

"Astaughfirullah, ampun bang saya nggak punya uang bang, jangan sakiti saya bang," ucap Alana reflek sambil menutupi wajah dengan tasnya.

"Anyir, mana ada begal pake'k motor sekeren gue," ucap Vano sambil membuka kaca helmnya.

Alana yang seperti mengenal suara seseorang tersebut kemudian menyingkirkan tasnya dari wajah dan melihat seseorang tersebut. Dan orang tersebut ialah Vano Firdiyan Pradipta, ya Vano lagi.

"Isshhh, ternyata lo gue kira begal." Gerutu Alana dengan mengerucutkan bibirnya.

"Sendirian lo?" tanya Vano.

"Emang kelihatannya gimana?" jawab Alana.

"Lo lagi jalan sama sesosok yang nggak lo lihat," ucap Vano.

"Maksud lo apaan sih," ucap Alana dengan was was sambil melihat ke sekitarnya. Vano yang melihat tingkah Alana malah tertawa.

"Apaan sih lo malah ketawa," ucap Alana yang sebal karena Vano yang menertawakannya.

"Ya elah bercanda kali,"

"Tapi bercandaan lo tu nggak lucu tauk," ucap Alana lagi sambil memukuli Vano dengan tasnya.

"Lo lucu kalo lagi cemberut." batin Vano.

"Aw aw aw, ok ok ok gue minta maaf,” kata Vano yang mendapat pukulan bertubi-tubi dari Alana.

"Ogah gue maafin lo," Alana masi memukuli Vano dengan tasnya.

"Gimana kalo sebagai ungkapan perminta maafan gue anter lo pulang," negosiasi Vano.

"Ogah, mending gue naik angkot," jawab Alana dengan yakin.

"Lo yakin,"

"Yakin." jawan Alana dengan lantang.

"Yakin nggak takut kalo ada makhluk halus," kata Vano yang lantas memakai helemnya.

Mendengar ucapan Vano, Alana melihat ke sekitar. Dan yang Alana lihat hanya gelap, lampu penerangan jalan yang redup, dan pepohonan yang rindang. Alana semakin bingung untuk tetap menunggu angkot entah akan ada yang lewat atau tidak atau pulang bersama Vano.

"Iissshhh, yaudah gue bareng lo." Alana menyerah. Toh kondisi juga sudah malam, daripada dia harus menunggu angkot sendirian. Ditambah bercandaan Vano tadi masih membuat bulu kuduk Alana merinding.

Kemudian Alana diantar Vano pulang. Ini adalah kali kedua Vano mengantarkan Alana. Dan masih sama seperti ketika Vano pertama kali mengantar Alana pulang. Diperjalanan hanya ada keheningan. Karen jarak rumah Alana dan cafe dekat maka Alana bersyukur, dia tidak akan terlalu lama berboncengan dengan Vano.

"Makasih udah nganter," ucapa Alana setelah turun dari mator Vano.

"Ok sama-sama,"

"Alana sudah pulang Na," ucap bunda yang baru saja keluar dari rumah.

"Iya Bun," ucap Alana sambil mencium tangan bundanya.

"Oh iya, ini yang nganterin kamu waktu hujan itu ya Na?" ucap bunda yang melihat Vano. Vano pun turun dari motornya dan mencopot helmnya.

"Iya tante," jawab Vano yang kemudian juga mencium tangan Bunda.

"No no no," ucap Bunda kemudian sambil seperti mengingat ingat.

Alana yang mendengar ucapan Bunda malah seperti menahan tawa. Karena Alana menjadi teringat ia yang pernah menyebut nama Vano dengan sebutan 'No No No'.

"Vano tante," kata Vano membenarakan.

"Oh iya itu, maklum tante udah rada berumur." ucap Bunda.

"Kamu kenapa Na ketawa-ketawa?" tanya Bunda yang melihat tingkah anak gadis satu-satunya itu.

"Enggak kenapa-kenapa kok Bun,"

"Mampir dulu nak,"

"Udah malem Bun, eh Tan maksudnaya," ucap Vano sambil menutup mulutnya.

"Sudah nggak papa panggil Bunda aja,"

"Vano pamit dulu ya tan, eh bun maksudnya." ucap Vano sambil mencium tangan Bunda lagi.

"Ya sudah hati-hati ya nak," Bunda mengelus puncak kepala Vano.

Kemudian Vano menaiki motornya dan pergi meniggalkan rumah Alana.

Saat Alana akan masuk tiba-tiba ada abangnya, Arya yang keluar dari kamarnya.

"Siapa Bun?" tanya Arya pada Bunda karena mendengar suara motor keluar dari rumah.

"Tanya Alana aja," jawab Bunda.

"Siapa Na?" tanya Arya lagi, namun kali ini pada Alana.

"Temen," jawab Alana sambil masuk ke dalam rumah.

"Temen apa temen," ledek Arya.

"TEMEN bang!" Alana menghentakkan kakinya. sebal dengan Arya yang selalu saja meledeknya. Tidak jarang Arya pernah meledek Alana hingga Alana menangis dan ngambek beberapa hari. Karena menurut Arya mengerjai Alana yang berstatus sebagai adiknya adalah kesenangan tersendiri.

# # #

Ketika di perjalanan pulang Vano teringat tingkah Alana yang aneh tadi, yaitu Alana yang senyum-senyum sendiri ketika dia sedang berbicara dengan Bunda.

"Kira-kira kenapa ya tu bocah," itulah batin Vano.

Ketika sampai di rumah, Vano merasa bosan. Dia melihat jam yang masih s'lalu setia menempel di dinding kamarnya. Jam menunjukkan pukul 22:06. Vano meraih handphonenya yang berada di meja kemudian membuka line.

Grup Line Hamba Allah

VanoFP: woy udah pada molor pa belom

Didit_HA: belon bang

Dino_123: belom

Heri_321: belom (2)

Yahya_HA: belom (3)

VanoFP: Dit, lu kira gue tukang ojek

Yahya_HA: anterin adek beli sate bang

VanoFP: lah kok serem ya

Dino_123: lah ada kunti nyasar ni

Heri_321: kunti kok cowok?

Didit_HA: kan suaminya kunti

Yahya_HA: pada ngomong'in sapa dah ini

VanoFP: ELU!

Dino_123: ELU! (2)

Heri_321: ELU! (3)

Didit_HA: ELU! (4)

Yahya_HA: aku kok nggak ngerasa ya

Didit_HA: nggak PEKA loh, kayak yang nyanyi tadi, kasian

Heri_321: Vano maksud lo

Dino_123: mang napa Vano Dit???

VanoFP: mang gue napa Dit??

Didit_HA: lo tadi ngeliatin Alana kan

VanoFP: sapa yang ngomong

Yahya_HA: Didit, Van

Heri_321: lah terus

Didit_HA: yang dilihatin nggak PEKA, hahahahah NYESEK :(

Dino_123: hahahah, bener Van?

VanoFP: nggak usah ngarang lo Dit

Yahya_HA: nggak usah ngelak lo Van, ntar nggak PEKA² baru tau rasa lo. Kan NYESEK :(

Heri_321: NYESEK :(

Dino_123: NYESEK :( (2)

Yahya_HA: jangan² lagu tadi kode

VanoFP: lu kira hp lu pakek kode

Didit_HA: halah iya'in aja Van

VanoFP: nggak

VanoFP left the grup

Yahya_HA: lah ngambek kan, gara² Didit ini

Heri_321: lah bukannya elo yang nambah² in

Karena merasa kesal Vano pun melamparkan handphonenya ke sembarang arah.

"Emang kelihatan banget ya kalo gue ngeliatin dia?" hanya itulah yang Vano pertanyakan saat ini.


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C7
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk