"Theo kuenya dimakan, Nak." Theo acuh. Ia terus melukis, membiarkan dunia bicara semaunya. Ia akan tetap menorehkan kuas untuk wajah sang kekasih.
"Theo, Kue ini kiriman dari Vivi. Vivi sengaja membuat kue ini khusus untuk kamu. Padahalkan dia juga sibuk di kantor jadi sekretaris kamu. Aduh … wanita idaman sekali.” Anita mencoba terus memuji Vivi.
Theo mengangkat pundak nya acuh.
Suara Theo pelan, sayu dan merintih membacakan bait demi bait yang ia rangkai sambil melukis.
"Aku akan berlayar ke tujuh samudra
Untuk mencari pemandu hatiku
Aku akan berjalan sendirian kedinginan hanya untuk terus mencarimu...
Angin dingin yang membuatku hampa
Burung kecil dengan penantiannya
Adalah sahabatku ketika tetes air mata kerinduan itu datang..."
"Waaaw cantik sekali puisinya kak."
Theo menengok, sejak kapan ada gadis itu di situ. Theo acuh tak suka kesendiriannya di ganggu wanita ini. Di carinya Mamanya. Tidak ada. Ini pasti ulah Mama.