Mereka berjalan meninggalkan Tanah Lot. Hembusan angin laut menerpa wajah Mayang. Serasa sejuk sekali. Begitupun damai hatinya ketika memegang lengan Daud. Sekali lagi, Daud tidak protes. Hanya membiarkannya aja.
Di parkiran begitu banyak orang yang menjual cinderamata. Mereka lantas berinisiatif untuk membeli pernak-pernik yang akan mereka bawa pulang nantinya. Oleh-oleh khas tanah lot.
Tiba-tiba, sebuah telfon masuk. Mayang menjauh dari Daud karena yang menelfon adalah Andini.
"Iya, ada apa Din?"
"Aku sudah mempersiapkan semuanya. Kejutan untuk berondongku yang ganteng itu."
"Hah? Ulang tahunnya kan besok,"
"Justru itu, nanti tepat jam dua belas malam. Aku akan mengejutkannya dengan pesta ulang tahun. Berondongku itu pasti bahagia sekali."
"Ok Din. Kebetulan aku dan Daud masih di tanah Lot sekarang. Mungkin sejam lagi sampai hotel."
"Sip, aku tunggu kalian di sini ya."
Mayang menutup telfon. Sebentar lagi, adalah momen pertemuan Daud dan Andini. Mayang tidak bisa membayangkan apa yang terjadi nanti. Apakah Daud akan menyukai surprise ini? Apakah dia juga akan menyukai momen pertamuannya dengan Andini?
Semoga saja kejutan nanti bisa berjalan dengan sempurna. Mayang yakin kalau Daud tidak akan sengambek itu. Dia adalah pria dewasa. Bukan labil yang bisa marah tidak jelas.
Dan perjalanan pulang ke Hotel adalah momen yang mendebarkan bagi Mayang. Padahal yang akan diberi kejutan adalah Daud, tapi dia yang gelisah sendiri.
Mereka masuk ke dalam hotel. Mayang mengedarkan pandangan. Hotel itu tenang-tenang saja. Tidak ada tanda-tanda kejutan yang diberitahu Andini. Mungkinkah dia menggunakan trik lain?
Namun, ada hal yang mengganjal ketika melewati resepsionis. Seorang resepsionis tampak menghentikan langkah mereka.
"Selamat malam, Om Daud. Bagaimana acara jalan-jalannya ? "
Daud berhenti melangkah. Tentu hal yang tidak biasa ketika ada seorang resepsionis yang begitu perhatian. Terlebih secara nyata yang dipanggil adalah Daud. Yang ditanyai adalah Daud. Mbaknya bilang apa tadi? Om? Wah panggilan yang cukup nakal.
Terlebih sekarang, Mbaknya tersenyum ramah, tapi terlihat kerlingan mata yang menggoda.
Mayang memandang Daud yang terpaku. Dia pun langsung menarik tangan Daud pergi meninggalkan meja resepsionis itu.
"Baru disapa begitu sudah bengong saja kayak orang bego." Mayang ketus. Jelas dong dia cemburu. Cowok idamannya itu terpaku di hadapan wanita lain.
"Dia kayak kenal aku gitu, padahal aku saja baru ketemu dia. Apa jangan-jangan mbak resepsionis itu naksir aku?"
Perut Mayang serasa mual. Sejak kapan Daud menjadi kepedean begitu. Walaupun apa yang dilontarkan tadi hanya bersifat bercandaan saja.
"Dia manggil aku Om dengan gaya menggoda gitu." Daud meneruskan membuat kuping Mayang panas.
"Terus, kamu suka gitu?" Mayang setengah membentak. Udah seperti membentak pacarnya sendiri.
"Ya, enggak sih, May. Kamu kok kayaknya marah begitu. Cemburu ya?"
"Idih, sok kegantengan sekali kamu." Mayang menyambar ketus. Mana ada wanita yang terang-terangan mau mengakui kecemburuannya.
Daud terkekeh. Gaya berjalannya sekarang agak beda. Terlihat lebih bangga.
Tidak hanya berhenti sampai disitu, Dari arah lobby muncul wanita yang menggunakan pakaian adat bali tergopoh-gopoh mendekat. Daud dan Mayang berhenti dan berbalik arah.
"Om Daud kok buru-buru. Malam masih panjang Lo. Kenapa enggak senang-senang dulu?" Pegawai hotel ini tidak kalah genitnya dari resepsionis tadi. Membuat Mayang sebal.
Bahkan yang lebih membuat Mayang remuk redam adalah wanita itu secara sengaja mengelus pipi Daud yang dipenuhi jambang tipis. Menyelipkan sesuatu di saku Daud. Lantas, berlalu begitu saja.
Daud tampak memegang pipinya. Dia seperti tidak percaya. Takjub juga. Mayang yang jengah melihatnya langsung menarik tangan Daud lagi. Pria ini harus diamankan di dalam kamar sebelum banyak buayawati mendekat.
"Dia mau mengajak minum di Lounge." Daud membaca isi pesannya. Wajahnya terlihat sumringah. Entah karena tawaran minum, atau karena wanitanya.
"Yok, kita siap-siap ke Lounge. Oh iya kamu minum enggak?"
Mayang terdiam. Seumur hidup, dia baru meminum minuman beralkohol ringan. Tequilla. Itupun Andini yang mengajak. Tiba-tiba, Mayang tersadar sesuatu.
'Ini pasti kerjaan Andini.'
Setelah membersihkan diri. Berganti pakaian. Mayang dan Daud menuju Lounge. Sejujurnya Mayang agak kaku kalau di tempat seperti itu. Namun, karena dia harus ada di acara pesta kejutan Daud. Maka dia pun ikut.
Sesampainya di lounge, mereka disambut dengan nuansa yang temeraman. Agak sepi, tidak seperti biasanya.
"Lho kok sepi banget." Daud keheranan, bahkan ketika menoleh ke arah bartender pun juga tidak ada orang.
Mayang dan Daud berjalan semakin dalam. Samar-samar terdengar suara kasak-kusuk. Sampai tiba-tiba, suasna berubah menjadi terang benderang tatkala lampu dinyalakan.
Siapa yang tidak terkejut, Lounge itu sudah dipenuhi orang. dengan dekorasi berbagai rupa. Tertera nama Daud di sana berikut juga usianya.
"Happy birthday, Daud."
Daud speechless. Terlebih saat melihat siapa yang membawa kue ulang tahun tersebut yang ternyata adalah Andini.
Daud hanya diam, tapi jelas dari raut wajahnya terlihat tidak suka. Mayang yang tahu kalau Daud sedang emosi memegangi tangannya. Memberikan ketenangan kepada pria itu supaya tidak meledak-ledak.
"Selamat ulang tahun ya, Daud, berondongku sayang. Semoga panjang umur sehat selalu. Makin cakep." Bagaimana Andini begitu genitnya mengatakan hal itu. Sampai Daud yang sudah muak dengan Andini serasa mau mual.
Sekilas, Daud menoleh ke Mayang yang terlihat menunduk. Ada alasan kuat kenapa Daud lebih menahan untuk tidak marah. Sekalipun pada saat itu dia ingin pergi saja dari sana.
Daud menahan egonya. Dia mau untuk meniup lilin. Mengikuti permainan apa yang akan dilakukan.
Mayang terlihat melepas Daud, tatkala Andini ingin berdekatan dengan Daud. Entah kenapa rasanya berat sekali buat Mayang, tapi dia harus iklas.
Selanjutnya acara minum-minum. Pada saat itu Daud minum banyak sekali. Andini terus melekat dengan pria itu seolah tidak mau lepas. Dia senang sekali karena Daud tidak marah, agresif, atas kesalahannya di masa lalu.
Daud yang sudah mabuk berat dibimbing ke sebuah kamar. Bukan kamarnya Daud dan Mayang. Melainkan kamar pribadi yang lebih mahal. Andini sengaja sudah menyiapkan semuanya. Mala mini akan sangat amazing baginya.
"May, makasih ya. Aku senang banget. Akhirnya aku bisa dekat dengan Daud kembali. Kamu memang sahabat yang bisa diandalkan." Andini berkata di ambang pintu. Mayang terlihat pura-pura tersenyum. Setelah itu, Andini tenggelam di dalam kamar di mana Daud sudah direbahkan di dalamnya. Selanjutnya, yang terjadi adalah pertumpahan hasrat yang dilakukan Andini kepada Daud. Duel sengit, terlebih Daud yang dalam kondisi mabuk. Pria itu tidak menyadari sepenuhnya apa yang terjadi.
Mayang segera berlari ke kamarnya. Tak tahan dengan airmata yang turun deras. Sakit, sakit sekali rasanya.
Desahan suara Andini membayang di benaknya. Jeritan kenikmatan di atas penderitaan hati seorang sahabat yang rela berkorban. Tak mengapa hatinya berdarah-darah, asal Andini bahagia. Bukankah selama ini Andini juga sudah berkorban banyak demi Mayang.