Unduh Aplikasi
86.66% Domestic Girl: Antibody of The End World / Chapter 13: Chapter 13: Like a Same

Bab 13: Chapter 13: Like a Same

Mereka tampak berjalan di antara hutan dan jalanan yang tidak rata untuk mencoba mencari beberapa pasukan Bloody Suck yang di harapkan masih stay di tempat mereka agar John dan Edric dapat membawa Clarina pada mereka.

Di tengah jalan, mereka yang berjalan duluan di depan Clarina tampak mengobrol untuk mengisi keheningan. "Apa perbedaan antibodi dan imun? Dan apakah gadis itu imun atau antibodi?" Pertanyaan Edric memang agak random tapi dia mungkin juga ingin tahu hal itu.

Dengan pengetahuan yang cukup, John membalas. "Zat yang dihasilkan sistem imun ini disebut sebagai antibodi. Antibodi adalah bagian dari sistem kekebalan yang bekerja untuk melindungi tubuh dari bahaya virus, bakteri, kuman zat-zat yang dapat menyebabkan penyakit infeksi. Jadi tak ada bedanya imun dan antibodi" Kata John.

Suasana pun hening kembali, tapi Edric terus menatap ke arah Clarina dan mulai bicara lagi. "Dia juga agak mirip dengan kakak mu bukan?" Tatapnya pada John.

John hanya menatap dengan lirikan nya. "Kenapa? Kau ingin menikahinya?" Dia tampak bercanda.

"Aku punya istri, juga punya putri" Edric langsung mengatakan itu membuat John agak terkejut mendengarnya. "Benarkah? Kau pasti brengsek meninggalkan mereka, bung" Tatapnya.

Clarina yang mendengarkan itu menjadi terdiam bingung, sebenarnya apa yang mereka bicarakan sehingga membuatnya terdiam tak mengerti. Ia hanya mengikuti mereka saja.

Tapi di tengah jalan, tangan John merentang ke Clarina mengisyaratkan Clarina untuk berhenti berjalan, dengan bingung, Clarina menengadah menatapnya.

Wajah John dan Edric tampak serius, mereka waspada mengambil senjata mereka yang ada di ransel mereka. Hingga tiba tiba saja sebuah peluru menuju ke mereka sangat banyak membuat John langsung melindungi Clarina, dia bahkan mendorong Clarina untuk menjauh dari tempat itu dengan bersembunyi di pohon.

Edric yang melawan, dia ada di balik pohon lain, menembakkan beberapa kali peluru, menghabisi mereka dari jarak jauh, jika jarak jauh dirasa tidak cukup untuk mengalahkan mereka, dia maju perlahan untuk mendekat, begitulah caranya melawan dengan sangat berani. John juga membantu dari jauh sambil memegangi Clarina.

"Tetap di samping ku, nak" Tatap John membuat Clarina mengikutinya.

Ketika sudah sepi, mereka bisa lega dan melihat bahwa beberapa orang yang menyerang mereka adalah sekumpulan bandit yang liar, kini mereka telah dikalahkan. Clarina yang menatap itu menjadi terdiam. "Apa yang mereka lakukan?"

"Mereka akan mencegah orang orang yang lewat, membunuhnya kemudian mengambil barang barang mereka, begitulah orang orang ini melakukan nya" Edric membalas, lalu berjalan duluan dan mereka melanjutkan perjalanan.

Tapi ada suara dari belakang mereka, ketika menoleh, itu adalah sebuah Humvee yang sangat besar, atau bisa dikatakan, Humvee adalah sebuah tank yang besar, itu sepertinya ilegal dan milik seseorang yang ingin menangkap mereka.

"Shit, cepat" John menarik Clarina dan mereka berlari pergi untuk menghindari kejaran tapi tanpa di sangka sangka, di depan adalah sungai yang deras, cuaca juga menjadi gelap dan mendung.

"Ini tidak terlalu deras, kita harus menyebrang" Kata Edric yang melompat duluan. Tapi Clarina tampak terdiam tak berani.

"Clarina, cepat!!" John mengulurkan tangan tapi Clarina tetap tampak ragu, ia gemetar. "Aku tak mau, aku tak bisa berenang dengan baik...."

"Pegangan padaku!!" John memaksa. Clarina yang menoleh ke belakang melihat tank itu mendekat, menjadi memegang tangan John dan mereka melompat bersama.

John menarik Clarina untuk menyebrangi sungai yang tiba tiba saja menjadi deras, Edric yang sampai di seberang mengulurkan tangan.

John mendorong Clarina untuk keluar air duluan dan Edric menarik tangan Clarina untuk keluar dari air.

"Giliran mu!!" Edric juga mengulurkan tangan pada John, ketika John akan meraihnya, tiba tiba saja ada batang pohon yang menuju ke arahnya, belum sempat tangan mereka perpegangan, tubuh John terhantam batang pohon itu.

"Sial!! Hei!!" Edric terkejut, dia berusaha meraih tangan John, tapi John terbawa air deras karena batang pohon tadi.

"Tidak!!!!!" Clarina berteriak histeris, dia bahkan kehilangan kendali akan melompat.

"Hei, tunggu!!" Edric menahan tubuhnya, tapi Clarina memberontak. "John!!!! John!!! Jangan pergi!!!" Dia berteriak sangat kencang kehilangan John bahkan tak bisa melihat John ada dimana karena memang terbawa arus yang sangat deras itu.

Edric mencoba menahan tubuh Clarina, ia juga melihat Humvee yang ada di seberang menatap mereka, tapi pintu atas Humvee itu terbuka menunjukan orang yang keluar dari sana akan menembakan peluru pada mereka membuat Edric harus mengangkat paksa Clarina pergi dari sana meskipun Clarina terus histeris. "Tidak.... Lepaskan aku!! Dia membutuhkan kita!!!"

"Kita tak bisa menyelamatkan nya!!!" Edric langsung menyela dengan tegas membuat Clarina terdiam mendengar itu, bahkan Edric juga sadar dia telah membentak Clarina membuatnya juga terdiam.

Hingga ketika mereka sudah jauh dari sana dan di susul hujan yang turun, Edric berhenti berlari dan menurunkan Clarina yang terdiam menundukan wajah.

Edric tidak tahu apa yang harus dia lakukan. "Dengar, aku tak bisa menyelamatkan nya dan kita juga dalam bahaya, jadi biarkan saja itu"

Tapi Clarina mengepal tangan. "Ini semua salah mu!!!" Teriaknya menatap dengan marah. "Jika bukan karena kau meminta untuk terjun ke air!! Ada jalan lain di sana!! Kita bisa memutari sungai ini!! Kenapa itu membuat Paman ku harus terkena arus air!!" Teriaknya sekali lagi, tubuh mereka perlahan basah, tanpa air hujan pun, pipi Clarina sudah basah karena dia menangis sangat deras.

"Ini semua salahmu..." Dia terus menyalahkan Edric yang tampaknya juga tak mau kalah berdebat. "Dengar, ini adalah resikonya! Jika aku mengambil jalan itu, kita tetap akan di kejar oleh orang orang itu, berhentilah mengomel sekarang dan pergi secepatnya, aku ingin segera menyelesaikan ini!!" Tatapnya dengan tegas membuat Clarina semakin kesal.

"Aku sudah muak, aku tak peduli... Aku tak peduli dunia dalam bahaya!! Tinggalkan aku sendiri!!" Clarina mendadak berlari membuat Edric terkejut.

"Hei!!! Tunggu!!" Edric mengejarnya, dia sempat kehilangan Clarina yang berlari sangat cepat bahkan hampir kehilangannya, dia berhenti dengan terengah engah di tengah hujan itu sambil melihat ke sekitar di antara hutan yang sangat lebar.

"Shit, ini menyusahkan..." Ia tampak strees, tapi ia mencoba mengerti dirinya sendiri, dia mengerti apa yang membuat Clarina bersikap sangat aneh. Sikapnya terlalu aneh pada Clarina, bahkan ia mengingat apa yang baru saja terjadi.

Untuk sebentar, dia menatap ke arah langit, mengingat sesuatu. "Ini bukan pengalaman ku..."

Tapi mendadak, dia mendengar suara tangisan yang terisak dari Clarina, dengan suara itu dia bisa mengikuti suara itu hingga akhirnya menemukan Clarina di balik pohon, dia tengah berlutut menangis. "Hiks.... Hiks...."

Edric lega ia bisa menemukan Clarina, ia bahkan tersenyum kecil, tapi mengingat kesalahan nya, dia menjadi menurunkan senyum nya sambil berpikir apa yang akan dia lakukan untuk membuat Clarina tidak akan melakukan tingkah anehnya.

Kemudian dia memilih untuk berlutut mendekat ke Clarina membuat Clarina yang menyadari keberadaan nya menjadi membuang wajah tak mau mendekat ke Edric.

"Maafkan aku" Kata Edric membuat Clarina bermata lebar tak percaya, tapi ia tak mau menatap Edric hingga Edric menambah perkataan nya. "Aku benar benar tak sempat, aku tak sempat mengambil tangan nya, aku sudah berusaha meraihnya tapi sepertinya dia mengatakan sesuatu, karena mata kita saling menatap untuk berkomunikasi secara mendadak, aku bisa membaca pikiran nya, bisa melihat apa yang dia katakan. Dia sudah putus asa, dan sisanya dia serah kan padaku, dia tidak mau merepotkan jadi lebih memilih menghindari tangan ku dan membiarkan dia terbawa arus" Kata Edric.

Clarina yang mendengar itu menjadi terdiam tak percaya, dia bahkan menggigit bibirnya sendiri dan masih terus mengalirkan air mata.

". . . Aku sudah mengatakan hal yang jujur padamu, sekarang tenanglah... Aku tak bisa menghadapi sikap seseorang yang seperti mu, jadi jika aku membuat perasaan mu buruk, kau juga harus mengerti...." Tambah Edric, itu sempat membuat Clarina menoleh padanya, mata mereka saling tertuju. Hingga Clarina kembali menatap ke bawah dan mengatakan sesuatu. "Aku juga terlalu salah... Aku egois pergi meninggalkan mu... Aku hanya... Entah kenapa ini sungguh... Aku sudah kehilangan Ayahku, juga Paman ku... Padahal Ayah selalu bilang bahwa aku akan baik baik saja, dia akan selalu ada untuk melindungi ku, menyayangi ku sangat banyak, tapi kenapa, aku harus berpisah pada orang terdekat...."

Mendengar itu membuat Edric teringat sesuatu, dia membayangkan seorang wanita yang berada di antara cahaya yang tengah tertawa senang menggendong seorang bayi kecil di tangan nya, menatap Edric dengan penuh kebahagiaan, bayi kecil itu adalah putri kecilnya dan mereka adalah keluarga Edric.

"(Aku meninggalkan istri dan putriku hanya untuk menjalani tugas, dan tanpa sadar, aku benar benar meninggalkan mereka sangat lama... Terakhir kali aku pergi, putri kecil itu sudah sebesar gadis ini.... Dia mengingatkan ku padanya....)" Edric tampak terdiam, sepertinya sisi ke-ayahannya tampak sekarang, siapa yang menyangka, pria sepertinya sudah memiliki istri dan anak yang hampir sebesar Clarina.

Kemudian Edric memilih berdiri. Dia membelakangi Clarina membuat Clarina menatap ke arahnya, dia mendengar Edric mengatakan sesuatu. Siapa yang menyangka, Edric kembali mengubah sikapnya menjadi cuek dan serius. "Tak ada waktu terbuang, cukup kesedihan nya, kita harus pergi secepatnya..." Kata Edric sambil berjalan duluan, tapi di sikap nya itu, dia pasti masih memikirkan apa yang dia pikirkan tadi.

Clarina terdiam sejenak, hingga dia mengusap air matanya dan berdiri mengikutinya, untuk sebentar, dia juga menoleh ke belakang, melihat ke sungai yang sudah jauh di antara mereka, mengingat John yang di anggapnya mati di arus deras itu. Ia meneteskan air mata untuk terakhir kali hingga dia benar benar mengikuti Edric dan menyusul nya.

Mereka akan berjalan melanjutkan bertahan hidup dan terus menuju ke tempat yang akan di tuju mengandalkan peta yang ada pada Edric.

Seharusnya jarak mereka tak akan jauh, karena Edric sudah bisa melihat sebuah bangunan besar yang berada di pinggir hutan itu.

"Sepertinya, ini tempatnya" Tatapnya pada Clarina yang masih terdiam, dia yang melihat Clarina membisu menjadi ikut terdiam.

Hingga Clarina bertanya sesuatu. "Apa aku akan di ikat lagi? Apa aku akan di suntik lagi....? Dan setelah mereka menerima ku, apa kau akan meninggalkan ku?" Tatapnya.

Edric bisa melihat mata Clarina yang tampaknya ketakutan, tapi Edric mencoba untuk menahan sikap nya, dari awal dia tidak mau peduli pada Clarina dan mementingkan tugasnya saja, hingga dia hanya menjawab singkat.

"Tidak akan..." Tanpa sadar, dia juga harus berbohong.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C13
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk