"Luar biasa, sungguh luar biasa, Nico," kata Aiden dengan marah saat dia menggunakan kapas yang dijepit dengan pinset untuk membersihkan darah di punggung tangan Nicolai. "Kamu tahu dia sedang mengejekmu dan namun, kamu membiarkannya."
Nicolai tidak berbicara, dia menatap lantai di bawah kakinya. Hatinya dalam kekacauan, perpaduan sempurna antara amarah, gugup dan banyak lagi emosi yang tidak dia mengerti.
Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan emosi-emosi itu, tapi dia tahu bahwa mereka berarti kombinasi yang sempurna dari kekerasan.
Dia membutuhkan darah — menggenang di bawah kakinya dan suara tulang yang patah bergema di telinganya.
Dia perlu keluar.