Aku terbangun saat mendengar adzan shubuh berkumandang. Seketika aku teringat dengan peristiwa semalam. Itu asli kan bukan mimpi?
"Shalat berjamaah di masjid yuk!" ajak Yana padaku
"Yuk!" jawabku
Sebelum pergi ke masjid, kita pun mengambil wudhu terlebih dahulu agar tidak usah mengantri wudhu disana. Saat aku lihat ternyata masjidnya sederhana, tidak besar. Yang menjadi nilai plusnya adalah selalu ramainya penduduk disana. walaupun terlihat kecil, namun tidak menghalangi para warga untuk beribadah.
Setelah melaksanakan shalat shubuh, kita pun kembali ke rumah Yana karena khawatir orang-orang di rumah mencari kita. Tiba-tiba aku pun teringat dengan Zafian. Kalau memang itu benar, berarti sudah saatnya untuk aku gugur kembali.
"Yan! si Zafian gimana? permintaan temannya udah diterima belum?" tanyaku pada Yana yang sedang memegang handphone
"bentar bentar" ia pun mencari akun Zafian "udah nih, udah diterima" ucapnya sambil mengulurkan handphone padaku
"bener ah? coba chat" aku pun masih ragu
"gimana nge-chat nya?" ia kebingungan
"yaudah gini, ana yang ngedikte kata-katanya ente yang ngetik"
"oke"
Yana: Assalamualaikum
Zafian: wa'alaikum salam
Yana: : Zafian ana mau nanya. Ente Deket sama si Nabila Sahriani?
Zafian: iya khi?
Yana: Kata temen ana, temen ente juga sih. Katanya nitip ya, jagain dia
Zafian: oh iya khi siap
"tuh bener kan? berarti emang mereka beneran deket
"iya kayaknya" jawab Yana Fifty-Fifty
"yaudah Syukron (terimakasih) gitu"
Yana: Syukron Zafian
Zafian: Afwan khii (sama-sama)
"terus sekarang gimana?" tanya Yana
"tau ah ana pusing" jawabku pasrah
"jalan-jalan yu! mau ga?"
"boleh, kemana?"
"ke sawah" jawab Yana
"Hayuu lah" aku bersemangat karena aku butuh refreshing ke alam yang segar.
Kita berdua berjalan menikmati suasana pagi yang indah di sawah. Di tengah perjalanan, kita bertemu kakek-kakek yang juga masih kerabatnya Yana.
"mau kemana Ujang?" panggil kakek itu
"mau ke sawah kek" jawab Yana dengan sopan sambil mendekatinya
"Ini temen Yana?" kakek melirik ke arahku
"iya kek" jawabku sambil mencium tangannya
"orang mana dek?"
"orang Bandung kek"
"waduh, jauh juga yah mainnya. Hha" ia terkejut dan disusul dengan tertawa tipisnya "yaudah kalau mau ke sawah ati-ati yah"
"siap kek" jawab Yana dengan memberikan hormat "kita pergi dulu ya kek, assalamualaikum" kita pun berpamitan
"waalaikum salam"
Nabila: becanda hhe. ga keliatan gitu? a Aldi?
Aku terkejut saat pertama kali melihat WhatsApp. Ternyata setelah aku mematikan ponselku, Nabila masih memberikan pesan padaku dan ia menyatakan bahwa perkataan ia sudah dengan Zafian itu hanya bercanda semata. Tapi... mengapa respon Zafian saat dengan Yana seperti itu. Seakan emang mereka berdua pernah mempunyai hubungan. Apa perasaan aku aja kali yah.
Nabila: Banguuuuun! Aaaaa!
"Yan, kirimin chat-an ente sama si Zafian tadi" aku meminta foto hasil percakapannya sebagai barang bukti
"bentar ana screenshot dulu" ia pun mengambil gambar chatting-annya dan mengirimkan padaku "udah tuh"
"sip, thank you" aku pun mengirimkan foto itu kepada Nabila dengan sekali lihat
Nabila: Allahu Akbar ga deket ganteng
Aldi: Deket juga ga papa
Nabila: nggaaa
Nabila mengirimkan foto chatting-annya dengan Zafian yang kosong, belum ada obrolan sedikit pun.
Aldi: dihapus kali
Nabila: engga aa, beneran
Aldi: dia orang Subang da
Nabila: ya udaa
Aldi: mumpung AA lagi di Subang, mau didigdig ah ke rumahnya
Nabila: apa? mau baku hantam?
Aldi: mau digendir
Nabila: udah atu aa
Sesampainya di sawah, kita memilih saung yang berada tepat di tengah garis khatulistiwa. Sawahnya besar, sejuk, indah, di tambah kendaraan belum banyak yang berkeliaran jadi udaranya masih bebas polusi dan segar alami. Entah kenapa aku ingin sekali bernyanyi lagu "Pecah Seribu", seperti yang sangat mendukung dengan suasanaku yang seperti ini. Aku pun bernyanyi dan memasang status di WhatsApp.
Tidak lama setelah aku memasang status. Tiba-tiba Nabila membalas statusku. Ting! Ting! Ting!- suara pesan masuk ke dalam ponselku.
Nabila: a! a! marah ga? galau a? cerita atuh
Aldi: puguh lagi galau
Nabila: kenapa Tah?
Aldi: jadi gini Bil
Nabila: kumaha kasep?
Aku pun merubah obrolannya menjadi panggilan suara agar lebih jelas dan akurat "Assalamualaikum"
"Waalaikum salam, iya kenapa a?" jawabnya lembut
"jadi gini..." aku mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya secara kasar "jadi pas malem teh kan AA chatan tuh sama cewek yang AA suka"
"iya terus?" ia penasaran dengan ceritaku
"terus dengan tiba-tibanya dia bilang bahwa dia sebenarnya udah sama orang lain. ya disitu AA kaget dong, pokoknya mah hati AA teh hancur berantakan. Baju AA juga semalam basah kuyup tau gara-gara keringetan. AA bingung harus ngapain, AA udah terlanjur suka banget sama dia, nyaman. Tapi... yaudah lah mau gimana lagi. terus AA matiin aja HP-nya" terangku panjang lebar
"oh... jadi gitu marahnya" jawabnya
"yaa bukannya marah tapi sedikit kesel aja. Kenapa bilangnya baru sekarang? ga dari dulu kalau udah sama orang lain. Ibaratnya sekarang AA udah terlanjur suka sama dia, nyaman, cinta. kalau ngomong dari dulu kan enak. AA juga gak bakalan terlalu berharap ke dia" terangku lebih detail
"orang chatan sama Zafian aja belum pernah" ia mengklarifikasi bahwa ia belum pernah berkomunikasi dengan Zafian.
"Ya... kalau chatan mah bisa dihapus. iya gak Yan?" aku meminta persetujuan Yana yang sedang duduk di sampingku dan ia pun menganggukkan kepalanya "tapi kalau masalah hati, gak semudah itu buat dihapus"
"Yaudah Bila minta maap" ia meminta maap dengan tulus padaku
"kok minta maap sih? ini kan AA lagi cerita, bukan Bila. Ada satu cewek yang AA suka tapi udah sama orang lain" aku menyangkal permintaan maap dari Nabila
"AA maapin" ia masih terus mencoba maminta maap padaku
"ih dibilangin ini bukan Bila. Tapi ada satu Cewek. Bukan Bila" aku terus ngeles bahwa yang aku ceritakan bukanlah dirinya
"maapin..." suaranya memberat dan menghilang dari telepon "Hayo ahy! Bilanya nangis loh" seru teman-temannya yang mengadukan Nabila kepadaku.
Nangis? aduh gimana ini? ini udah keluar dari rencanaku. Jika ia menangis, berarti apa yang telah ia katakan benar. Ia belum pernah berkomunikasi dengan Zafian.
"eh ko nangis? jangan nangis dong Bil" aku merasa bersalah
"engga ko, Bila ga nangis" ia tidak mengaku "AA maapin"
"dibilangin bukan Bila" aku masih ngeles
"ih masih aja gak mau ngaku" ucapnya sudah mulai kesal
"iya iya iyaaa, terus Bila maunya gimana?" akhirnya aku mengakui semuanya
"Bilanya jangan dititipin sama Zafian" ia meminta dengan lembut
"terus?" aku bertanya penasaran
"Mau sama aa aja"