Suara hentakan kedua tubuh manusia itu terdengar nyaring di sebuah ruangan tertutup, dari belakang seorang pria terus memompa pinggulnya agar kemaluannya bisa penetrasi ke dalam liang surga itu berkali-kali. Suara desahan seorang perempuan yang sudah terdengar lemas justru membuatnya semakin bergairah untuk menggenjot tubuhnya yang sudah tak berdaya.
"Begitu ternyata," ujar pria itu melalui telepon genggam di tangan kanannya.
Sementara itu, tangan senggangnya menjambak rambut panjang perempuan sewaannya sampai terdengar suara rintihan kenikmatan, air liurnya berjatuhan ke atas meja, berkas-berkas penting milik kepolisian sudah rusak akibat ganasnya permainan mereka di ruang kerja salah satu anggota keluarga Harbingers itu.
Merasa dirinya berada di titik klimaksnya membuat Capitano mempercepat gerakannya hingga menyemburkan semennya ke vagina milik si pelacur.
'Aahh!'
Capitano melepas kemaluannya lalu menyingkirkan tubuh perempuan yang sudah tersungging di meja kerjanya. Sembari menutup telepon, pria bertubuh kekar itu memainkan pelirnya yang masih berdiri tegak lalu duduk di atas meja kerjanya.
Kabar kecelakaan Zhongli kini sudah terdengar oleh Kepala Kepolisian Teyvat, Il Capitano. Rencananya terbilang gagal karena saingannya itu kini sedang mengalami koma, ia menyusun kembali berkas yang telah basah itu lalu memasukkannya ke dalam sebuah kotak berwarna coklat, Capitano menaikkan kakinya ke atas meja kemudian kembali bermain dengan dirinya sendiri.
"Hey," sahutnya kepada si pelacur.
Perlahan perempuan panggilan itu menoleh ke arah Sang Tuan, garis bibirnya sedikit naik saat melihat pelir milik Capitano masih berdiri tegak dan gagah. Urat-urat kemaluannya terekam jelas di benaknya hingga lagi-lagi salivanya keluar dari mulutnya.
"Saya belum selesai, kenapa Anda sudah seteler itu?" lanjut Capitano beranjak dari kursinya.
"Ma-Maaf, Tuan! Saya tidak kuat menahan gempuran itu," jawabnya sambil merangkak ke arah Capitano.
Capitano mencengkram leher si pelacur dengan erat, kini darahnya berkumpul di kepala karena tangan besar Il Capitano. Nafasnya mulai terasa sesak namun birahinya masih tetap nampak, mulut kecilnya dipaksa masuk oleh penis milik Capitano kemudian ia kembali menggenjot barangnya ke dalam mulut si perempuan sampai ke ujung walaupun ia sudah tak bisa lagi melahapnya sampai habis.
Cairan semen pria itu menetes dari liang vaginanya, tubuhnya beberapa kali bergetar karena tak sanggup menahan pompaan Capitano. Senyum simpulnya mulai terlihat saat perempuan itu mengeluarkan air mata, kini liurnya sudah membasahi sebagian kemaluan Capitano. Namun sayangnya, pupil perempuan itu kian membesar sampai jantungnya sesekali berhenti saking tak kuatnya menahan nafsu Capitano.
"Saya sudah bayar mahal untuk tubuh rapuhmu, kalau Anda tidak bisa memuaskan saya lebih baik Anda mati saja!" sentak Il Capitano sambil menampar wajah si pelacur berkali-kali.
Sekali, dua kali, dirinya masih bisa bertahan, tetapi akhirnya perempuan itu tumbang dengan sendirinya. Cengkraman kecil di paha Capitano mulai lepas, pria itu masih tak puas dengan servisnya, ia terus menusuk penisnya ke dalam tenggorokan si pelacur hingga dirinya benar-benar tak lagi bernyawa.
Perempuan itu tumbang, Capitano kembali mengeluarkan semennya ke wajah yang sudah mati itu. Setelah merasa puas, pria itu mengeluarkan ponselnya lalu membuka notes, ia menuliskan berapa kali ia ejalukasi hari ini.
'Butuh 12 kali ejakulasi sampai pelirku benar-benar layu,' tulisnya dengan wajah datar.
Setelah menulis jurnal singkat itu, Capitano menelepon cleaning service langganannya agar segera membersihkan ruang kerjanya yang sudah seperti kapal pecah.
"Sepertinya aku harus membunuh Zhongli malam ini," ujar Capitano dengan suara berat.
***
Xiao memukul John Lee beberapa kali dengan kekuatan penuh, melihat pertarungan ekslusif ini membuat ide di kepala Hu Tao mulai bermunculan. Ia mengeluarkan gawainya lalu mengunggah siaran langsung pertandingan antara John Lee dan Xiao di akun resmi sekolahnya. Ratusan—bukan, ribuan siswa SMA Teyvat yang tengah melaksanakan apel pagi dialihkan oleh akun sosial media milik Hu Tao.
"Eh, lihat! Xiao sama anak baru!"
"Ayo pasang taruhan!"
"Gue pegang John Lee! Jawara baru sekolah kita!"
"Gak mungkin! Xiao jauh lebih hebat dari anak itu!"
Lisa Minci, kepala sekolah SMA Teyvat mendengus kesal saat melihat siswanya mulai berbicara sendiri di barisannya. Ia mengarahkan anggota OSIS untuk melakukan kroscek tentang apa yang sedang terjadi saat ini.
"Ini, Bu! Ada yang berkelahi!" bisik Keqing selaku Wakil Ketua OSIS, ia memberikan gawainya kepada Lisa. Perempuan bersurai coklat itu melihat dengan seksama apa yang sedang ia tatap di layar itu.
"Ini di dekat UKS, segera kerahkan seluruh anggotamu untuk melerai mereka!" perintah Lisa yang disanggupi oleh Keqing.
Gadis bersurai ungu itu mengarahkan beberapa anggotanya untuk ikut dengannya ke area UKS, sementara Lisa kembali berusaha menenangkan situasi yang sudah tak kondusif itu.
"Anak-anak! Perkelahian bukanlah sebuah ajang di sekolah ini! Kita tetap harus menjaga kerukunan—"
"Diam lo! Ceramah lo basi!" potong salah satu siswanya.
Tawa siswa SMA Teyvat menghiasi lapangan olahraga sekolah, mereka mulai melontarkan protesnya kepada Lisa karena sibuk menenangkan kawanan anak berseragam sekolah itu dengan pelantang suara.
"Bu! Childe tergeletak di depan ruang kelas 12 IPA 4! Kondisinya kritis!" lapor salah satu anak OSIS bagian kesehatan.
Lisa langsung berlari menyusul anak-anak bagian kesehatan dengan wajah khawatir, jabatannya sebagai kepala sekolah bisa dicopot kalau sampai orang tua putra bungsu Harbingers itu tahu bahwa Childe sedang dalam masalah. Sesampainya di lorong jurusan IPA, Lisa menyuruh salah satu siswanya untuk mengecek ke ruang CCTV untuk mendapatkan kronologis lengkap tentang kejadian yang menimpa Childe. Lelaki jangkung bersurai oranye itu digotong oleh siswa lain setelah mereka memanggil mobil ambulans.
"Kenapa semuanya bisa begini?!" runtuk Lisa sambil mengepalkan tangannya karena emosi.
Di ruangan CCTV dan interkom, anggota OSIS yang dikerahkan oleh Lisa tak bisa masuk karena dikunci dari dalam. Di balik pintu, penjaga sekolah sudah disekap oleh kawanan Geng Punk yang diketuai oleh Kaedehara Kazuha.
"Sudahlah, jangan menanis, Pak! Nyawamu tak selamat kalau kau tidak mematuhi perintahku," ujar si ketua sambil memainkan tongkat keamanan milik si penjaga sekolah.
Fischl tengah bersiap untuk menghidupkan saklar interkom sekolah, ia hanya tinggal menunggu perintah Kazuha yang masih menatap layar gawainya sambil berharap.
"Oke, transferan sudah masuk!" seru Kazuha ke arah gadis bersurai pirang itu.
Saat pelantang pusat itu telah nyala, Fischl berdeham sebelum mengumumkan berita penting tersebut ke seluruh penjuru sekolah.
"Selamat pagi saya ucapkan untuk seluruh elemen SMA Teyvat yang sehat dan berbahagia!"
"Dengan ini, kami dari anggota Geng Punk tengah mengumumkan presentasi dan sejarah baru jawara di sekolah kita!"
"Seperti yang kalian ketahui, kemarin Childe sudah tumbang oleh Geng Arataki yang diketuai oleh Arataki Itto. Namun kabar itu tidak hanya sampai di sini! Sekarang Childe sudah kalah telak karena siswa baru bernama John Lee dari kelas 12 IPA 4 mengalahkannya pagi ini!"
Lisa menoleh ke arah interkom di dekatnya, mencoba mengingat siapa nama anak baru yang disebutkan oleh Fischl barusan. Akal sehatnya mulai hilang, Lisa Minci langsung berlari sekuat tenaga ke ruangan CCTV dan Interkom saat itu juga.
"Dengan kalahnya Childe The Eleventh Harbingers, kini sekolah kita telah bebas dari monopoli busuk keluarga haram itu! Sekarang SMA Teyvat semakin buas karena munculnya banyak cecenguk baru di lembaga pendidikan bangsat ini!"
Sorak meriah siswa SMA Teyvat memenuhi seisi lapangan olahraga, mereka berhamburan berlari ke area CCTV walaupun sudah ditahan oleh para anggota OSIS yang tersisa dan seluruh majelis guru. Namun karena jumlah mereka terbilang sedikit, lautan siswa berseragam itu mampu menembus titik pertahanan terakhir petinggi sekolah.
"Mari kita merayakan kemerdekaan ini dengan menyaksikan pertandingan pamungkas antara The Lone Wolf Xiao Alatus dan That New Kid John Lee di sosial media kalian masing-masing!"
"Rekam layar kalian! Lalu unggah peristiwa bersejarah ini dan sebarkan ke seluruh dunia! Jangan lupa, gunakan tagar #HarbingersIsOver di caption-nya, ya!"
Di area UKS, pertarungan John Lee dan Xiao masih berlanjut. Tinggal sedikit lagi, sekolah itu akan menemukan jawara barunya, Xiao tersungkur ke belakang setelah dipukul dengan kuat oleh John Lee, lelaki bersurai hitam itu tak berkeringat sama sekali menghadapi seluruh serangan dari Xiao. Ia mendecis kesal karena akhirnya Xiao menemukan lawan sepadan selama ia bersekolah di sekolah korup ini.
"Kau memang segitu maunya, ya, menguasai sekolah ini?" ujar Xiao dengan nafas terengah-engah.
John Lee menggeleng pelan lalu berjalan ke arah Xiao, ia mengulurkan tangannya lalu membantu Xiao untuk bangkit dari tempatnya.
"Saya tidak ingin menjadi jawara sekolah," ucap John Lee sambil tersenyum.
Bukan respon positif yang didapat oleh John Lee, dengan cepat Xiao menyapu kakinya lalu memijak kepala John Lee dengan keras berkali-kali.
"Jangan remehkan aku!" teriak Xiao lantang.
Kini sebagian besar siswa SMA Teyvat telah memenuhi area UKS sambil berteriak menyemangati kedua gladiator sekolah itu.
'Sialan! Saya tidak boleh kalah sama anak sekolahan!'
John Lee menghindari serangan brutal Xiao kemudian mendorongnya sampai menabrak dinding sekolah, pandangan Xiao buram seketika saat tubuhnya terhantam keras oleh dinding.
Hu Tao langsung menarik lengan John Lee lalu kabur dari kerumunan siswa yang terus menyoraki nama jawara baru SMA Teyvat itu.
"Gila! Sehari doang lo bisa nguasai sekolah ini!" seru Hu Tao sambil berlari keluar dari area sekolah bersama John Lee.
"Saya sebenarnya tidak mau jadi jawara di mana pun!" balas John Lee sedikit keras.
"Untuk sementara lo harus mengasingkan diri! Mungkin Kakek bakal dipanggil ke sekolah tapi tenang aja, semua pasti bisa diatasi sama bawahan-bawahan baru lo!" jelas Hu Tao kepada John Lee.
Status John Lee sebagai jawara sekolah sudah ditetapkan, kalahnya Xiao telah menjadi bukti bahwa lelaki bersurai hitam itu kini menjadi pujaan seluruh siswa SMA Teyvat. Kembalinya John Lee sebagai siswa SMA seolah membuahkan hasil, tanpa ia sadari pula, musuh John Lee dari Harbingers mulai turun satu persatu untuk memburunya dan juga tubuhnya yang masih terbaring lemah di rumah sakit.