Unduh Aplikasi
25% DEVIL SON [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 3: BAB 3: THE ENDLESS REISS

Bab 3: BAB 3: THE ENDLESS REISS

"Jauh pun akan kujaga. Dan takkan kubiarkan kau merasakan sakit setelah dekat."

[Mile Phakphum Romsaithong]

______ The Commander of War

Setelah pertemuan itu, Apo tidak bisa tidak kepikiran banyak hal. Terutama Max dan Bas yang ternyata masih kerabat kaisar. Begitu pun Mile. Pantas saja Mile tidak membunuhnya secara langsung karena bisa jadi perkara besar. Toh, soal seks iblis agak beda dengan manusia. Mereka tidak terlalu memperhatikan norma-norma seperti memperkosa istri orang lain, apalagi dirinya hanya manusia biasa.

Di mata iblis, manusia tidak lebih dari makhluk lemah yang bisa dimanfaatkan, walau sebagian kecil tidak begitu. Seperti Mile, contohnya. Namun, di rumah Apo tetap mengajak sang suami mengobrol bahkan sebelum mereka tidur.

"Mile ... Mile ... apa itu artinya Max dan Bas akan datang juga ke pesta kita?" tanya Apo sembari menghadap Mile Phakphum. Tangannya bertengger di pinggang sang suami, dan mata tidak melepaskan lelaki itu.

"Mereka akan datang hanya jika mau," kata Mile. "Tapi sebagai kerabat, tentu lebih pantas untuk mengundangnya."

"Oh."

"Kalau kau tak suka, aku bisa mencabut undangan itu, tentu saja. Jangan cemaskan apapun lagi."

Apo pun menggeleng pelan. "Tidak apa-apa kok. Kau kan sekarang dekat sekali. Tidak seperti waktu itu," katanya. "Tapi jangan bosan saja. Aku akan menempelimu seperti anak kanguru ke ibunya mulai sekarang."

Mile pun meniti tulang hidung Apo dengan telunjuknya, lalu mengecup di sana. "Hm, lakukan saja semaumu. Sekalian kutunjukkan kepemilikanku kepada semua orang."

"Ha ha ha," tawa Apo. "Walau aku penasaran maksud Puteri Pim tadi apa. Soalnya dia sempat bilang soal kepemilikan juga."

"Oh, biasa," kata Mile. "Bukankah sudah kubilang dulu kita suka adu kekuatan? Rival selalu tidak mau kalah dalam hal apapun. Jadi, Pim mungkin ingin mencari pasangan juga mulai sekarang."

"Haish, kalian berdua kenapa malah seperti anak-anak? Main persaingan segala," komentar Apo dengan hidung mengerut.

Mile mendadak melirik perut Apo yang masih rata di balik piamanya. "Soal yang dikatakan Noir, mungkin besok akan kutanyakan pada Nana sekalian."

DEG

"What? Tunggu. Jangan bilang kau menganggap itu serius?" kata Apo yang langsung tersenyum kecutDE

"Kenapa tidak? Noir memang tajam soal masa depan. Walau hanya dalam jarak 5-7 tahun ke depan. Tapi penglihatannya akurat."

Apo pun refleks meremas perutnya sendiri. "Hei, hei, hei. Jangan bilang ada iblis yang punya kemampuan menumbuhkan rahim juga?"

"Mana ada. Belum pernah kudengar yang seperti itu," kata Mile. "Tapi aku tahu penyihir hebat yang cukup tua. Umurnya sepantaran dengan mendiang ayah Yang Mulia Kaisar. Tapi, terakhir kudengar dia bersembunyi di balik gua air terjun entah apa. Semacam untuk bertapa. Kudengar itu memang lebih damai daripada menghadapi dunia luar seperti kami yang muda."

"Wow. Memang dia umur berapa kira-kira?" tanya Apo.

"Hampir dua juta tahun? Aku melihatnya sudah beruban."

Apo pun meneguk ludah kesulitan. "Kalau begitu, kau sendiri ... sebenarnya umurmu berapa?" tanyanya. Lelaki itu meraba pipi Mile dan membayangkan ada kerutan di sana, tapi kenyataannya tidak ada. Malahan, dia mendadak bisa melihat potret dirinya sendiri yang menua dan keriput saat umur 50-an. (*)

(*) 🤣 Ini bener-bener muka Apo yang udah ku-edit kayak kakek-kakek. Hebatnya tetep manis dia.

Ah, apa Mile masih suka padanya saat itu terjadi? Agaknya Apo sekarang tahu bagaimana rasanya mendadak memikirkan masa depan.

"Tebak saja, kalau bisa," kata Mile, malah menggodainya.

Apo pun berkata asal. "1000 tahun? Atau 2-3000?"

Mile menyeringai perlahan. "Aku 7232 tahun," katanya. "Dan Bible masih akan menyambung kehidupanku hingga 8 tahun lagi."

Apo langsung merinding. "Jujur, ngeri," katanya. "Pantas saja bentukmu asalmu naga. Apa kau mengalami dalam zaman Dinosaurus masih hidup juga?"

"Hm."

"Gila, keren!"

Mile tiba-tiba mengangkat tangannya ke udara, dan lampu tidur pun menciptakan siluet mulut Dinosaurus di dinding kamar.

"Dan besarnya seperti ini," kata Mile.

Seperti bocah, Apo pun menoleh ke sana dan mengikuti pergerakan jari Mile yang membuka dan menutup. "Aku bisa membayangkan. Pasti seperti film Jurassic Park," katanya.

"Benar," kata Mile. "Dan kalau mematuk seperti ini ...."

Bola mata Apo pun mengikuti pergerakan tangan itu tanpa tahu perutnya mendadak dipatuk Mile.

"Graaawwww!!"

PAKH!

"HEIIII!! Ahahaha! Brengsek! Geli! WOE! AHAHAHAHAHAHA!" teriak Apo yang langsung berguling-guling.

Mile malah makin melancarkan serangannya ke berbagai sisi. Ke leher. Ke pinggang. Ke pinggul. Ke dada, lalu ke perut lagi--bahkan Mile menunggangi sang lelaki tercinta hingga Apo kesulitan gerak meski badan atasnya belingsatan seperti cacing.

"MILEEEE! SUDAH! UHUK-UHUK! WOEE! AHAHAHAHAHA!"

Mile pun ikutan tertawa kecil. Dia melepaskan Apo agar bisa bernapas lega, kemudian mencium bibirnya lembut.

Keduanya pun membuat bayangan Dinosaurus di dinding berganti. Kini, ada dua mulut yang saling bertarung di sana. Lidah mereka menggeliat ke sekitar bibir dan masuk, hingga decapan menyebar berisik di tempat itu.

"Mmnhh ... nnn. Ahhh ...."

Mile juga sempat meraba ke dalam piama Apo. Lelaki itu membuat Apo meremas rambut Mile, lalu melenguh karena putingnya digigit-gigit gemas.

"Nnnh. Mhh. Mnn."

Namun, setelah Mile meratakan kecupannya ke sekitar dada hingga perut Apo, dia kembali merengkuh lelaki itu dan dan menarik piamanya tertutup lagi..

"Oke, cukup. Nana akan memarahiku kalau melihatmu penuh merah-merah besok pagi," kata Mile. Iblis itu menarik selimut hingga menutupi mereka sebatas dada.

Apo sendiri ketularan sindrom Little Cattawin. Dia mendusel ke dada Mile seperti si kucing yang senang mencari kehangatan pada Shigeo. Lalu menutup mata.

"Oke, selamat tidur."

"Hm, tidur saja segera," kata Mile. Sebab iblis itu tidak perlu selalu berpura-pura tidur untuk menemani Apo. Malahan, Mile lebih suka memandangi Apo sepanjang malam. Dia tidak bosan melakukannya sejak mereka menjadi satu, dan sekarang malah punya hobi baru.

Mile gemar membelai rambut Apo dengan menelusupkan jemari ke dalam surai-surai lembut itu. Dan Mile senang karena harumnua sama dengan shampoo yang biasa dia pakai.

"Kalau pun hanya candaan Noir, aku tetap ingin memeriksanya," kata Mile. Lalu diam-diam tersenyum tanpa Apo tahu. "Kapan bisa kudapatkan Mile Junior, hm? Aku benar-benar ingin menggendongnya di atas leherku nantinya."

APO tidak menyangka Nana yang disebut-sebut Mile suka menggunakan tubuh muda. Padahal, sang suami amat sangat menghormati tabib senior di kalangan iblis itu. Nana juga lebih tua daripada Jeje, dan dulu memimpin para dokter militer bergerak selama perang.

"Hai, Apo," kata Nana. Dalam wujud 17 tahun, iblis itu menepuk-nepuk ranjang pemeriksaan untuk melakukan permintaan Mile. Dia juga tidak mengenakan pakaian dokter. Melainkan dress biasa dan baru selesai menyiram bunga-bunganya di depan rumah. "Sini, kuberikan kau obat mujarab." (*)

(*) Ini pertanda Nana tidak buka praktek di kalangan manusia. Cuma iblis saja yang tahu dia dokter dan berobat padanya.

Apo pun masuk, sementara Mile disuruh keluar Nana. Iblis itu dikunci agar tidak melihat, sementara Nana tersenyum manis saat Apo berbaring patuh.

"Kata Mile, kau ini gampang sekali capek. Apa jarang olahraga teratur?"

Apo pun nyengir. "Iya, aku memang malas melakukannya dua tahun terakhir," katanya.

"Stress sekali mending sering tidur sejak pulang dari Italia," batin Apo. "Aku benci memikirkan masa lalu."

"Oh, begitu. Tapi makanmu normal?"

Apo menggeleng pelan. "Porsinya lebih sedikit daripada dulu," katanya. Sambil menahan sedikit tegang karena perutnya ditekan untuk diperiksa. "Aku sempat dapat radang lambung. Jadi, lebih mudah kenyang karena asamnya naik."

"Oh."

Apo memang tidak pernah cerita soal itu kepada Mile, tapi dia yakin Mile tahu sendiri. Toh sang suami bilang sudah mengikutinya ke Thailand setelah lepas landas di bandara. Pasti, Mile mengawasinya selama masa-masa frustasi di rumah. Bagaimana cara dia mengurung diri di kamar seharian. Bagaimana dia sempat sakit dua minggu karena lambung. Mual muntah dan demam bersamaan. Lalu mulai bangkit karena diurusi Namtan sesekali di sela-sela mengurus keluarganya.

Apo mengalami banyak hal dalam dua tahun itu. Dan setelah merasa lebih baik, malahan dikejar tiga lelaki menyebalkan--oke, lupakan dulu masalah itu.

Apo pun duduk kembali dan menurunkan kemejanya yang sempat dibuka ke atas. "Apa aku baik-baik saja? Inginnya mulai sering olahraga," katanya. "Tapi badanku terlanjur sering lemas. Dan perutku langsung sakit kalau dipakai kerja berat. Aku jadi fokus sehat setiap hari saja. Kalau disuruh olahraga macam-macam, sumpah takut kenapa-napa."

Nana pun menggeleng pelan sebelum kembali ke meja dokternya. "Baiklah. Sementara sudah bagus fokus gaya hidup sehat. Tinggal meneruskan saja sampai gerd-mu menghilang," katanya. (*)

(*) GERD/Refluks gaestrofagus: asam dan empedu mengalir ke saluran makanan hingga mengiritasi lambung. Ini disebabkan katup sfingter sudah terbuka sehingga kalau kambuh bisa menyebabkan batuk kronis berminggu-minggu, terutama saat digunakan berbaring. Hingga sekarang, belum diketahui bagaimana cara gerd bisa sembuh total.

"Oke."

Nana pun melirik ke Apo. "Walau aku tidak yakin suamimu akan membiarkannya begitu saja. Apalagi dengan proses menunggu sembuh yang butuh bertahun-tahun."

"Maksudmu?"

Nana menulis sesuatu di notebook kecilnya, lalu menyobek selembar untuk Apo. "Aku tahu penyakitmu ini termasuk parah, tapi aman selama masih terkendali," katanya. "Dan berikan ini untuk Mile. Dia mungkin mau melakukannya."

"Apa ini?"

Nana pun menjelaskan karena Apo tidak paham aksara milik bangsa iblis. "Ini ada tanaman khusus yang agak susah didapat. Namanya The Endless Reiss. Letaknya cukup jauh dari sini, dan kalau mendapatkannya butuh usaha," katanya lamat-lamat. "Hanya saja, siapa tahu kalian beruntung? Kudengar khasiatnya magis dan bisa menyembuhkan apa saja."

"Wow," kata Apo yang kemudian menerima kertas itu. "Terima kasih. Nanti pasti kusampaikan."

"Hm, semoga berhasil," kata Nana dengan senyuman lebar. "Dan sampaikan maafku tidak bisa memberikan selamat lebih cepat untuk kalian berdua."

"Itu yang dia katakan?" tanya Mile setelah mereka pulang. Di sofa, iblis itu duduk sambil menikmati secangkir teh yang dibawakan pelayan.

Apo pun mengintip kertas yang dibawa Mile sambil memeluk leher sang suami dari belakang. "Iya. Bagaimana menurutmu?"

"Hm, setelah kita resepsi akan segera kucari," kata Mile. "Walau ini memang cukup jauh."

"Iyakah? Tapi kan kau bisa terbang secepat kilat," kata Apo.

Mile pun menoleh dan melihat ekspresi inosen lelaki manusia itu. "Aku bisa melakukannya kalau di dunia kalian," katanya. "Tapi ini di tempatku. Jadi, kau akan kutitipkan ke tempat Phi Jeje sebelum berangkat."

"Tunggu dulu, tunggu dulu. Maksudmu tanaman ini ada di dunia iblis?"

"Hm."

"Jadi aku langsung sendirian setelah kita resepsi?"

"Kenapa? Memangnya kau mau ikut? Para iblis kebanyakan menggunakan wujud aslinya di tempat itu," kata Mile.

DEG

Apo langsung mengerucutkan bibir, tapi penasaran juga dengan wilayah dimana Mile berasal. "Apa mereka jahat-jahat seperti Max?" tanyanya memastikan. "Kalau wujud aneh, mungkin aku bisa tahan. Toh paling sepertimu yang jadi naga."

"Yakin?"

"Aku mau ikut dengan suamiku. Tidak boleh?" balas Apo keras kepala. Meskipun begitu, dia kemudian tersenyum manis. "Toh aku yakin lebih aman jika bersamanya."

Baiklah, siapa yang sanggup menentang senyum yang secerah itu? Bahkan seorang panglima perang pun tidak akan bisa.

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C3
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk