Unduh Aplikasi
22.72% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 5: IT'S SHOWTIME, BABY!

Bab 5: IT'S SHOWTIME, BABY!

Jovanka segera menahan langkah Galang dengan menekan tangannya di dada bidang lelaki tampan itu. Dengan lembut dia mengelus dada yang degupnya tak beraturan itu terasa di telapak tangannya. Jovanka berdiri dan berhadapan sangat dekat dengan lelaki itu sekarang.

"Kalau kehadiran kami tidak diterima disini, it's fine then. Aku akan keluar," kata Jovanka tanpa menghentikan tangannya yang masih saja mengelus lembut dada bidang Galang.

Lelaki itu terdiam menikmati usapan lembut di dadanya. Tak biasanya dia merasa melayang seperti ini. Gadis didepannya sangat pandai memainkan hasratnya. Entah apa karena dia memang sudah mempunyai ketertarikan terlebih dahulu atau karena waktu yang tepat saat Galang memang sudah memendam keinginan untuk bertemu Jovanka.

"Kamu datang pada saat yang tepat," gumam Galang yang langsung membekap bibir ranum Jovanka dengan bibirnya. Jovanka pun membalasnya hingga mereka terpaksa melepaskan tautan bibir itu saat nafas mulai terengah.

Galang menatapnya penuh hasrat sementara Jovanka terlihat sangat santai menanggapinya. Dia berjalan menuju sofa tamu dan duduk dengan anggun di sana.

"Kapan kamu bisa memberikan kontrak pertama untukku?" tanya Jovanka. Galang menatapnya sambil tersenyum menyeringai.

"Aku ingin membuat kesepakatan tersendiri dengan kamu," kata Galang dengan tatapan tajamnya yang memandang Jovanka dengan lekat.

"Kesepakatan tersendiri?" tanya Jovanka membalas tatapan Galang dengan tak kalah dinginnya.

"Hm," jawab lelaki tampan bertubuh atletis itu sambil tersenyum menyeringai. Dia menyalakan ponselnya dan memasang perekam di sana.

"Kamu harus mau melayaniku setiap ada kontrak eksklusif yang kutawarkan untukmu," kata Galang. Jovanka terdiam mendengarnya.

"Hanya jika ada kontrak eksklusif dari kamu, hm?" tanya Jovanka hati-hati.

"Benar," jawab Galang sambil tersenyum menatap gadis cantik di depannya itu dengan hasrat yang semakin memuncak.

Tiba-tiba lelaki itu terkejut saat mendengar tawa Jovanka yang membahana. Tawa yang keluar entah karena senang atau marah, Galang hanya diam saja menunggu jawaban dari bibir gadis itu.

"Aku tidak suka sesuatu yang eksklusif," ujar Jovanka sesaat setelah tawanya reda.

"Jadi simpan saja angan-angan kamu itu," lanjutnya sambil memainkan lidahnya di antara kedua bibir yang basah. Galang terpaksa menelan salivanya berkali-kali.

"Kamu jangan sok suci. Gadis seperti dirimu banyak yang menyembah untuk kujamah," decih Galang kesal.

"Oke, find her for you then, not me," sahut Jovanka enteng. Galang hanya menghela nafas kesal mendengarnya. Suara ketukan pintu terdengar. Lavender dan sekretaris Galang memasuki ruangan yang terasa dingin bersama-sama.

"Ini berkasnya, Tuan," kata sekretaris itu sambil meletakkan kertas dan pena di hadapan Galang.

"Disini, disini dan disini," katanya memberitahu tempat yang harus dia tandatangani.

"Sudah," kata sekretaris itu dan menyerahkan satu berkas salinannya kepada Lavender.

"Done. Thank you for this fantastic agreement, Tuan Galang," kata Lavender senang. Galang tersenyum tipis mendengarnya. Netranya menatap sekretaris, memberi isyarat untuk segera keluar dari sana.

"Aku masih ada urusan dengan calon bintang kita. Bisakah kamu tinggalkan dia sejenak di sini?" tanya Galang tanpa memalingkan wajahnya dari Jovanka.

Lavender memandang Jovanka dengan penuh selidik. Raut wajahnya menyiratkan sedikit kekhawatiran. Tetapi Jovanka hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Lavender pun mengangguk dan ikut keluar bersama sekretaris yang telah menunggunya di depan pintu.

"Hal apa lagi yang ingin kamu diskusikan denganku?" tanya Jovanka sambil meregangkan badannya. Kedua tangannya diletakkan di atas sandaran sofa. Kepalanya pun dia rebahkan sambil terpejam. Satu jalan telah kembali ditempuhnya. Jovanka kembali tersenyum tipis membayangkan jalanan terjal yang akan dimulainya kini.

Galang memperhatikan saja aksi Jovanka itu. Geliat hasratnya seakan menggelitik asa ingin segera menyeret gadis itu untuk kembali meneguk kenikmatan dunia bersama. Tetapi bagian dirinya yang lain melarangnya. Arogansi yang selama ini membelenggunya membuat Galang berpikir bahwa tak ada yang lebih berharga selain dirinya.

"Tidak pada tempatnya jika aku harus merendah karena menginginkannya," kata Galang dalam hati.

"Kamu telah membuatku membuang waktu percuma di sini," kata Jovanka akhirnya. Dia mengangkat wajahnya dan menatap tajam lelaki yang masih saja memandangnya penuh hasrat itu.

"Aku tidak mau tahu, entah apapun namanya itu, kamu harus bersedia jika kuinginkan," kata Galang akhirnya.

"Kita tidak perlu membuat kesepakatan baru juga, karena kesepakatan ini telah tertulis di kontrak itu," lanjut Galang sambil tertawa lirih saat melihat Jovanka yang sontak membelalakkan netranya.

"Benarkah?" tanya Jovanka yang seketika bisa menguasai dirinya kembali.

"Kamu baca saja urutan akhir perjanjian ini," kata Galang sambil memberikan berkas itu kepada Jovanka. Segera Jovanka membacanya. Dia bukan gadis bodoh yang tak tahu bagaimana arti sebuah kalimat di perjanjian. Dengan perlahan dia membaca dan mencoba memahami isi dari bab terakhir perjanjian itu.

"Sialan, kenapa Om Lav sampai melewatkan sebuah kalimat ini?" batin Jovanka kesal.

"Bagaimana? Am I correct?" tanya Galang dengan senyum penuh kemenangan.

"Benar. Tetapi disini dikatakan bahwa aku harus mengikuti kemauan kamu jika kedua belah pihak saling menyetujui," jawab Jovanka.

"Bukankah itu artinya aku pun bisa menolaknya?" lanjutnya dengan nada yang lega. Tetapi Galang menggelengkan kepalanya.

"Oh my God! Apa lagi yang dia ingin tunjukkan?" tanya Jovanka dalam hati.

"Kalau kau menolaknya, kamu harus melihat di lampiran berikutnya," kata Galang yang semakin senang melihat kekhawatiran terekam di wajah Jovanka.

Tiba-tiba saja Jovanka kembali tertawa. Galang pun kembali dibuatnya bingung.

"Tentu saja perjanjian ini akan berputar di satu titik. Betapa bodohnya aku," kata Jovanka yang diiyakan dengan tepuk tangan dan senyum dingin Galang itu.

"Akhirnya kamu mengetahui juga," kata Galang senang. Jovanka merasa terjebak. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Dia tetap harus melangkahkan kakinya ke depan.

"Terserah kamu saja kalau begitu. Om Lav telah menandatanganinya, berarti aku tinggal melaksanakannya saja. Benar 'kan?" kata Jovanka. Dia pun segera berdiri dan bersiap untuk meninggalkan Galang.

"Mau kemana, kamu?" tanya Galang tak acuh.

"Tak ada lagi yang perlu dibahas. Aku mau pulang," jawab Jovanka sambil berjalan menuju pintu.

Namun belum juga langkahnya mencapai pintu, sebuah dering terdengar nyaring di ponselnya. Jovanka berhenti sejenak dan melihat nama yang tertera di layar. Om Lav.

"Ya, ada apa, Om?" tanya Jovita dengan tenang.

["Aku baru saja menandatangani kontrak pertama kamu, Jov. Sebuah iklan sabun mandi eksklusif. Lumayanlah untuk awal karir kamu,"] jawab Lavender yang membuat Jovanka memutar tubuhnya menghadap Galang. Lelaki itu tampak tersenyum puas melihat sinar terkejut yang merona di wajah cantik Jovanka.

"Benarkah?" tanya Jovanka perlahan. Dia pun terdiam mendengar petunjuk dan komentar Lavender yang sambil lalu masuk ke otaknya itu. Pikirannya lebih dipenuhi oleh keperkasaan Galang yang harus dia hadapi sebentar lagi.

"Om," panggil Jovanka lirih.

["Ya, Jov. Ada apa?"] tanya Lavender yang seketika menghentikan pembicaraannya itu.

"Perjalanan itu aku mulai sekarang. Jovanka akan segera beraksi," bisiknya lirih sambil mengakhiri panggilan itu.

["It's showtime, My Baby,"] kata Lavender menyemangati.

Jovanka kembali berjalan mendekati Galang yang menatapnya lekat di sana. Dihempaskannya harga diri jauh-jauh dari dirinya, seulas senyum menyeringai hadir di wajah yang ayu. Tanpa banyak bicara dia berjalan semakin mendekat. Galang tersenyum dalam hati sambil bersorak kegirangan. Tatapan penuh gelora yang tiba-tiba dia rasakan di netra Jovanka membuat hasratnya kembali menggeliat.

Tetapi tiba-tiba saja Galang terkejut dengan apa yang dilakukan Jovanka terhadapnya. Senyum kesenangan terpancar dari wajahnya.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C5
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk