"Kok Nona sedih?" Mery bertanya merasa tidak enak. Ia terenyuh melihat nasib Jeni yang belum beruntung.
"Tidak apa-apa, Mer. Bukan saya bersedih, tapi saya senang karena Wili masih mencemaskan saya," jawab Jeni seraya mengusap pipinya yang basah oleh tetesan bulir bening yang tak sengaja jatuh.
"Iya lah, Non. Sebenarnya Tuan Wili baik kok. Dia cuma perhatian. Apalagi sama istrinya pasti lebih perhatian lagi. Cuma sikapnya saja yang dingin dan jutek. Ah saya juga aneh sama Tuan Wili, masa sama istri sendiri pakai malu-malu segala sih," timpal Mery dengan ocehannya.
Sementara Jeni mulai mengukir senyum saat mendengar ucapan Mery barusan.
"Ya sudahlah, Non. Kita lupakan Tuan Bos yang jutek itu. Sekarang waktunya makan siang dulu ya. Saya sudah selesai masak," ajak Mery dengan antusias.
"Tapi kaki saya sakit, Mer," balas Jeni sambil mengarahkan pandangannya pada kakinya yang sudah berwarna putih dan wangi kencur.