Unduh Aplikasi
6.89% Ketika Dia Pergi / Chapter 12: Siapa Itu Nenek Tris?

Bab 12: Siapa Itu Nenek Tris?

Wahyu mengemudikan mobilnya keluar dari halaman. Setelah melalui perjuangan yang panjang menembus lautan wartawan yang haus berita, akhirnya Wahyu berhasil juga membawa Emily dan Dokter Rio keluar dari gerbang rumah itu. Para wartawan merapati bagian samping mobil city car berwarna merah itu dibagian sisi kanan, dimana Wahyu mencoba berkonsentrasi mengemudi menembus keramaian.

"Kemana Tania? Mengapa dia tak keluar menemui kita?," tanya wartawan-wartawan itu sambil menghadang mobil Wahyu. Mau tak mau, akhirnya Wahyu terpaksa membuka jendela untuk memberikan pernyataan singkat.

"Tania saat ini sedang menenangkan diri di suatu tempat. Apapun yang dilakukan oleh Benny, itu adalah tanggung jawabnya secara pribadi sebagai lelaki dewasa, jadi jangan disangkut pautkan dengan Tania."

"Apa itu artinya mereka akan bercerai?"

"Saya tidak bilang mereka akan bercerai," jawab Wahyu singkat.

"Katanya Benny dipaksa menikah siri dengan wanita itu."

"No comment."

"Bagaimana tanggapan Tania tentang pernyataan ART-nya?"

"No comment."

"Apakah Benny akan dilaporkan ke polisi karena kasus perzinahan dan pemerkosaan?"

"Maaf, disini ada anak-anak. Jaga kalimat kalian!" kata Wahyu mengingatkan. Namun seperti angin lalu saja, tetap saja Wahyu terus diberondong dengan pertanyaan-tanyaan yang nyaris vulgar.

Rio yang duduk di bangku belakang mobil jenis sedan itu mulai jengah dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak ada habisnya itu.

"Please, tutup aja jendelanya!" pinta Dokter Rio, sambil memperhatikan wajah Emily yang semakin pucat dan cemas. "Persetan dengan wartawan itu. Ada anak kecil disini!"

Wahyu menoleh, beradu tatap dengan Dokter Rio yang terlihat kesal. Akhirnya Wahyu mengalah dan menutup jendela mobilnya, lalu melajukan mobil itu perlahan menembus kerumunan.

"Tidak segampang itu bersikap pada wartawan. Seperti main layang-layang, ada seni tarik ulurnya. Kalau kita kasar, bisa berakibat buruk pada Tania. Bisa-bisa dia diberitakan macam-macam," ujar Wahyu sambil melirik Rio dengan ekspresi tidak senang.

"Kalau bersikap terlalu baik, mereka juga melunjak. Bisa-bisa baru besok Emily bisa keluar dari rumah itu," balas Dokter Rio.

Wahyu melirik Emily dari kaca mobil. Gadis kecil itu terlihat makin kecil dengan mengerutkan tubuhnya dan memeluk lengan Dokter Rio erat-erat. Wahyu sedikit cemburu melihat kedekatan Emily dengan dokter itu. Sudah bertahun-tahun Wahyu mencoba mendekatkan diri pada Emily, tapi hubungan mereka hanya sebatas 'lumayan dekat' saja. Tak pernah sekalipun Emily memeluk erat lengannya, seperti yang dilakukannya pada dokter yang baru dikenalnya beberapa hari itu.

"Maafkan Om Wahyu ya, sayang," ujar Wahyu sambil menghembuskan nafas. "Tadi Om juga berada dalam kondisi yang rumit dan serbasalah, sehingga tak bisa menjemputmu lebih cepat. Entah bagaimana, tiba-tiba saja Nenek Tris-mu muncul, setelah bertahun-tahun menyembunyikan diri dari dunia luar."

"Siapa itu Nenek Tris?", celetuk Emily.

Rio mengerutkan keningnya. "Maksudmu Bu Trisna Zillian?"

"Siapa itu Trisna Zillian? Nama belakangnya sama dengan Mama. Apa dia kerabat Mama?," tanya Emily lagi sambil mengerutkan kening.

Tapi Wahyu mengabaikan pertanyaan Emily dan memilih menatap Rio tajam dari kaca mobil.

"Kamu kenal Bu Trisna?"

"Ya kenal lah. Aku berasal dari daerah yang sama dengan Tania," jawab Rio. Trisna Zillian adalah sosok legendaris di Kota Alpan. Namun dia juga misterius, karena tidak pernah muncul lagi di masyarakat sejak belasan tahun yang lalu. Konon beliau tinggal di rumahnya yang megah namun terpencil di pinggir danau, ditemani pembantu-pembantunya yang setia. Nyaris terputus dari dunia luar. Sehingga hanya generasi-generasi tua yang masih membicarakannya, sementara generasi yang masih muda nyaris tidak pernah mendengar namanya.

"Kamu dari Alpan?" tebak Wahyu dengan nada curiga.

"Yep!"

"Kamu kenal Tania?"

"Siapa sih yang tak kenal Tania Zillian? Penyanyi terkenal di tanah air?," tanya Rio sambil tertawa pelan.

"Maksudku secara pribadi," ujar Wahyu sedikit ketus. Sejujurnya, awalnya Wahyu tidak terlalu senang dengan keberadaan Dokter Rio. Alasannya, dia tidak mengenal dokter itu, kecuali bahwa Rio adalah dokter yang pertama kali menolong Tania saat kejadian percobaan bunuh diri itu. Jadi wajar kalau dia khawatir bahwa dokter Rio akan membocorkan kondisi Tania pada media. Kemudian, setelah mengetahui bahwa Dokter Rio bisa dipercaya untuk menjaga privasi Tania, Wahyu malah kesulitan menebak tujuan Dokter itu. Apa dia benar-benar orang baik, atau punya rencana lain. Menginginkan uang balas jasa, misalnya?

Namun, melihat ketulusan Dokter Rio dalam menjaga Emily, sedikit banyak Wahyu mulai menaruh respek pada Dokter itu. Emily adalah anak yang sensitif. Tidak mudah bagi Emily untuk dekat dengan orang lain. Jadi kalau Dokter Rio bisa menarik simpati gadis itu, maka kemungkinan besar dia adalah orang yang bisa dipercaya.

"Aku pernah bertemu Tania, dulu sewaktu masih anak-anak. Tapi kurasa dia tidak mengenalku. Aku lebih muda beberapa tahun darinya," kata Dokter Rio menjelaskan.

"Om Dokter pernah bertemu Mamaku saat masih anak-anak ya?," tanya Emily tertarik. Wajah mungilnya menatap Dokter Rio lekat-lekat.

Dokter Rio mengangguk seraya mengelus rambut Emily. "Wajah Mamamu dulu bisa dibilang sangat mirip dengan wajahmu sekarang. Kecantikannya, suara merdunya, dan kebaikan hatinya membuatnya sangat disenangi oleh orang-orang di Kota Alpan."

"Mengapa Mama tak pernah membawaku ke Kota Alpan, ya?" tanya Emily. "Apa Mama menyimpan kenangan buruk tentang kota itu sehingga dia ingin melupakannya?"

Wahyu melirik Rio dari kaca mobil, sesaat kedua lelaki itu berpandangan. Baik Rio maupun Wahyu tahu jawabannya, namun kedua lelaki itu memilih diam.

Emily mencoba menatap kedua lelaki itu, namun mereka kompak membuang pandangan. Wahyu konsentrasi mengemudikan mobil yang mulai keluar dari kompleks perumahan dan memasuki jalan raya Jakarta yang padat.

"Lihat, itu klinik tempat Om bekerja," ujar Rio mencoba mengalihkan perhatian Emily. Tangannya menunjuk sebuah klinik 24 jam yang berada persis di dekat pintu gerbang kompleks perumahan elit itu.

"Oh, dekat banget ternyata," ujar Emily. "Sayangnya aku belum pernah kesana."

"Bagus dong."

"Kok bagus?"

"Artinya kamu anak yang kuat dan sehat. Jarang sakit, jadi nggak perlu ke klinik," kata Dokter Rio sambil mencubit hidung Emily, membuat gadis itu terkikik sambil memukul lengan Dokter Rio.

"Tapi coba aku pernah kesana, mungkin aku sudah lama mengenal Om Dokter."

"Memangnya kenapa kamu mau lebih lama mengenal Om?"

"Om asyik, bisa jadi temanku. Terkadang aku merasa kesepian kalau Mama pergi kerja dan aku ditinggal di rumah."

"Lah kan ada Papamu? Ada Mbak Yati juga?"

Dibilang begitu, wajah Emily kembali murung. "Apa benar Papa memperkosa Mbak Yati?" tanyanya tiba-tiba, mengejutkan Wahyu dan Rio.

Wahyu terbatuk. Sesaat dia kehilangan konsentrasi sehingga mobil itu melipir ke kiri, dan menabrak trotoar. Dokter Rio spontan beristigfar, sedangkan Emily berteriak.

"Hati-hati dong!" tegur Rio sambil melepaskan pelukan Emily. Tadi Emily spontan memeluk Dokter Rio saat mobil itu kehilangan kendali.

"Sorry," gumam Wahyu dengan wajah pucat. "Aku tadi kaget mendengar pertanyaan Emily. Kamu yang memberitahu dia?"

"Ya nggak mungkin lah! Edan kalau aku memberitahu anak kecil berita begituan," sanggah Dokter Rio.

"Kamu tahu dari mana, sayang?" tanya Wahyu sambil menepikan mobil. Tangan Wahyu memijat pelipisnya, kepalanya mendadak terasa pusing. Untungnya mobil itu berjalan pelan, sehingga tabrakan dengan trotoar itu tidak terlalu keras.

"Biar aku cek," kata Rio seraya membuka pintu mobil. Bagian sebelah kiri mobil terlihat sedikit penyok karena terbentur trotoar. Tapi selebihnya tidak terlihat kerusakan yang berarti.

"Apa kamu mendengar apa yang dikatakan wartawan?" desak Wahyu.

Emily menggeleng-gelengkan kepalanya, air matanya perlahan menggenang. "Aku pernah melihat Papa menarik tangan Mbak Yati masuk ke dalam studionya. Apa itu artinya Mbak Yati diperkosa?"


PERTIMBANGAN PENCIPTA
wetri_febrina wetri_febrina

Apa yang terjadi di masa lalu sehingga Nenek Tris tak pernah muncul dalam kehidupan Emily?

Terima kasih yang sudah mengikuti cerita ini. Masih banyak rahasia-rahasia mengejutkan, yang perlahan-lahan terbuka. Beberapa bab ke depan alurnya masih alur mundur, bercerita tentang kejadian yang menyebabkan Tania mengalami gangguan jiwa.

Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C12
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk