Unduh Aplikasi
0.26% Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi / Chapter 1: Chapter 1 :Lisa kau pembuat masalah?!
Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi original

Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi

Penulis: Riska_Prakoso

© WebNovel

Bab 1: Chapter 1 :Lisa kau pembuat masalah?!

Ini sudah keterlaluan, sepanjang hidup remaja laki-laki ini tidak pernah tenang. Kemanapun ia pergi, dua pria misterius mengejarnya secara berutal tanpa henti dan mengenal waktu. Bahkan saat malam hujan deras datang, mereka masih mengejar.

Qabil dan Habil, nama kedua pria itu. Entah kenapa orang tua mereka memberikan nama itu, mungkin suka atau hanya kebetulan saja. Saat semua orang sudah terlelap tidur abadi di dalam dunia mimpi, mereka harus menjalankan panggilan pekerjaan, yaitu mengejar seorang remaja laki-laki yang sepertinya menyalahgunakan pemberian Tuhan.

Dengan sigap remaja laki-laki itu meraih tangga darurat yang tersedia di apartemen tua. Suara tangga yang sudah berkarat berdecit karena gesekan dari porosnya. Qabil dengan berpakaian serba hitam mencoba meraih kaki remaja tersebut, namun gagal.

Itu membuatnya kesal. "Sial!" hardiknya.

Habil dengan berpakaian putih terdiam memandang Qabil tanpa ekspresi sedikitpun, menghentakkan kaki pada permukaan aspal jalan yang sudah dipenuhi dengan genangan air hujan, membuat genangan air sedikit bergelombang itu membuat dirinya melambung tinggi dengan mudah ia mendarat tepat di lantai atas apartemen. Membuat remaja laki-laki yang baru sampai di sana terkejut ketakutan.

"Tidak!! Gua kagak mau ikut kalian!!" teriaknya, menunjukkan sebuah belatih pada Habil.

"Hidup mu akan terjamin jika ikut dengan kami." Habil mencoba menyingkirkan belatih tersebut dari pandangannya.

Tap!

Remaja laki-laki itu terkejut dengan cepat mengarahkan belatih yang ia genggam sedari tadi di arahkan ke depan pria berpakaian serba hitam yang baru sampai mendaratkan kaki.

"Jika kau tidak mau aku akan memaksa mu." ucap Qabil.

"Kakak, hentikan itu. Aku mohon." balas Habil. Memberikan tangan kanannya untuk diraih remaja laki-laki itu.

Ia menatap telapak tangan Habil dengan ragu-ragu untuk menerima jabatan tangan tersebut, senyuman manis Habil terlukis saat tangan mereka saling bertemu. Lambat laun mereka sudah berpindah tempat, itu membuat remaja laki-laki terheran, bahkan sempat mengamuk saat mengetahui ia ada di mana.

"Gua kagak mau ke sini!! Kenapa lu bawa gua ke sini!!" teriaknya panik.

BUK!

Sebuah pukulan keras menghantam wajahnya, membuat ia terjatuh tersungkur hingga pingsan.

"Kakak." panggil Habil memperingati.

Namun Qabil tidak mempedulikan peringatan itu, dengan gagah ia melangkah meninggalkan Habil bersama remaja laki-laki yang masih tidak sadarkan diri atau mungkin saja ia sedang tertidur.

~*~

Dengan perlahan Qabil menutup pintu ruangan saat ia ingin beranjak pergi dari sana. Tanpa Qabil sadari dari kejauhan dibalik tembok pilar seorang remaja perempuan mengintip kepergiannya, sekuat apapun mereka menyembunyikan sesuatu dari remaja perempuan ini, itu sia-sia saja, karena Tuhan memberikan kekuatan pada dirinya yang bisa melihat apapun yang mereka sembunyikan. Bibir tipisnya terangkat membentuk senyuman, ia mencoba berbalik untuk kembali ke kamarnya, namun kali ini Dewi Fortuna tidak berpihak pada dirinya, di depannya sudah berdiri seorang Wanita dewasa dengan gaun apron dan celemek putih, dia seperti tokoh mama di anime Neverland, begitu menakutkan, Priscilla Denbright.

"Nona Lisa Hecate Thomas, sedang apa anda di sini?" tanyanya memberikan senyuman lebar pada Lisa. Ia benar-benar mirip dengan sosok tokoh itu, sedikit membuat remaja pemilik nama lengkap Lisa Hecate Thomas berdelik ngeri.

Remaja bernama Lisa Hecate Thomas putri dari Mr dan Mrs Thomas yang memiliki kekuatan yang sama dengan putri mereka atau Lisa yang memiliki kekuatan dari kedua orang tuanya, yang pasti mereka sudah senior dalam hal itu. Penduduk Bumi memanggil mereka keluarga dengan berambut ikal hitam dengan kulit sedikit sawo matang dan iris mata coklat, namun itu sangat cocok untuk mereka, mereka terlihat eksotis.

"Ibu Priscilla. Selamat malam." Sapa Lusi memberikan senyuman pada wanita itu.

"Kau jauh dari asrama putri sayang." ucapnya, lagi-lagi memberikan senyuman menakutkan itu.

"Ya, saya tau. Kalau begitu, saya permisi untuk kembali ke kamar. Selamat malam." Lisa membelai belakang lehernya, berjalan mencoba menjauh dari wanita menakutkan itu.

Priscilla Denbright adalah pengasuh para murid di Sekolah Sihir. Dengan rambut hitam yang di cepol, kulit putih pucat, bayangkan saja jika ia tidak memakai lipstik pada bibirnya, mungkin saja ia seperti hantu karena kulitnya yang seperti mayat hidup, mungkin saja jika cepol pada rambutnya lepas, ia akan seperti sosok hantu wanita yang kalian takuti selama ini.

Pengasuh murid di Sekolah Sihir? Ya, kalian berada di sekolah khusus. Mereka yang memiliki kekuatan pemberian Tuhan, namun tidak diharapkan oleh mereka yang dibilang manusia normal. Tapi bagi Lisa ini bukan masalah, karena orang tuanya pun memiliki hal yang sama dengan dirinya, namun bagaimana dengan murid lain?

"Dari mana saja kau?" tanya seorang murid perempuan dengan penampilan serba hijau, dari rambut bahkan penampilan yang ia pakai, jika kalian mendekat padanya maka kalian akan melihat iris matanya yang berwarna hijau muda, Lady Green. Asal usulnya masih menjadi rahasia, yang jelas Lady Green memiliki kekuatan alam.

Lisa terkejut. "Aku rasa ada murid baru yang akan bergabung di sekolah ini." ucap Lisa senang memberitahu kabar tersebut.

Lady Green melipat kedua tangannya. "Apa kau mengintip lagi?" tanyanya, tidak suka dengan perilaku teman kamarnya itu.

Lisa hanya bisa cengar-cengir, bersamaan dengan pintu kamar terbuka, Lisa melihat ke arah pintu dan Green menoleh, sepertinya salah satu teman kamar lainnya terbangun karena ulah mereka.

"Sedang apa kalian malam-malam begini?" tanya perempuan dengan rambut warna senja menyala seperti api. Ya, diantara mereka, dialah yang menduduki kekuatan yang memiliki emosi yang paling tinggi. Green lebih memilih masuk ke dalam kamar tanpa mempedulikan pertanyaan dari perempuan berambut senja itu. Membuat dirinya dan Lisa melihat kepergian Green.

"Apa dia sedang PMS?" tunjuk-nya.

"Mungkin." jawab Lisa menyusul Green.

Remaja berambut panjang berwarna merah itu hanya mengangkat kedua alisnya tanda heran dengan sikap teman kamarnya. Mata Emas yang membara melihat Green yang sudah berbaring membelakangi dirinya, dilihatnya Lisa yang sudah bersiap untuk tidur kembali.

"Apa yang kau lihat?" tanyanya. Membuat Lisa menghentikan gerakannya dari selimut.

"Tidak Lisa! Tidurlah!" Suruh Green.

Membuat remaja berambut ikal itu mengatup bibirnya, itu membuat remaja berambut merah tidak senang dengan ucapan Green, kedua remaja itu memang tidak pernah akur, mungkin karena kekuatan mereka yang berbeda.

Ini yang Lisa takutkan, ia beranjak turun dari ranjang bersiap untuk keluar dari kamar untuk berteriak memanggil pemadam kebakaran.

Ya, kekuatan remaja perempuan berambut merah itu adalah api, jika Lisa tidak melakukan hal itu, maka asrama wanita akan habis terbakar. Dengan cepat Lisa menekan tombol darurat, suara nyaring dari alarm peringatan berbunyi membuat seluruh murid perempuan beranjak keluar dari kamar.

Namun sepertinya dugaan Lisa kali ini salah, ia bisa melihat kedua teman kamarnya keluar, melipat kedua tangan dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Lisa!!" teriak Ibu kepala sekolah.


Bab 2: Chapter 2 : Masalah perasaan Green

Ketiga murid perempuan menundukkan kepala agar tidak melihat langsung mata wanita berkacamata di depan dengan dagu bertumpu pada kedua tangan memandang mereka dengan tajam.

Ia adalah Kepala Sekolah di sekolah sihir, Rosalyn, soal kekuatan yang ia miliki itu masih menjadi rahasia, kalau saja ia tidak memakai kacamata tebal mungkin ia akan terlihat cantik, sebenarnya itu hanya pemikiran kebanyakan orang saat melihat orang yang memakai kacamata, kenyataannya mereka tidak tahu apa-apa. Kepala sekolah Rosalyn memiliki mata hitam, warna kebanyakan manusia di Bumi dengan rambut lurus menutup leher dan jujur itu tidak cocok untuknya.

"Apa yang kau lakukan Lisa?" tanya Kepala Sekolah Rosalyn pada murid perempuan berambut panjang ikal, itu membuatnya terkejut dengan refleks mengangkat kepalanya melihat Kepala Sekolah Rosalyn.

"Mhhh ... Itu anu, aku pikir Lyne akan mengeluarkan kekuatannya, jika sampai itu terjadi, kamar akan terbakar untuk yang ke ... satu ... dua ... tiga ..." Lisa mulai menghitung berapa kali kamar asrama mereka terbakar karena kemarahan Lyne.

Kepala sekolah Rosalyn memukul jidatnya yang sedikit jenong dengan pelan. "Hentikan! Kembali ke kamarmu." Perintahnya.

"Baiklah." Lisa berjalan menuju pintu. "Aku akan menunggu kalian di luar!" ucap Lisa tanpa basa-basi. Kepala sekolah Rosalyn yang mendengar itu tidak habis pikir dengan sifat Lisa yang begitu ceroboh, Lyne dan Green hanya bisa tersenyum tipis merespon ucapan Lisa.

BLAM!

Suara bantingan pintu kayu terdengar saat Lisa menutupnya. Sesuai dengan janjinya, ia berdiri menunggu teman sekamarnya di luar dengan tangan di belakang dan bersandar pada dinding sejengkal jauhnya itu membuat tubuhnya sedikit miring. Karena penasaran, ia kembali ke posisi semula, mencoba dengan kekuatannya untuk melihat apa yang terjadi di ruangan Kepala Sekolah Rosalyn.

Tanpa Lisa sadari, seorang Pria tersenyum melihat tingkahnya. "Jika Kepala Sekolah Rosalyn tau, kau akan dapat hukuman lagi." ucapnya.

Lisa terkejut. Dengan cepat mengedipkan mata, menoleh, melihat pria itu, saat tahu siapa dia. Lisa hanya bisa memberikan senyuman lebar, begitu juga dengan Pria tersebut.

"Hai kak Habil." Sapa Lisa.

"Hai." balas Habil memberikan senyuman manis pada Lisa. Tentu saja itu membuat Lisa salah tingkah dan Habil menyadari itu. Lisa kembali ingat dengan remaja laki-laki di ruang informasi murid, niat ingin bertanya harus sirna saat pintu ruangan Kepala Sekolah Rosalyn terbuka.

"Aku sedang menunggu mereka." ucap Lisa menunjuk Lyne dan Green yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.

Green yang menyadari kehadiran Habil dengan cepat menyembunyikan wajahnya dan berlari meninggalkan mereka.

"Kenapa dia?" tanya Lyne kebingungan.

"Nggak tau." jawab Lisa menggelengkan kepala.

"Sudah sana kembali ke kamar!" pinta Kepala sekolah Rosalyn. "Habil? Apa kau ada keperluan?" tanya Kepala Sekolah Rosalyn, saat menyadari kehadiran Habil.

Lyne menarik tangan Lisa untuk meninggalkan tempat tersebut.

Habil tersenyum melihat kepergian kedua murid perempuan itu.

"Ya, saya ingin memberikan jadwal pelajaran baru yang anda minta." Memberikan sebuah map pada Kepala Sekolah Rosalyn, wanita dewasa itu menerima map tersebut.

"Wah, terima kasih. Mau mampir untuk minum teh dulu?" tawar Kepala Sekolah Rosalyn membuka pintu ruangannya lebar-lebar.

Habil menggeleng. "Tidak, lain kali saja, saya masih harus menyelesaikan pekerjaan lain." Tolak Habil secara halus.

"Oh ya, saya dengar kalian mendapat murid didik baru di Bumi, bagaimana rupanya?" tanya Kepala Sekolah Rosalyn penasaran.

Habil mencoba mengingat kembali sosok remaja laki-laki itu. "Yang saya ingat hanya matanya yang merah keemasan, intinya dia laki-laki." Habil tertawa kecil. Kepala Sekolah Rosalyn pun ikut tertawa, entah apa alasannya ia ikut tertawa.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat malam." Habil membungkukkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan Kepala Sekolah Rosalyn.

~*~

Green mencoba memangkas bunga liar yang tumbuh di sekeliling lantai kamar asrama, karena lantai kamar terbuat dari batu murni itu membuat tumbuhan tersebut berkembang pesat.

"Ya Tuhan ku yang maha agung. Apa yang terjadi?" tanya Lisa terkejut saat mendapati lantai kamar asrama dipenuhi rerumputan. Awalnya Lisa begitu terkejut, tapi ia dengan senang melepas sendalnya dan melompat-lompat di atas rerumputan tersebut.

"Lyne, cobalah ini sangat nyaman." Suruh Lisa menikmati setiap pijakan kakinya.

Lyne hanya diam melihat tingkah laku Lisa, lalu ia pun melihat Green.

"Apa yang terjadi?" tanya Lyne.

"Itu, gara-gara perasaan." jawab Green malu-malu.

"Perasaan suka pada kak Habil?!" Tebak Lisa asal bicara. Membuat Green kembali malu, itu membuat rumput bunga kembali tumbuh.

"Green hentikan itu!!" teriak Lyne tidak suka dengan padang rumput yang dibuat Green. Tapi tidak untuk Lisa, remaja itu malah terlihat senang.

~*~

Untuk kesekian kalinya Lyne menguap menahan kantuk dengan mata terus melihat Lisa yang masih bersemangat bermain-main dengan taman bunga yang tumbuh di dalam kamar asrama mereka, dan yang menyebabkan ini semua hanya bisa menunduk malu karena kesalahannya, petugas kesehatan sekolah sihir bahkan mencoba menenangkan Green untuk tidak terlalu membesar-besarkan perasaan nya itu.

"Sekarang tarik napas, lalu hembuskan, rileks-kan diri mu."

Green menurut.

"Bagaimana? Sudah lebih baik?" tanya Petugas kesehatan.

Green mengangguk pelan. Perlahan padang rumput di kamar mereka pun berangsur menghilang, Lisa cemberut kecewa.

"Sepertinya kau harus lebih rajin belajar mengendalikan emosional mu itu." ucap Petugas kesehatan, memberikan selembar kertas pada Green.

"Terima kasih, aku akan berusaha." balas Green menerima kertas tersebut dan berjalan menuju kamar. Green mencoba menutup pintu kamar dengan perlahan, melihat Lyne yang sudah tertidur lelap sedangkan Lisa, sepertinya ia masih ingin bermain di atas rerumputan.

"Padahal aku suka rumput bunga itu." ucap Lisa kecewa, memoyongkan bibirnya.

"Besok kita ke taman bagaimana?" Tawar Green.

"Tidak tertarik!" balas Lisa menutup tubuhnya dengan selimut.

Green terdiam, memandangi telapak tangannya, sedikit ada selaput halus seperti seekor laba-laba. Green bukanlah manusia, ia adalah makhluk Elf, itu sebabnya ia memiliki telinga yang berbeda dari Lisa dan Lyne ras manusia murni. Green masih berpikir, bagaimana bisa ia terjebak di dalam sekolah sihir ini. Tapi sepertinya ia tidak perlu khawatir karena elf di sekolah ini bukan hanya dirinya. Malam ini Green tidak bisa tidur, ia mencoba berjalan menuju jendela untuk membuka tirai yang menghalangi angin yang ingin masuk kamar, angin dengan lembut membelai wajah Green yang putih bersih, ia mencoba memejamkan mata samar-samar mendengar suara musik alam pada malam hari. Suara binatang malam yang lebih jelas terdengar di telinga Green.

"Green ini sudah malam, tidurlah." ucap Lyne saat tahu temannya belum terbaring di tempat tidur.

Green membuka matanya. "Baiklah." Saat ia ingin beranjak, tanpa sengaja ia melihat seseorang di atas atap gedung sekolah.

"Siapa dia?" tanya Green.

["Jangan menatap ku seperti itu!"]

Green terkejut, ia mencoba melihat sekeliling kamar, namun tidak ada siapapun selain mereka. Entah kenapa ia baru saja mendengar suara laki-laki di telinganya.

["Kenapa? Terkejut?"] tanya suara laki-laki terdengar kembali di telinga Green. Green mulai menyadari dari mana asal suaranya, ternyata orang yang ada di atap itu penyebabnya. Green melihat kembali, ia masih duduk di sana, tidak terlihat jelas wajahnya seperti apa.

"Si-Siapa kau?!" tanya Green di dalam hati.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C1
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank 200+ Peringkat Power
    Stone 0 Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk

    tip Komentar Paragraf

    Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.

    Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.

    MENGERTI