Tidak disangka ternyata berita tanding basket antara Rey dan juga Arkan menyebar dengan begitu cepat di seantero SMA Garuda dan hal tersebut menjadi perbincangan hampir seluruh anak Garuda.
Biasanya di waktu sekarang sekolah sudah sepi, tapi ternyata sekarang masih banyak murid yang berkumpul di lapangan basket untuk menyaksikan Arkan yang akan tanding basket dengan Rey.
Mereka yang sudah mengenal Arkan sudah pasti lebih memilih untuk tidak langsung pulang dan menonton Arkan main terlebih dahulu, begitu juga yang baru mengenal Rey.
Sama-sama ingin tahu dan juga ingin melihat bagaimana pesona dari seorang Rey Putra saat dirinya tengah bermain basket. Belum ada yang melihatnya, sehingga mereka begitu penasaran.
"Lo sudah siap?" tanya cowok yang sekarang sudah menggunakan seragam olahraga kebanggaan murid SMA Garuda.
"Siap menyaksikan hubungan lo berakhir?" tanya balik Rey dengan menggunakan nada yag terdengar begitu enteng.
"Lo gak akan bisa mengalahkan gue!" tekan Arkan dengan begitu serius.
Rey memperhatikan cowok yang ada di hadapannya dengan cukup serius. "Lo anak basket?" tanya Rey yang ingin tahu terlebih dahulu akan hal ini.
Arkan menggelengkan kepalanya, karena memang dia bukan anak basket. Alasan yang membuat Arkan memilih untuk menantang Rey untuk tanding basket, karena semula sedang ada yang bermain basket di lapangan.
"Bukan anak basket, tapi berani nantang basket. Menyediakan tempat untuk dipermalukan?" Sebuah senyuman miring milik Rey tercetak dengan jelas sebelum akhirnya meninggalkan Arkan.
Retta hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seteleh mendengar perbincangan dua cowok yang nanti akan tanding basket dengan sebuah taruhan yang cukup aneh untuknya.
Taruhan dari Arkan memang tidak terlalu aneh, di mana dia tidak ingin kalau Rey terus ikut campur akan urusannya dengan Retta, tapi keinginan dari Rey cukup aneh.
Tepuk tangan serta sorakan penonton yang ada menjadi pengiring langkah kaki cowok bertubuh tinggi dengan rambut hitam berantakan yang sekarang menggunakan seragam olahraga serta cowok yang sekarang hanya menggunakan kaos hitam dengan bawahan celana abu.
Berdiri saling berhadapan dengan tengah-tengah adalah bola basket yang dipegang oleh orang yang merupakan anak basket dengan memasang ekspresi yang menunjukkan ketidaksukaan.
Prittt
Suara peluit terdengar saat bola basket itu dilemparkan dan bola berhasail didapatkan oleh Arkan. Dengan begitu santai Arkan membawa bola sampai akhirnya bola berhasil masuk ke ring.
Tepuk tangan terdengar dengan begitu meriah saat Arkan sudah berhasil mencetak point. Mereka begitu bangga saat orang yang mereka dukung berhasil di saat tembakan pertama.
Waktu terus berlalu dan point masih unggul di tangan Arkan. Di saat banyak siswi yang merasa begitu bahagia saat Arkan memimpin point, lain hal dengan pacarnya sendiri.
Di mana Retta sekarang malah terlihat seperti orang yang kebingungan dan seolah tidak ikhlas kalau Arkan mempunyai point di atas Rey, ada sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan.
Apakah dengan Retta yang tidak ikhlas saat point Arkan di atas Rey berarti dirinya memang ingin putus dari Arkan?
Kalau memang Retta ingin putus dari Arkan, apa alasan utamanya?
Apakah karena memang dia sudah tidak betah menjalin hubungan yang toxic bersama dengan Arkan atau karena dia mempunyai rasa pada Rey Putra?
*****
Waktu berlalu dengan sendirinya sampai akhirnya durasi pertandingan habis dan suara tepukan begitu menyeluruh mengelilingi lapangan basket saat pemenang sudah diketahui dengan begitu jelas.
Mereka berdua melangkahkan kaki mereka menuju ke tengah lapangan, mereka saling menatap satu sama lain menggunakan ekspresi yang begitu datar sampai akhirnya ada yang mengukirkan senyumannya.
"Putus?" Rey berucap dengan begitu ringan sambil menatap Arkan. Di sini Rey mengingatkan taruhan yang sudah Arkan setujui.
Hasil dari pertandingan sekarang Rey yang berhasil mencetak point jauh lebih unggul dari pada Arkan, sehingga tidak heran kalau Rey memberikan sebuah kode untuk Arkan putus dengan Retta.
Langkah kaki Retta sulit untuk dijelaskan, dia melangkah dengan cukup berat menuju ke tempat di mana pacarnya dan juga Rey berada. Retta kebingungan dengan apa yang harus dilakukan.
"Gue yang menang maka lo harus?" Rey mempersilakan Arkan untuk menjawab sendiri apa yang harus dia lakukan.
Betapa terkejutnya Retta saat melihat Arkan yang pada akhirnya menganggukkan kepalanya tanpa terlihat sebuah beban atau keberatan saat menyetujui apa yang sudah mereka janjikan sebelumnya.
"Oke, gue akan memu—
Kalimat Arkan dengan seketika terpotong sebab Rey yang berucap, "Bukan lo yang ngomong."
Mendengar itu membuat Retta langsung melirik ke arah di mana Rey berada. Retta mengernyitkan keningnya tanda tanya dan kemudian menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Akan lebih baik kalau lo yang mengakhiri hubungan kalian," ucap Rey yang memberikan sebuah penjelasan dari alasan yang membuat dirinya menghentikan Arkan yang sedang berucap.
"Gue? Gue yang mengakhirinya?" tanya Retta yang merasa kebingungan dengan semua ini.
Mendengar dan juga melihat Retta yang terlihat tidak sanggup serta kebingungan, membuat Rey memperhatikan Retta dengan begitu serius.
"Lo masih ingin mempertahankan cowok yang sudah jelas-jelas merendahkan lo?" Rey tidak habis pikir pada Retta yang begitu kesulitan dalam mengakhiri hubungan ini.
Di sini Retta bukan begitu ingin mempertahankan Arkan yang memang dia sendiri sudah tahu sering merendahkannya, tapi karena banyak hal lain yang sulit untuk dia jelaskan.
Selama 7 bulan mereka menjalin sebuah hubungan, bukan sedikit kenangan yang ada dan juga bukan sedikit juga pertengkaran yang pada akhirnya berakhir dengan merendahkan.
Di sini Retta hanya tanda tanya kenapa Rey bisa sampai di titik ingin begitu membuat hubungannya dengan Arkan sampai putus, bahkan sampai dijadikan sebagai taruhan dari pertandingan ini.
Tidak mengucapkan kalimat apa pun, Rey langsung melangkahkan kaki begitu saja meninggalkan Retta dan juga Arkan di tengah lapangan. Banyak yang bertanya-tanya dengan hal ini.
Rey sudah begitu muak menunggu waktu di mana Retta mengakhiri hubungannya dengan Arkan. Rey hanya tidak ingin kalau Retta terus-terusan direndahkan, tapi kenapa begitu sulit untuk membuat Retta mengakhiri hubungan ini?
Kenapa Retta begitu mempertahankan Arkan?
Like it ? Add to library!
Melihat Rey yang pergi begitu saja, membuat Retta begitu kaget dan menjadi merasa bersalah dalam hal ini, tapi dia memang tidak bisa begitu saja meminta untuk putus dari Arkan.
"Rey, tunggu!" teriak Retta.
Retta berniat untuk mengejar Rey, tapi ternyata tangannya malah ditahan oleh Arkan. Retta memperhatikan Arkan yang sekarang tatapannya sudah berubah menjadi begitu serius.
"Gue rasa hubungan kita cukup sampai di sini," ujar Arkan dengan penuh keseriusan sambil menatap Retta.
Kedua bola mata Retta membulat saat mendengar sebuah kalimat yang seperti itu keluar dari mulut Arkan. "Apa lo bilang? Sampai di sini? Berarti lo memutuskan gue?" tanya Retta.
Dengan penuh keseriusan Arkan menganggukkan kepalanya. "Ya. Lagi pula, apa yang gue pertahankan dari cewek kayak lo?" tanya Arkan.
Lagi-lagi ada sebuah kalimat yang berhasil membuat hatinya kembali merasakan yang namanya sakit. Retta benar-benar tidak habis pikir dengan semua ini.
"Gue yang disuruh untuk mengakhiri hubungan ini memilih untuk diam dan tidak berucap, tapi kenapa lo bisa semudah itu mengakhiri hubungan kita?" tanya Retta yang begitu sulit untuk menerima ini.
"Lo jadi cewek so baik, berlagak manis, padahal lo itu cuma cari perhatian kan?" tanya Arkan yang terus-terusan menatap Retta dengan senyuman miring yang tercetak dengan begitu jelas.
"Cari perhatian lo bilang?" Retta tertawa hambar. "Terserah lo mau ngomong apa!" ujar Retta yang sudah tidak peduli akan hal ini.
"Memang lo gak pantas untuk bersama dengan gue," ujar Arkan sambil menunjuk Retta dengan begitu rendah.
Retta menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang sudah Arkan ucapkan. Sama sekali dia tidak pernah membayangkan kalau semuanya akan berakhir seperti ini.
Di sini banyak orang yang begitu terdiam mendengar apa yang sudah Arkan ucapkan. Meski mereka adalah cewek yang suka pada Arkan, tapi tetap saja mereka tidak percaya dengan apa yang sudah mereka saksikan.
Mereka juga bisa menilai bagaimana seorang Retta, seperti apa penampilan Retta, berapa banyak cowok yang mengejar Retta, tapi ternyata Retta jatuh di tangan cowok yang salah.
"Segitu tidak pantasnya gue bersama dengan lo? Segitu rendahnya kah gue di hadapan lo?" Tatapan mata Retta sudah mulai berkaca-kaca.
"Lo memang rendah dan lo memang tidak pantas bersama dengan gue, lagi pula cowok mana yang suka sama lo?" tanya Arkan yang tak lama dari itu langsung tertawa merendahkan.
"Gue," jawab seseorang dari arah belakang para cewek dan kemudian membelah kerumunan menuju ke tempat di mana Retta berada.
"Gue sebagai cowok juga suka sama dia," lanjut seorang cowok bertubuh tinggi yang sekarang tengah menggunakan jersey basket.
Retta begitu terdiam saat melihat dua cowok yang dia ketahui siapa namanya, bahkan semua siswi yang ada di sini juga tahu siapa mereka berdua. Retta masih tidak percaya dengan apa yang sudah mereka ucapkan.
"Menanyakan siapa yang suka sama Retta? Gue anak kelas XII IPA 2 suka sama dia," ujar seorang cowok yang ikut melangkahkan kaki menuju ke tengah lapangan.
Tiga cowok yang merupakan most wanted SMA Garuda sekarang berdiri di samping Retta dan menatap serius cowok yang berada di hadapan mereka yang baru saja merendahkan Retta.
Dengan 3 cowok itu yang maju membuat banyak pemikiran yang dengan sendirinya berubah dan merasa kalau banyak cowok di luar sana yang suka pada Retta, tapi tidak berani mengatakannya.
Cowok yang semula sudah maju adalah Aditia, Rangga, dan juga Ezard. 3 cowok yang cukup menjadi incaran banyak cewek SMA Garuda. Banyak yang terkejut saat 3 cowok itu mengaku kalau mereka suka pada Retta.
"Cewek yang lo rendahkan adalah cewek yang diidamkan!" tekan Ezard yang tak lepas menatap Arkan.
Semula dirinya tidak ingin ikut campur dalam hal ini, terlebih saat semula masih bersama dengan Rey, tapi setelah melihat banyak yang menyaksikan Retta dan juga Arkan mereka tanda tanya.
"Kalau lo gak suka sama Retta, lo tidak perlu menjelekkan dia!" larang Rangga yang juga menatap Arkan dengan tatapan yang tidak suka dengan apa yang sudah Arkan lakukan.
"Lo mungkin bisa seenaknya merendahkan dia, tapi yang suka sama dia gak akan terima dengan semua hal ini." Aditia berucap menggunakan kalimat yang dirasa banyak disetujui oleh banyak orang.
Memang orang yang sudah suka, apalagi sampai pada titik sayang tidak akan tinggal diam dan menerima semua itu dengan begitu saja saat tahu orang yang mereka suka direndahkan seperti ini.
Sepertinya Arkan salah merendahkan orang.
Memang Arkan adalah salah satu most wanted di SMA Garuda, tapi jangan lupakan Retta yang menjadi incaran banyak para buaya SMA Garuda yang bisa muncul kapan saja.
Di luar sana memang banyak cewek yang biasanya direndahkan oleh pacarnya yang merupakan most wanted, karena merasa kalau banyak yang mengejar dirinya dan berakhir dengan ceweknya yang mau tidak mau harus menerima semua itu.
Hal itu tidak akan terjadi pada Retta. Banyak cowok yang akan mendukung Retta dan juga membela Retta saat dirinya direndahkan seperti ini, karena pada kenyataannya Retta tidak serendah yang Arkan ucapkan.
"Minta maaf sama Retta sekarang juga," ucap Aditia sambil terus memperhatikan Arkan yang sekarang sepertinya sudah merasa begitu emosi dengan semua ini.
"Lo mending pergi dari sini, sebelum emosi kita makin naik." Rangga memberikan sebuah saran yang bisa Arkan lakukan.
Ezard menatap Arkan dengan begitu dalam. "Tidak pergi dari sini sekarang, gue artikan sebagai lo menantang gue." Kalimat itu terucap dengan begitu serius dari mulut Ezard.
Tidak lama dari itu Arkan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Retta yang sekarang tengah bersama dengan 3 cowok yang sudah secara terang-terangan mengakui kalau mereka suka pada Retta.
"Are you okay?" tanya Aditia dengan menggunakan nada bicara yang begitu lembut.
Retta menganggukkan kepalanya. Semula dia hanya speechless dengan semua yang sudah terjadi, dimulai dari apa yang sudah Arkan ucapkan sampai pada perlakuan mereka semua.
"I'm okay, thanks nih. Gila gak nyangka banget gue, hm malu." Perasaan Retta sekarang benar-benar sulit untuk dijelaskan oleh kata-kata.
Bagaimana Retta tidak kesulitan untuk menjelaskan perasaannya kalau dia secara terang-terangan sudah dibela oleh 3 cowok yang begitu terkenal di SMA Garuda, terlebih mereka mengatakan kalau mereka suka pada dirinya.
Begitu banyak siswi yang merasa iri dengan apa yang sudah terjadi. Mereka bbegitu kesulitan mendapatkan hati 3 cowok tersebut, tapi 3 cowok itu malah secara terang-terangan mengatakan kalau mereka suka pada Retta.
"Makasih banyak ya Dit, Ngga, Kak."
Kalimat itu adalah kalimat yang bisa dengan mudah untuk Retta ucapkan, karena dia kebingungan harus menggunakan kalimat apa untuk berterima kasih pada mereka.
"Apaan bilang makasih doang?" jawab Rangga sambil tersenyum mencurigakan saat menatap Retta.
"Lo mau apa?" tanya Ezard yang menatap Rangga dengan serius.
"Traktir dong," jawab Rangga dengan begitu enteng.
"Minta imbalan dia," sindir Retta.
Rangga tertawa dengan begitu santai. "Gak, bercanda gue."
"Serius juga gak masalah," lanjut Retta dengan nada yang begitu enteng.
Setelah itu mereka melangkahkan kaki mereka bersama dengan posisi Retta yang berada di tengah-tengah mereka. Begitu banyak siswi yang begitu kagum melihat mereka bertiga bersama.
Definisi mati satu tumbuh seribu gak sih?
Enggak deng, pergi 1 datang 3.
Iya 3, 3 yang berani secara terang-terangan mengakuinya di depan umum dan berhadapan dengan Arkan, karena di luar itu masih banyak yang suka pada Retta.
Betapa bodohnya Arkan yang menyia-nyiakan cewek seperti Retta. Di saat yang lain mengejar Retta dan kesulitan mendapatkan hatinya, tapi Arkan malah menyia-nyiakannya kesempatan yang sudah Retta berikan.
Lalu siapa yang pada akhirnya akan menggantikan posisi Arkan di hati Retta?
Komentar Paragraf
Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.
Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.
MENGERTI