Sementara Kanaya asik nonton Film, sudah hampir selesai ia menangis, tersedu-sedu, ketika dialog sang wanita. "Cukup aku lelah." Saat itulah Kanaya berderai air mata.
"Kenapa tragis. Prianya mudah mencintai istrinya, pernah jalan dan belanja bersama. Heh..., aku menikah 1 bulan saja sering diam-diaman. Musuh satu rumah." Kanaya menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia melihat sosok dari sela jarinya, ia menampar dengan keras.
"Sakit. Apa dia dengar, Ha gawat! Gawat! Gawat." gumam Kanaya masih memastikan lagi yang di lihatnya.
"Ini halu, atau benar dia ada." Gumamnya, melihat Mahis masih berdiri dan bersandar santai di tiang besar. Kanaya merunduk. "Benarkah dia? He, selalu aku bertingkah aneh."
Kanaya menoleh secara perlahan. "Yah ketahuan." Kanaya mematikan tv dan beranjak, ia malu, berjalan dengan merunduk lalu, mencium tangan Mahis.