Unduh Aplikasi
5.82% Dalam Jeratan Dendam SANG MAFIA / Chapter 17: Menahan Tuan Drigory

Bab 17: Menahan Tuan Drigory

Kimberly masih terlihat shock saat setelah melihat kejadian yang baru saja terjadi. Saat itu, Black melihat Nathan bersama Kimberly di taman. Ia langsung menghampiri mereka berdua.

"Nona Watson, ikut aku ke dalam," ajak Black.

"Black!" pekik Nathan.

"Kau tak bisa membiarkan dia di sini, Nathan," ucap Black.

Nathan segera berdiri di depan Kimberly. Ia menatap tajam ke arah Black. "Dia tak ada hubungan dengan semua ini!"

Black menatap anak dari bosnya itu. Ia lantas menurunkan tensi ketegangan di hadapan kedua remaja ini.

"Ibunya menunggu di dalam. Aku harus mengantarnya kepada ibunya," ucap Black.

"Ibunya?" gumam Nathan.

"Ayo, Nona Watson. Ikut aku ke dalam," ajak Black.

Kimberly menatap ragu ke arah Black. Ia takut pada sosoknya yang tinggi besar. Ia lantas menoleh ke arah Nathan seperti sedang mencari pertimbangan.

"Masuk saja," ucap Nathan.

Dengan ragu, Kimberly pun mengikuti Black masuk ke dalam rumah besar itu. Sementara Nathan tetap pada posisinya.

"Kau tak ikut?" tanya Kimberly kepada Nathan.

"Untuk apa?" sahut Nathan dengan santai.

Kimberly menyayangkan sikap Nathan yang acuh. "Lalu untuk apa tadi kau melindungiku?" gerutu Kimberly.

Kimberly kemudian mengikuti langkah Black dan meninggalkan Nathan sendiri di taman. Nathan melihat Kimberly dari kejauhan dengan raut wajah yang aneh.

***

Di ruang penyimpanan senjata milik Tuan Drigory. Ia terlihat memilih beberapa senjata. Namun, Lucy menahannya.

"Tuan Drigory, kau harus tenang!" Lucy berusaha menahan Tuan Drigory yang sudah siap dengan senjatanya. Tuan Drigory begitu tersulut emosi, setelah tahu kediamannya diserang secara brutal.

"Jangan menghalangiku, atau kau akan menerima akibatnya!" Tuan Drigory memperingati Lucy agar tak menghalanginya membalas dendam.

Lucy berusaha untuk meraih pistol yang dibawa oleh Tuan Drigory. Ia tak ingin Tuannya itu melakukan aksi yang sembarangan.

"Kau harus berpikir jernih, Tuan. Jangan asal-asalan! Biarkan polisi menangani ini!" ucap Lucy.

"Polisi? Polisi katamu? Sejak kapan Drigory meminta bantuan polisi?" Tuan Drigory sangat tersinggung dengan usul dari Lucy. "Tidak ada seorang pun anggota mafia yang mengadu kepada polisi saat dirinya diserang. Apa kau ingin membuat lelucon, Lucy!"

"Aku mengerti kau marah, Tuan. Tapi kau tak boleh gegabah! Peterson adalah seorang pejabat publik. Kau bisa terkena masalah!"

"Kau pikir aku takut? Kau pikir aku bodoh tidak memikirkan kemungkinan itu!" pekik Tuan Drigory.

Tiba-tiba Nathan masuk ke ruangan khusus milik ayahnya itu. "Kau sedang apa, Ayah?" tanya Nathan yang melihat ayahnya membawa senjata yang tak biasanya dia pakai.

"Jangan ikut campur! Keluar dari tempat ini. Siapa yang mengijinkanmu masuk?" ucap Tuan Drigory begitu marah. Selama ini Nathan memang tak diijinkan masuk ke tempat penyimpanan senjata karena dia masih terlalu muda untuk ini. Tapi sebenarnya, Black diam-diam sudah mengajari Nathan bagaimana cara menggunakan senjata. Sehingga Nathan sering ke tempat ini tanpa sepengetahuan ayahnya.

"Kau ingin membunuh Tuan Peterson?"

"Cih! Jangan panggil dia Tuan! Dia bukan Tuanmu!" Tuan Drigory semakin tersulut emosi saat anaknya malah ikut menyiram bensin di dalam api kemarahan Tuan Drigory.

"Kau begitu tenang saat Jimmy pulang dengan kondisi tak bernyawa. Tapi kau justru marah saat anak buahmu dibunuh. Aku sungguh tak mengerti apa yang ada di pikiranmu. Kau ingin mendapat sorotan dengan membunuh Tuan Peterson? Silahkan! Tapi, kembalikan kakakku dalam keadaan hidup!" ucap Nathan.

"Omong kosong macam apa ini? Black! Black! Dimana kau! Bawa anak sialan ini pergi!" teriak Tuan Drigory.

"Kalau kau ingin balas dendam, seharusnya kau balas dendam untuk anakmu! Bukan untuk anak buahmu! Kau sudah membunuk ibu! Sekarang kau juga membunuh Jimmy .... "

"Nathan!" Tuan Drigory tak bisa lagi menahan amarahnya. Ia langsung menodongkan senjata ke arah Nathan.

Lucy yang melihat adegan itu tentu saja panik. Baru kali ini, Lucy melihat Tuan Drigory marah seperti itu. Tapi itu wajar. Nathan menyebutkan kata yang terlarang untuk diucapkan di dalam keluarga ini.

"Jangan sebut-sebut ibumu! Dia sudah mati!" ucap Tuan Drigory yang sudah siap menembak Nathan.

Tubuh Nathan bergetar saat pistol sang ayah ditodongkan padanya. Tapi ia masih tetap menatap sang ayah tanpa berkedip sedikit pun.

"Tembak saja! Tembak saja aku! Dengan begitu kau bisa melakukan apa pun yang kau mau. Aku tahu kau menahan diri karena keberadaanku. Jika aku menyusul ibu dan kakak, maka kau akan menjadi Tuan Drigory yang hebat dan tak tertandingi. Kau tak perlu khawatir anakmu berkencan dengan anak musuhmu. Kau bebas tidur dengan wanita ini kapan pun!" ucap Nathan tak gentar di depan sang ayah.

Lucy takut kalau Tuan Drigory akan menarik pelatuk pistol dan menembak Nathan. Akan ada banyak masalah yang terjadi, kalau mereka ketahuan tak akur satu sama lain.

"Tuan, turunkan senjatamu. Nathan adalah putramu. Kau tak boleh membunuh darah dagingmu sendiri. Itu aturannya," ucap Lucy.

Lucy perlahan mendekati Tuan Drigory. Ia menyetuh lembut ke sela-sela tangan Tuan Drigory dan mencobanya meraih pistol itu darinya.

Lucy beribisik di telinga Tuan Drigory dengan suara yang sengaja ia buat lembut

Namun, menggoda.

"Aku punya cara untuk menjatuhkan Peterson, tanpa kau harus mengotori tanganmu sendiri," ucap Lucy tepat di telinga Tuan Drigory.

Tuan Drigory melirik ke arah Lucy. Sementara pistol itu berhasil direbut dengan lembut oleh Lucy. Nathan terlihat lega karena ia tak jadi mati di tangan ayahnya sendiri.

"Cara apa?" tanya Tuan Drigory.

Lucy menolehkan ke arah Nathan, lalu ke arah Tuan Drigory. Seperti sebuah kode kalau ia tak ingin Nathan mendengarkan pembicaraannya dengan Tuan Drigory.

"Keluarlah, Nathan. Kali ini kumohon padamu," ucap Tuan Drigory kepada anaknya.

"Kau tak akan pergi ke tempat Tuan Peterson dan membunuhnya kan?" ujar Nathan memastikan. Karena, jika ayahnya membunuh Tuan Peterson, maka tamat juga nasib Nathan. Memiliki masalah dengan pejabat memang sangat rumit. Meskipun keluarga Drigory juga tak bisa dipandang remeh.

Tuan Rumah menunjuk pistolnya yang dibawa oleh Lucy. Sungguh luar biasa wanita itu. Bagaimana bisa ayahnya luluh padannya?

"Tentang pegawai itu .... " Nathan mencoba bertanya tentang Viona yang melamar kerja di rumah ini. Namun sepertinya sang ayah tak ingin membicarakannya.

"kau bisa tanya kepada Black. Dia yang mengurus semuanya," ucap Tuan Drigory.

"Anaknya adalah temanku di kampus. Jangan macam-macam. Aku tak ingin dia berpikir yang tidak-tidak padaku," ucap Nathan.

"Akan kuingat. Sekarang pergilah, sebelum aku benar-benar menembakmu," ancam Tuan Drigory.

Nathan bergegas keluar dari ruang penyimpanan senjata milik sang ayah. Ia lega, karena ayahnya tak jadi pergi menemui Tuan Peterson dan bertindak sembarangan. Ia lebih lega lagi, karena ayahnya tak jadi melepaskan tembakan tepat di kepalanya.

Bersambung ...


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C17
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk