Unduh Aplikasi
5.88% Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 14: Memburu Rakuta

Bab 14: Memburu Rakuta

1 Tahun Kemudian

Sekelompok orang tengah berjalan menelusuri hutan, enam orang dan salah dua diantaranya perempuan. Satu masih muda dan bahkan berada di depan, dia adalah pemandu perjalanan tersebut. Lima orang dari mereka adalah Aflif 'Rendana'.

"Masih Jauh?" Jeni yang merupakan satu-satunya anggota perempuan dari Aflif itu bertanya pada wanita muda di depan mereka. Wanita muda pemandu jalan itu bisa dibilang masih sangat muda, sekitar 14 tahun. Namun, kemampuannya dipercaya tim Aflif tersebut karena mereka membayar besar untuk mencari keberadaan Rakuta.

"Tidak jauh lagi," Wanita itu bernama Nada dan meyakinkan Jeni.

Tim Aflif Rendana membayar Nada sudah dua bulan ini, sebelumnya mereka mendeteksi adanya Rakuta di dalam gua di ujung perbatasan sebuah desa. Rakuta tersebut adalah sejenis burung raksasa mirip elang yang besar dan memiliki cakar serta bulu emas. Sayangnya, mereka tak bisa menangkap Rakuta itu meski sudah terlibat pertarungan sengit. Burung itu terbang bebas dan tak kembali lagi, tentu saja karena sarangnya tidak ada telur. Burung Rakuta itu pun pergi dan mencari tempat persembunyiannya lagi.

"Kira-kira energi Rakuta yang Kau rasakan, apa jenis Rakuta ini?" Roki sang Ketua Tim penasaran dan bertanya pada Nada.

"Aku tidak tahu, tapi kekuatanya besar."

Roki pun terdiam mendengarnya dan segera waspada.

Mereka melihat sekeliling, kosong, namun ada sebuah bekas tenda yang sepertinya sudah lama tak terpakai. Mereka pun meneliti tenda sederhana itu, usang. Nada membimbing Tim itu untuk berjalan lagi. Harusnya di sekitar sini, begitu gumam Nada karena merasakan aura dari Rakuta di sekeliling mereka.

"Hati-hati, aku merasakan energi Rakuta di sekitar sini!"

Para anggota Aflif Rendana pun ada yang mencabut senjata mereka karena harus waspada, sedangkan yang lain bersiap dengan kuda-kudanya. Beberapa menit, tak ada gerakan, tak ada tanda-tanda apapun. Mereka pun jadi ragu jika ada Rakuta di sekitar mereka.

Setelah lama tak ada tanda-tanda kehidupan kecuali hanya keheningan, Aflif Rendana mulai meragukan kemampuan Nada.

"Sepertinya kita harus segera pergi dan tak bisa mempercayai pelacak ini," Rinto yang merupakan anggota Rendana itu mulai kesal.

"Tunggu," Samo melihat ke atas dan melihat sebuah gundukan menyembul agak besar di kayu besar di atas pohon, "Apakah itu sarang Rakuta?"

"Pasti! Itu pasti!" Kini, si Nada mulai tambah yakin. Itu pasti sarangnya, karena itu mirip sebuah sarang atau rumah bagi adanya kehidupan.

Mereka pun melompat ke atas pohon sambil berhati-hati dan waspada. Mereka mendekati gundukan yang ditutupi kayu tersebut. Ternyata, ada pintu disana. Rinto mengetuk pintu itu, Tok Tok! Tak ada jawaban. Dia mendorong sedikit pintu kayu itu, dan seperti tak terkunci. Pintu usang itu pun terbuka begitu saja.

Mereka waspada, namun tak ada yang terjadi ketika pintu dibuka. Hanya saja, terdapat sosok manusia yang tengah tertidur lelap, namun ruangan itu seperti ruangan yang bersih.

Rumah manusia? Mereka merasa heran, ada manusia yang tinggal di rumah kayu seperti itu.

Mereka mengucapkan permisi, namun lelaki yang tidur itu tidak bangun juga.

Nada yang berpikiran beda, dia merasakan bahwa manusia yang tertidur itu menurut analisanya dan yakin bahwa itu Rakuta. Namun kenapa bentuknya manusia?

"Hati-hati, Dia adalah Rakuta, dia bukan manusia!"

Tim Aflif Rendana kini semakin tak percaya bahwa Nada adalah pelacak Rakuta yang handal. Jelas-jelas manusia dan Rakuta punya aura yang berbeda, mereka pun merasakan bahwa manusia yang tertidur itu adalah murni manusia dan bahkan energinya sangat kecil.

Roki pun menekan tombol kecil di arloji tangan kirinya, angka poin hologram pun muncul dan dia mengetahui bahwa lelaki yang tidur itu bahkan hanya memiliki poin 1, yang artinya, lelaki itu, manusia biasa!

Tak ada gerakan apapun, Nada mulai berani melangkah masuk ke dalam. Semua mengikutinya masuk, tak terjadi apapun. Nada memberanikan mendekati lelaki yang tengah tidur itu, pemuda yang terlihat berkharisma. Nada pun ragu pada kemampuan feelingnya soal aura Rakuta, biasanya dia selalu benar. Namun kenapa dia benar-benar yakin kalau lelaki yang tidur itu adalah Rakuta?

Nada pun mendekati lelaki yang tengah tidur pulas itu, Nada menyentuh pundak lelaki itu dan menggoyangkannya pelan. Masih belum bangun.

Nada menggoncang tubuh lelaki itu lebih kencang, "Bangunlah!"

Lalaki remaja itu mulai membuka matanya perlahan, "Dimana Aku?

Nada mundur sejenak ke belakang seperti agak waspada.

"Dia adalah Rakuta."

Anggota Rendana seluruhnya menatap Nada semakin aneh. Mana mungkin dia Rakuta, mereka kini sadar telah menyewa orang yang salah untuk mendeteksi posisi Rakuta. Kini, manusia biasa yang hanya karena tinggal di atas pohon disebutnya seekor Rakuta. Sejak kapan ada Rakuta bentuknya seperti manusia?

Roki maju ke depannya dan menanyakan nama pemuda tersebut. Pemuda itu masih meletakkan tangan kanannya di tengkuknya, seperti tidur yang nyaman dan panjang. Lelaki itu mengerakkan sedikit kepalanya agar merasa lebih rileks.

"Namaku Kaja," Kaja mengaku masih dalam perjalanan dan harus membuat tenda. Dia sedikit mengingat kisahnya dengan rumah pohon itu, namun dia hanya bilang bahwa dirinya menginap di rumah pohon yang dia temukan.

Mereka Tim Aflif yang baik, Kaja dibantu berdiri. Kaja merasa bahwa tidurnya cukup lama, Nada masih memperhatikannya agak cemas, dia ragu apakah pendeteksiannya juga mengalami penurunan. Antara percaya dan tidak, akhirnya kini dia mulai menyerah untuk tetap mempercayai bahwa Kaja adalah Rakuta.

"Boleh saya tahu, hari apakah ini dan tahun berapa?" tanya remaja Kaja.

Jeni memberikan jawaban pada Kaja, kalau ini adalah hari Sabtu dengan tahun 101 Tahun Aflif. Ya, kalender baru dimulai dengan berdirinya Aflif dan hari ini adalah tahun ke 101.

Kini Kaja yang benar-benar dibuat bingung. Ditambah mereka mengatakan kalau ada juga tenda di dekat sana di dekat pohon yang sudah sangat tua dan sudah compang camping kainnya.

Kaja pun mulai keluar dari pintu ruangan kayu itu. Dia ragu hendak melangkahkan kaki di dahan besar itu, namun dia melompat pada akhirnya dan penasaran mendekati tenda yang pernah digunakannya, seingatnya hanya kemarin malam.

Tenda itu telah sempurna koyak dan penuh dengan sarang laba-laba. Kaja hampir tidak percaya, dia benar-benar tertidur selama setahun? Kenapa bisa? Misteri itu masih terngiang di kepala Kaja. Anggota Aflif Rendana ikut mendekatinya, tapi tak tahu apa yang dipikirkan Kaja.

Mereka pun pamit duluan, Nada hendak mengikuti tim Aflif yang membayar sewa kemampuannya itu. Namun dia sempat berbisik kepada Kaja.

"Kau memiliki Jiwa seperti Rakuta, Aku merasakannya. Kita pasti akan bertemu kembali," Nada sedikit berlari mengikuti tim Aflif Rendana.

Kaja masih terdiam mencerna ucapan Nada tersebut.

Dia sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi, Kaja pun akhirnya tak meneruskan pikirannya. Nanti juga pasti akan ketemu sendiri jawabannya, dia pun bersiap berangkat menuju tujuannya kembali.

Kaja mulai berangkat, jalannya masih panjang. Misteri apapun akan dia temui dan halangan apapun akan dia hadapi. Dia akan bersiap.

"Kaja!" Ada suara pelan memanggilnya. Hilang lagi, Kaja kembali melangkah.

"Kaja. Ini Aku Bajra."

Bajra? Kaja merasa heran. Ternyata itu adalah suara Rakuta Bajra yang berada di dalam tubuhnya. Kaja baru menyadari kini, sambil berjalan, Kaja pun dapat berkomunikasi dengan Groot. Belum ada metode seorang manusia dapat berbicara dengan Rakuta, apalagi esensi Rakuta yang sudah diserap. Namun, Kaja mampu melakukannya dan masih bisa berbicara dengan Rakuta di dalam jiwanya.

Biasanya, ketika esensi Rakuta diserap, maka Rakuta akan musnah.

Metode bersatu yang digunakan Kaja kepada Bajra dan Groot juga berbeda. Kedua Rakuta itu bersedia dengan senang hati menyatukan esensi mereka pada Kaja.

Satu hal lagi yang membuat Kaja semakin penasaran. Menurut Bajra dan Groot, mereka masih bisa keluar dalam wujud Rakuta, jika Kaja yang memanggilnya. Hal itu karena mereka masih merasa memiliki esensi utuh seperti jiwa, mereka melekat pada jiwa Kaja. Dimana mereka telah sama-sama menyatukan esensi dengan sukarela dan bukan dipaksa.

Kaja mendapatkan penjelasan itu dari Bajra dan Groot, Kaja baru mengerti sekarang. Pantas saja wanita tadi, Nada. Dia yang mengatakan bahwa dirinya adalah Rakuta.

Mungkin, suatu kali, Kaja memang harus mencoba memanggil Bajra dan Groot dalam bentuk fisik. Itupun saat dibutuhkan tentunya.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C14
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk