Pintu perlahan terbuka, Miyeon menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya kemudian bersembunyi dibalik pintu. Pintu itu terhenti bersamaan dengan wajah Minhee yang tampak terkejut kemudian memberi kode, 'Apa yang kau lakukan disini? Cepat berdiri agar aku bisa membuka pintu ini lebih luas lagi' kira-kira begitulah bunyi kodenya, memang keadaan Miyeon yang masih terduduk membuatnya kesulitan untuk membohongi lelaki itu jika ia salah lihat.
Dengan sigap Miyeon berdiri, Minhee akhirnya dapat membuka pintu itu sehingga memperlihatkan seluruh ruangan.
"Aku tak melihat apa-apa tuh, sepertinya kau salah lihat. Pemilik rumah ini pergi jauh dan barang-barang yang ia pesan memang sengaja ditinggalkan di apartemen ini jadi aku membantunya karena kebetulan rumahku bersampingan dengannya" Jelas Minhee sambil tertawa renyah.
Lelaki itu menyipitkan kedua matanya sepertinya ada yang mengganjal dipikirannya, tapi ia tak akan membahasnya sekarang. Ia hanya mengangguk dan mengiyakan saja.
"Kalau begitu aku akan membayarnya sekarang" Dengan cepat Minhee mengalihkan perhatian lelaki itu agar ia dan anggotanya pergi secepatnya.
Setelah membayar, akhirnya mereka tak terlihat lagi, Minhee menghela nafasnya lega dan memanggil Miyeon untuk segera keluar.
"Hampir saja, apa kau tak apa?" Tanya Minhee mengkhawatirkan kondisi sahabatnya.
"Iya, syukurlah tadi aku masih bisa mengendalikan diriku, hampir saja aku berteriak"
"Setelah Hyunsik Oppa menunjuk pintu itu, aku langsung sadar kau pasti tadi tak sempat naik kelantai atas jadi aku bergerak duluan sebelum dirinya" Ucap Minhee menjelaskan kejadian yang hampir saja membuat mereka ketahuan.
Miyeon yang sudah merasa dirinya telah baikan pun tertawa kecil "Kudengar tadi kau bercanda tawa dengan lelaki itu, siapa tadi Hyun"
"Hyunsik Oppa?" Timpa Minhee.
"Hyunsik Oppa, kupikir kalian sudah sangat akrab sampai-sampai kau tak lagi memperdulikanku ketika dia penasaran pada orang dibalik pintu, tapi itu hanya perkiraanku ternyata yang membuka pintu adalah kau, terima kasih yah"
Minhee tersenyum puas dan senantiasa memuji dirinya sendiri dengan bangga "Aku kan sahabat yang paling sejati di dunia ini, seakrab apapun aku dengan orang lain pasti aku lebih memikirkan sahabatku, jadi camkan itu kau tak boleh membuangku ataupun mengkhianatiku"
"Pasti dong, jangankan membuangmu, mengkhianatimu pun aku tak mampu. Melihat orang lain saja aku sudah hampir gila, jadi tak mungkin kan" Canda Miyeon sambil meyakinkan.
"Mm ayo berpelukan teletubbies" Baru saja Miyeon mendekat untuk memeluk sahabatnya itu tiba-tiba Minhee langsung menghindar seraya tertawa menghina Miyeon yang termakan ajakan lebaynya.
"Hyaak... Kau mempermainkanku" Lantas Minhee berlari setelah melihat Miyeon telah menyiapkan ancang-ancangnya untuk menghabisi dirinya.
Sambil berlari Minhee berkata sambil tertawa "Haha aku cuma bercanda, ampuni aku"
Keesokan harinya Miyeon tampak sibuk menekan tombol keyboard laptop miliknya tanpa henti, ditemani secangkir teh hangat dan juga boneka beruang berwarna putih dengan badan berukuran besar sebagai temannya untuk mendiskusikan apa yang harus ia tulis berikutnya untuk para pembaca setianya.
"Tuan beruang, kurasa putri Claudia tak bisa menemukan power cristalnya jika ia tak bekerja sama dengan kerajaan musuh, kurasa salah satu dari mereka harus menyamar atau berpura-pura berpihak pada musuh untuk mengambil hati mereka. Kau benar, putri Claudia harus memerintahkan pasukannya atau baiklah dia harus mengambilnya sendiri agar cerita lebih mengasyikkan"
Setelah kembali mendapatkan ide, Miyeon kembali menulis apa yang terjadi pada novel fiksinya yang sedang ongoing itu. Selang beberapa menit. Terdengar bunyi aneh dari sumber yang tak diinginkan olehnya. "Ahh... Mengapa aku lapar disaat menegangkan seperti ini" kecewanya.
Masih keras kepala, Miyeon masih melanjutkan tulisannya dan mengabaikan suara perutnya yang sedang keroncongan, namun itu tak bertahan lama ketika rasa lapar itu juga menganggu fokusnya saat ini.
"Baiklah, jika itu maumu" Miyeon berdiri dan mengambil satu cup mie instan dan juga kimchi seperti biasa ia tak ingin berlama-lama didapur. Makanan simpellah yang dia butuhkan.
Langkahnya terhenti tatkala perutnya membuat suara yang lebih keras dari sebelumnya.
"Sepertinya aku harus mukbang" ia kembali mengambil beberapa telur, mozarella, keju, beberapa daging cincang, dan juga bumbu-bumbu lainnya agar lebih sedap.
Selesai, ia kembali duduk dengan membawa karyanya dalam 3 mangkuk besar. Tangannya kemudian membuka Utube dan menonton mukbang agar lebih meningkatkan nafsu makannya.
"Tuan beruang, lihatlah ruangan orang di video itu sangat cantik" Miyeon menatap kamarnya yang saat ini sangat berbeda jauh dari ruangan orang itu. Kotor, berantakan, dan terasa suram. Miyeon mengganti channel Utube menjadi dekorasi kamar.
"Bagaimana kalau kita sedikit mengubah kamar kita Tuan beruang?" tanyanya seorang diri.
Setelah berpikir dengan matang, Miyeon akhirnya memutuskan untuk mengubah keseluruhan kamarnya agar ia bisa lebih menikmati waktunya sendiri di rumah. "Baiklah, aku sudah memesan jadi Tuan beruang akan punya kamar yang cantik kali ini"
Beruntung letak toko online dimana Miyeon memesan masih terbilang dekat sehingga pesanannya datang sangat cepat. Tak cukup menunggu sehari, si pengantar pesanan kembali lagi kerumah Miyeon pada pagi harinya.
Bel pintu berbunyi.
"Apakah itu pesananku? Minhee tak mungkin membunyikan bel jika ia sendiri tau sandinya" Miyeon segera mengirimkan pesan pada Minhee agar keluar dari apartemennya untuk menerima pesanannya.
Disisi lain, Minhee yang baru terbangun dari mimpi cantiknya dengan terpaksa keluar dalam keadaan masih setengah tidur dan juga sedikit mengumpat karena mimpi indahnya terhenti.
"Aku sedang tidur tau, nyuruhnya kok jam segini sih hooam" Umpatnya kesal sambil menguap.
"Baru bangun ya" Tebak Hyunsik setelah melihat penampilan kliennya yang berantakan itu.
"Silahkan tanda tangan disini"
Krik... Krik...
Tak ada suara, Minhee tertidur lagi tanpa memperdulikan Hyunsik yang sedang berdiri menunggunya.
"Hei cepatlah aku masih punya barang lain untuk diantarkan nih"
Sekali lagi Minhee menguap dengan tidak sopannya kemudian berkata "Iya iya, sandinya 300197 sudah yah"
Baru saja Minhee akan melangkahkan kakinya kembali memasuki apartmennya, Hyunsik lebih dulu memegang bahunya "Kau harus menandatangani surat tanda terima ini, bukan memberitahu sandi apartemen ini"
Reflek mata Minhee memelek tersadarkan atas apa yang sudah ia katakan pada Hyunsik "Benar haha Oppa benar, kurasa aku tadi sedang mengigau jadi lupakan perkataanku tadi haha itu sandi handphone aku kok aku mengatakannya yah haha, biasalah masih ngantuk haha" tawanya receh mencoba mencari alasan yang pas atas kesalahannya.
Setelah menandatanganinya, Minhee segera masuk kedalam apartemen milik Miyeon dan memberikan pesanannya itu. "Miyeon ah maafk~" ucapannya terpotong ketika Miyeon menyambutnya dengan penuh ceria.
"Minhee ya selamat datang sahabatku, aku berencana mengubah kamar ini menjadi kamar yang sangaaat cantik, oh tidak aku sengaja membelinya banyak jadi kita dekor seluruh ruangan. Kau boleh membantuku kalau mau haha, jadi karena pesananku sudah sampai haruskah kita memulainya saja? Sekalian kau harus bermalam disini sebagai perayaan, kita harus berpesta malam ini, kan Tuan beruang"
Minhee yang melihat semangat sahabatnya itu dengan berat hati harus mengurung niatnya itu dan akan mengatakannya lain kali.
'Miyeon ah maafkan aku'