.
.
.
Sementara itu, di hotel Hainan Bay, kabar tentang Ri Yin telah sampai ke telinga Shen Ara. Dia begitu geram dan marah karena rupanya penyanyi suruhannya itu tidak becus melakukan perintah yang sudah diberikannya. Pantas saja, setelah menunggu selama dua hari penuh, dia tidak kunjung mendapatkan berita duka cita seperti yang diharapkannya.
“Brengsek!” gerutu Shen Ara di dalam hotel Hainan Bay.
“Kenapa Nyonya?” tiba-tiba sebuah suara dari balik selimut tebal hotel itu mengejutkan Shen Ara begitu saja.
“Tidak, bukan apa-apa,” sahutnya sedikit membetulkan pakaian tidurnya itu. “Besok, temani aku menemui penyanyi itu,” terangnya lagi.
“Baiklah, Nyonya,” jawab pria itu kembali seraya menyentuh tangan Shen Ara untuk sekedar memberikan wanita paruh baya itu ketenangan.