Sinar matahari menerobos kerapatan pepohonan dan daun-daun di dalam hutan, hingga menerangi dan menghangatkan wajah Arpad yang teridur pulas dibalik rimbunnya dedaunan.
Arpad menggeliat, merasakan disorientasi sesaat. Arpad memicingkan matanya, karena efek sinar matahari yang langsung menerpa wajahnya. Beberapa waktu kemudian, barulah Arpad ingat semuanya, mengapa dirinya sampai tertidur di tempat ini. Refleks dirinya melongok, melihat ke arah rumah pohon yang sudah sepi, seolah-olah tidak pernah terjadi pergumulan hebat semalam.
Arpad mempelajari situasinya sebentar, memastikan bahwa semua aman, lalu mulai mengendap-endap menuju rumah pohon. Sejenak dirinya terdiam, mencoba menangkap suara sekecil apapun yang mungkin masih tersisa di rumah pohon. Namun telinganya yang cukup tajam, tidak mendengar apapun kecuali desir angin di bulan November yang cukup intens.