Unduh Aplikasi
82.35% SKANDAL. / Chapter 14: Rencana Balas Dendam

Bab 14: Rencana Balas Dendam

Malam ini…

Ron tidak bisa tidur, dia bolak balik dikasur mencari posisi paling nyaman tapi pada akhirnya tidak bisa menutup mata dengan tenang, pikirannya melayang pada kedua sahabat lelakinya yang membuatnya tertekan. Dia bisa menebak kalau besok baik Darwin atau Eki akan membahas perihal kakaknya, dan itu membuatnya begitu cemas.

Ron bangkit dari kasur, mengacak acak rambutnya dengan wajah jengkel, dia merasa tenggorokannya kering, mungkin dia harus mengambil minuman dingin lalu bergelut dengan layar monitor komputer, sekedar membaca ulang tugas makalah atau, bermain game.

Ron memakai sandalnya, meninggalkan kamar dengan perasaan gamang. Dia tak pernah bisa membiarkan Via, kakak perempuannya itu dekat dengan pria lain secara berlebihan. Meskipun Via selalu mengatakan tidak berminat dengan kata pacaran, tetap saja membuat Ron cemas, apalagi kalau pria itu Eki atau Darwin.

Dia sadar dengan perasaannya yang berlebihan ini, dia sendiri tak bisa menangani gejolak di dalam dadanya. Dia merasa aneh, tapi tak bisa menolak perasaan yang terus menekan dadanya.

Ron mengambil gelas, mulai mengisi air. Menunggu gelasnya penuh dari pancuran keran pintu kulkas.

"Ah, aku kenapa sih! Menyebalkan!" Gerutunya mengutuk diri sendiri.

Dia menyadari air di gelasnya sudah melebihi muatan dan membuat lantai becek. Pria itu tambah kesal dengan kecerobohannya.

Dia menghela nafas lalu meneguk dengan dahaga.

Mata Ron memicing, dia bisa melihat cahaya dari kamar Via dari arah dapur, apa kakak perempuannya itu belum tidur? Dia bertanya tanya di dalam hati.

"Kak.." panggilnya, melangkahkan kaki ke arah kamar Via yang pintunya tak begitu tertutup rapat.

"Kak.." Rob memanggil kakaknya sekali lagi sebelum akhirnya kepalanya menengok, mengintip isi kamar Via.

Pria itu tersenyum kecil melihat kakaknya tertidur dengan posisi asal di ranjang, sementara laptop masih menyala.

"Dasar, dia selalu saja ceroboh dan sembarangan."

Tanpa berpikir panjang, Ron langsung masuk, merapikan meja belajar Via. Meneliti tugas yang sudah kakaknya kerjakan. Sepertinya ada bagian yang kurang, pria itu menambahkan catatan di sana.

Dia menyimpan buku buku, merapikan alat tulis, terakhir mematikan laptop milik Via.

Ada foto kakaknya dan Ruth yang sedang cemberut sebagai background, dua gadis yang tampak begitu cantik bak artis Korea populer, ah tidak! Mereka memiliki mata bulat yang indah bak boneka.

Ron melipat tangan di dada, dia memperhatikan potret itu dengan wajah serius yang dibungkus senyuman. Tentu saja fokusnya hanya pada Via, Kakaknya.

Wajah tampan Ron merona merah. Dadanya berdebar cepat. Sebegitukah seorang adik yang menjaga kakak perempuannya! Dia merasa perasaan di dadanya semakin dalam dan tak terelakkan lagi.

Ron menghela nafas berat. Dia mematikan laptop itu setelah beberapa menit memandangi wajah kakaknya yang full makeup di monitor.

Selanjutnya..

Ia membantu membenahi posisi tidur Via, memberikan bantal dan selimut, merapikan kaos yang membuka bagian perut kakaknya yang langsing.

Dia tak mau berpikir macam macam meskipun segalanya bergejolak panas di dalam kepalanya. Dia bukan anak kecil, dia sudah melewati masa remaja, dia adalah seorang pria berusia dua puluh tahunan, dia sudah dewasa. Dan.. kakaknya tak pernah bergeser dari dalam hatinya. Bukankah perasaan ini menyiksa? 

Tentu saja.

Ron masih membungkuk di atas tubuh Via dan sesaat berbagai gejolak membakar hasratnya. Ada hal lain yang ingin ia lakukan saat ini?

Ya.. seandainya bisa, dia akan mencium atau memeluk tubuh Via. Dia akan mengatakan aku menyayangimu.

Sekali lagi dada Ron terasa begitu berat dan sakit. Dia tak bisa melakukan semua itu, karena apa.. karena ini adalah Via, kakaknya.

Meninggalkan Via yang sangat terlelap tanpa sadar akan perasaan Ron yang semakin tumbuh tak berarah.

Ron balik ke kamarnya. Dia membanting tubuhnya di kursi, meluruskan kakinya. Jujur saja, dia tak pernah sepanas ini pada wanita selain pada kakaknya sendiri.

Dia tahu kakaknya seorang blogger, dia selalu memantau video video Via yang berkolaborasi dengan Ruth.

Malam ini, seperti biasanya. Dia akan menjadi pemantau onlen, membalas komentar komentar sinis dan jahat yang terarah pada Via. Dia menjaga kakaknya baik di dunia nyata maupun online.

Tapi..

Melihat Via yang begitu cantik dan ceria di vlog, membuat Ron tersenyum senang, darahnya berdesir panas.

Semua gejolaknya naik. Dia tahu dia salah, dia tahu perasaannya salah, dia sudah berusaha menahan semuanya tapi..

Ron meraih tisu, membuka kancing celananya.

"Maafkan aku kak.." lirihnya merasa bersalah sambil melenguh melepaskan beban sesak yang sejak tadi memberatkan kepala dan hatinya.

Ron terdiam, suara nyaring di vlog masih terus terdengar. Suara itu membuat erek$i nya kian panas.

"Aku ingin bersama denganmu.." lirihnya putus asa.

_____

Suasana kampus yang menyenangkan, ada Darwin dan Eki yang sedang menunggu kedatangan Ron di cafetaria.

Begitu melihat si rapi berkacamata dengan tas gendong, Darwin segera melambaikan tangan. Meminta Ron untuk mempercepat langkah menghampiri mereka yang sudah lebih dulu di sini.

"Lama, tumben kamu datang paling terakhir!" Sambut Darwin dengan nada dan wajah heran.

Ron menggeleng pelan. Dia memang bangun kesiangan tadi pagi.

"Sedang apa kalian, tidak ke kelas?" Tanya Ron mengambil minuman hangat milik Eki.

"Sst! Punyaku, main ambil saja. Sana pesan lagi!" Gusar Eki merebut minumannya.

"Sudahlah, Sudah terlambat, aku ada kelas!" Ron sudah tak tertarik untuk minum, dia melirik jam tangannya dan hendak meninggalkan Darwin dan Eki.

"Eh, tunggu dulu!" Pinta Eki.

Ron terpaksa harus berhenti bangkit begitu tarikan di ujung kemejanya terasa.

"Darwin punya cerita serius nih." Ujar Eki dengan wajah yang juga serius.

Mendengar ucapan Eki, Ron kembali duduk dengan perasaan was was.

Dia melirik wajah Darwin, temannya itu tampak berbeda hari ini.

"Kenapa?" Tanya Ron kemudian. 

Sebenarnya dia tidak siap mendengarkan ucapan Darwin, bagaimana kalau ini ada hubungannya dengan Via. 

Ron mencoba menahan diri, mencoba meraut wajah datar. Dia harus menenangkan pikirannya.

"Ini.. tentang Ruth.."

Fiuuhh.. ada nafas lega dari pernafasan Ron, ternyata dugaannya salah.

"Kenapa, bukannya kau begitu memujanya." Balas Ron. Eki tersenyum mengejek mendengar ucapan Ron.

"Sudah ku katakan. Cari lagi sana. Ck! Kenapa sih kau masih saja bodoh tentang wanita!" Balas Eki dengan wajahnya yang menyebalkan. Dia terlalu percaya diri sebagai salah satu pangeran kampus mesum.

"Kau mana paham!" Sinis Darwin pada Eki. "Aku dan Ruth sudah menjalin hubungan sejak lama. Kami sudah melewati banyak hal!" Gerutu Darwin dengan wajah putus asa.

Eki tertawa terbahak bahak, ejekan yang terdengar sakit di telinga Darwin, sementara Ron hanya memicingkan mata melihat tingkah kedua sahabatnya ini.

"Bro, pasangan tidur bersama itu biasalah! Jangankan dengan pacar, kamu bahkan bisa tidur dengan siapapun sesuka hatimu!" 

Ron berdecak kesal mendengar ucapan Eki tapi dia mencoba menahan diri. Hanya tangannya saja yang terlihat mengepal menahan emosi.

"Ini beda Eki!" Dengus Darwin kesal. "Aku tak bisa melupakan Ruth begitu saja apalagi setelah semua yang dia lakukan. Kau tahu apa yang ingin aku katakan pada kalian kali ini?" Tanya Darwin kemudian, dengan sorot mata penuh benci.

Eki dan Ron terdiam, wajah Darwin hari ini memang sangat berbeda. Berbeda sekali.

"Balas dendam!"

Hah!

Yakin?


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C14
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk