Unduh Aplikasi
78.57% Wind of Dreams / Chapter 8: Chapter 8 : Demonstration of Extracuricullar Soccer

Bab 8: Chapter 8 : Demonstration of Extracuricullar Soccer

Datang ke kelas, lalu berjalan menuju bangku masing-masing sambil merasakan memoria yang begitu melekat ketika perempuan itu meminta izin kepadanya untuk melewatinya. Tatapan muka yang saling memerah, ditambah rambutnya yang diikat dengan rapi membuat tidak ada sesiapapun yang tidak menyukainya.

"Hmmm, sepertinya kau tertarik dengannya ya."

Sefa yang melihat Arya wajahnya memerah, langsung bereaksi terhadap pernyataan itu, tapi Arya tidak menanggapi sedikitpun.

"Njirr, vas bunga pecah, darah dimana-mana, serius ini sekolahan apa tempat penyiksaan sih? Kalau misal-misal nanti terjadi lagi kek gini, bakal kek gimana yak?"

Mereka melangkahi darah yang ia maksud dan kemudian masuk ke dalam kelas dengan suasana yang cukup mencekam, melihat semua siswa diam, tidak ada satupun yang saling bertatapan. Kelas 1-4 yang ia tempati sekarang seolah menjadi tempat menyedihkan bagi ia belajar dan mengenalnya.

Tiba-tiba guru Seni masuk ke dalam kelas dan memperkenalkan dirinya sebagai guru yang akan mengajar siswanya di kelas baru. Ini adalah bagaimana guru tersebut agar bisa diterima di kelas yang mengerikan itu.

"Nama ibu Astuti, akan mengajar kelas Seni Tari, jadi mohon bantuannya ya."

Kelas seni tari? Apakah akan bernasib sama dengan dance korea yang sedang ramai saat ini, sungguh dia tidak ingin melakukannya. Dia bukan seorang perempuan, dia laki-laki! Kau tahu, menari itu adalah sebuah hinaan bagi laki-laki jika ia melakukannya dan itu masih dipegang teguh olehnya.

"Buk, nanti kalau kelas seni tari bakal ada suruh dance korea gak sih?"

Jawaban itu membuat beberapa siswa perempuan yang mendengarnya sedikit antusias. Tapi, beberapa laki-laki sepertinya tidak akan menganggap serius ucapan guru tersebut, atau mereka akan membolos.

"Tenang saja, selama kelas pertama ini tidak ada satupun unsur budaya barat (luar negeri) yang akan diperagakan dalam bentuk tarian, itu hanya berlaku untuk kelas ketiga. Kalian hanya perlu belajar teori dasarnya saja dan nanti diakhir semester kedua, barulah kalian akan praktik."

Guru tersebut sepertinya menghindari serbuan dari anak laki-laki yang marah di setiap kelasnya karena tarian korea atau semacamnya yang paling dihindari oleh laki-laki.

Kemudian, pembelajaran dilanjutkan seperti biasa dengan memperkenalkan diri layaknya ada di kelas baru, lalu kemudian mereka belajar dan mengenal dasar-dasar dan sampailah pada jam terakhir yaitu kelas Ilmu Sosial, Sosiologi.

Beberapa pelajaran sudah selesai setelah Sosiologi, kemudian mereka berlanjut pada dua mata pelajaran terakhir. Bahasa Indonesia dan Warganegara, ini adalah masa dimana guru yang mematikan akan mengajar di kelas, jadi kadang mereka harus menyiapkan mentalnya untuk menghadapi guru tersebut.

Tak terasa, hari pertama yang katanya diisi dengan orientasi siswa, berakhir dengan belajar seperti normal. Mungkin, efek dari darah dan pelaku salah satu siswa yang begitu anarkis pada pagi tadi, membuat pihak sekolah harus mengubah susunannya.

"Sekarang udah jam pulang, kah?" tanya Sefa yang bertanya kepada Novi, salah satu temannya yang berada di sebelahnya.

"Belum, kayaknya bakal ada demo ekskur dulu, atau mungkin stand ekskur yang bakal mainin perannya kek ekskur normal, tapi mereka bakal main."

Segera dia membuka pesan percakapannya dan berbicara kepada Arya, bahwa sepertinya ada kesempatan untuk mengamati ekskur sepak bola di sekolah ini. Namun, ketika dia membuka pesan masuk dari Sefa, dia benar-benar murka dengan pernyataan Sefa yang dinilai terlalu labil dalam memberikan keputusan.

"Lah elu katanya mau masuk timnas U-17, kalau mau masuk situ, ya jangan ngandelin ekskur sekolah lah, gak ada effort apapun."

Kemudian bel sekolah tiba-tiba berbunyi, seluruh siswa turun ke tempat mereka akan menyakiskan ekskur favoritnya akan melakukan pameran stand. Sepertinya, peminat terbanyak berada di stand basket, voli dan sepak bola. Tapi, sepak bola adalah salah satu kerumunan paling meriah, karena ultras mereka sangat yakin bahwa anak kelas tiga alias tahun terakhir, akan langsung dipromosikan ke Timnas Muda, U-19.

"Eh ke sepak bola yuk, kayaknya rame disana."

Arya dan Sefa yang awalnya tak tertarik dengan beberapa siswa yang melirik ke arah stadion sepak bola, akhirnya dengan yakin menuju ke tempat sepak bola bagian bangku penonton. Ia melirik siswa-siswa disana sedang bermain bola dengan pertandingan yang belum dimulai, sepertinya dimulai sedikit sesi latihan.

"Gue penasaran sih siapa yang bakal menang, tapi yang jelas abis ini fans cewek yang overproud bakal ngejar-ngejar cowok ganteng."

"Untung ga bakal main disini, kita ngincer timnas U-17 biar ada kesempatan nanti buat main di tim senior pas udah selesai sekolah."

Mereka menyaksikan pertandingan tersebut setelah peluit dibunyikan, penonton satu persatu mulai menempati bangku penonton. Sistem formasi mereka seperti yang dapat ditebak adalah 1-4-3-3, atau dengan kata lain formasi belajar.

"Penyerang tengah, penyerang depan, back, gelandang dan satu kiper, ketahuan banget, mereka dua-duanya cuma buat komersialin ni permainan."

Permainan dimulai, tim yang berada di sebelah kiri stadion, 12 Bertahan dan sebelah kanan 12 Penyerang melakukan permainan, sepertinya 12 Bertahan melakukan pertahanan dengan cara melakukan blok dari sebelah kiri dan sebelah kanan, sehingga posisi mereka benar-benar menguntungkan dari tengah.

"Yah, udah pasti gol, kalau misalkan selama pertandingan bakal kayak gini terus."

"Tenang-tenang, dikit lagi pasti ada celah kalau kata gue," ujar Arya yang tiba-tiba menengok sejenak.

"RAKAA!!" teriak Sefa yang sebenarnya Arya yang harus berteriak.

"Hahaha, ganggu ya gue, seru juga liatin ni sekolah main, eh maaf yak gue lupa ngasih tau kalau gue ada di kelas 1-2."

Mereka berhenti berbicara dan langsung mengamati lagi permainan itu, sepertinya dua-dua sekolah mulai berhenti mencari celah pertahanan dan penyerangan. Mereka beralih berganti strategi dengan memasukkan pemain cadangan. Wasit memberikan waktu jeda untuk pergantian pemain.

"Yahh, sayang banget yak, padahal formasi 1-4-3-3 udah bagus banget, eh malah masukin pemain cadangan yak."

Raka terus mengamati pemain itu berjalan, sehingga waktu 90 menit ini langsung dijalankan tanpa adanya istirahat babak. Mereka mengganti pemain dan dilanjutkan kembali, permainan berubah menjadi mode normal. Namun, pemain yang diganti tersebut hanya mampu berlari-lari tanpa mengambil umpan apapun.

"Yah, seperti yang lu liat, mereka mengabaikan pemain cadangan entah apa alasannya."

Permainan berhasil membuat tegang seluruh penonton yang ada bahwa mereka sulit menggolkan dan condong menendang lurus sehingga bola keluar dari lapangan.

"Bused beban amat, itu intercept aja mereka kaga ngerti, padahal tadi ada kesempatan buat ngolongin bola," ujar Raka yang terlalu kesal dengan permainan bola yang ada disitu.

Pertandingan dilanjutkan, sepertinya mereka hanya fokus bertahan. Mieldfielder dan Wingnya tidak melakukan apapun, sehingga mereka kesulitan mengoper bolanya.

"Ambil umpannya," kata kelas 12 penyerang yang berhasil kecolongan bola karena pertahanan yang mulai mendapatkan celahnya.

"Liat kan, mereka kek ga bisa ngatur serangan, kalau mereka paham itu mereka bisa lari terus ngolongin bola kebawah dan kemudian giring bolanya pake sistem umpan, nyetak gol deh!"

Pertandingan sudah berlangsung selama enam puluh menit, namun Arya dan Sefa tidak mendapatkan benefit lebih ketika menonton pertandingan ini. Pertandingan ini adalah sebuah ampas yang tersisa dibuat untuk meramaikan ultras saja. Sampah!!

"GOLLLL"

Lamunan Raka terhadap pertandingan ini malah dipatahkan oleh kelas 12 bertahan yang sempat ia remehkan beberapa saat lalu, sepertinya pemain kunci mereka yang memakai rompi merah itu melakukan assist melewati tiga pemain sekaligus, melakukan umpan dan mencoba untuk melakukan percobaan gol dengan tendangan bebas dan gol.

"What the?? Kok bisa mereka masuk? Dari mana deh, perasaan tadi tim penyerang udah ngerebut bolanya dari daerah lawan."

Arya menjawab, "Kiper tim lawan tadi berhasil nangkep, terus mereka lempar ke depan dan nyampenya di tim bertahan, dia yang udah sadar bahwa itu udah salah, langsung ngasih bola muntah ke tim nya buat jaga penyerang ngambil bolanya. Terus dia lewatin pemain lawan yang jaga dengan gerakan tipuan."

Pertandingan yang awalnya sangat flat, tiba-tiba berubah dengan pemain bertahan yang akhirnya menyadari pergerakan itu. Dengan sisa waktu 20 menit lagi. Pertandingan ini sangat dinantikan akhirnya.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C8
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk