Unduh Aplikasi
33.33% Santri Mbeling / Chapter 5: OBROLAN MBAH WALI SURO DAN SEPASANG HARIMAU

Bab 5: OBROLAN MBAH WALI SURO DAN SEPASANG HARIMAU

Pagi yang indah penuh berkah.

Panji remaja sedang menyapu rumah Kyai Nuruddin.

Sementara... Kyai Nuruddin berjalan mondar - mandir di lorong ruang dapur sambil komat - kamit membawa tasbih kecil, sedangkan Bu Nyai Shinta sedang sibuk masak untuk sarapan pagi.

Setelah menyapu ruang tamu dan ruang keluarga juga kamar sang Kyai... Panji melanjutkan menyapu di ruang dapur. Ketika enak - enak nyapu... Tiba - tiba Kyai Nuruddin bertanya,

"Mas Panji... Kalau orang jawa biasanya di panggil Mas yaa?%

"Iya Kyai," jawab Panji sambil menyapu.

"Mas Panji, kamu sudah tau belum caranya wudhu dan bersuci," tanya Kyai.

"Tau Kyai, tapi belum hafal," ujar Panji.

"Kalau bacaan dan tata cara solat juga belum hafal?" tanya sang Kyai.

"Iya Kyai, belum hafal," jawab Panji.

Nanti siang, sehabis solat duhur... Kamu ke ruang belajar pondok putri yaa... Nanti teh Evi yang mengajar kamu untuk mengetahui dan menghafal huruf hija'iyyah. Biar kamu cepat bisa menghafal dan mengetahui huruf hija'iyah," kata sang Kyai.

"Iya Kyai," jawab Panji kemudian melanjutkan menyapu.

Setelah menyapu... Panji mengepel rumah sang Kyai.

Setelah sang kyai pergi kerja ke kantor Agama... Panji kemudian sarapan, lalu menyapu dapur dan mencuci piring.

Setelah semua selesai, Panji kembali ke pondok dengan langkah gontai. Sambil berjalan Panji berkata dalam hati,

"Badanku capaik sekali rasanya... Menyapu dan ngepel rumah Kyai yang sangat besar. Hemmm... Setiap hari aku bakal menyapu dan mengepel rumah Kyai yang besar... Lama - lama gak betah aku kalau begini. Untungnya waktu masih SD, ibu ku sering menyuruh ku menyapu lantai rumah dan mengepel rumah, jadi, aku tau caranya membersihkan rumah. Terimakasih yaaa Ibu... Berkat pelajaran yang ibu berikan... Aku jadi tau cara menyapu dan mengepel lantai. Ilmu ibu sangat bermanfaat saat ini bagiku..."

"Panji, sini...!!" teriak Kang Ujang.

"Ada apa Kang," tanya Panji.

"Ayoo makan bareng - bareng," kata Kang Ujang,

"Ini ada ikan asin sama sambel trasi."

"Terimakasih Kang, saya sudah kenyang, barusan makan di ndalem," jawab Panji.

"Panji... Enak kamu yaa, makan di ndalem," kata santri lainnya,

"Pasti lauk pauknya enak - enak! Barusan makan sama ikan apa?"

"Barusan makan ikan ayam goreng, sambel peteh eseng eseng tempeh sama kripik blinjo," ujar Panji.

"Haaaa...! Enak sekali," sahut Kang Ujang,

"4 sehat 5 sempurna."

"Iya Kang, makanan 4 sehat 5 sempurna itu bikin kita cerdas ngaji... Karena banyak vitaminnya. Kalau ikan asin sambel trasi... Bisa bikin kita bodoh!" kata Panji kemudian berlalu dengan cuek.

"Dasar santri baru sok tau!" ujar santri lain yang ikut makan ikan asin.

"Masak makan ikan asin sambel terasi di bilang bikin kita Bodoh, sombong amat...!!! Kalau bukan khadam nya kyai, sudah aku tabok kamu."

"Sabar Kang, sabar," kata Kang Ujang,

"Panji santri baru itu belum tau kehidupan di dalam pondok pesantren, jadi kalian yang senior harap maklum.

Panji itu memang radak - radak aneh anaknya."

Adzan duhur bergema.

Setelah solat... Panji mendatangi pondok putri yang berada di samping rumah Kyai,

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam," jawab salah satu santriwati,

"Akang mencari siapa? Dan apa perlu apa?"

"Saya di suruh Kyai, untuk datang ke sini menemui teh Evi," jawab Panji.

"Ini Kang Panji yaa...?" tanya Teh Evi tiba - tiba dari belakang pintu.

"Iya mbak Evi," jawab Panji.

"Ayoo silahkan masuk, kita belajar di ruang tengah yaa," kata Evi kemudian mengambil papan tulis dan sepidol.

Begitu Panji duduk di hadapan dua santriwati senior... Banyak santriwati lainnya mengintip dari balik cendela.

"Panji, umurnya berapa sekarang?" tanya Teh Roro.

"15 tahun Mbak," jawab Panji polos.

"Ganteng banget kamu," ujar Evi sambil tersenyum,

"Aku dan Teh Roro akan mengajari kamu untuk mengetahui huruf hija'iyah dan cara membacanya."

Setelah belajar hampir satu jam... Teh Evi tiba - tiba iseng mengoda Panji,

"Panji, ini huruf apa?"

"Shin," jawab Panji.

"Kalau di domah U bacanya apa?" tanya Evi.

"Bacanya Su," kata Panji pelan.

"Terus ini bacanya apa?" tanya Evi.

"Su," jawab panji.

"Kalau di gandeng bacanya apa?" tanya Evi sambil tertawa kecil.

"Susu," kata Panji.

Melihat Evi dan Teh Roro tertawa... Panji baru menyadari kalau dirinya di kerjain.

"Yaa sudah, mulai besok... Kang Panji tidak usah ke pondok putri lagi... Karna Kang Panji bisa dengan cepat menghafal dan bisa membaca ejak an," kata Evi,

"Kang Panji... Cukup sering membaca dan mengingat - ingat...! Sebentar juga bisa dan faham."

"Baiklah Mbak Evi, terimakasih," ujar Panji kemudian pergi meninggalkan pondok putri.

Melihat Panji berjalan sambil membawa buku... Kang Subur berteriak,

"Panji, sini...!!!"

Melihat panggilan Kang Subur... Panji pun berjalan mendekat,

"Ada apa Kang, kok tumben sendirian saja."

"Iya ini lagi menghafal Alfiah sambil ngopi," jawab Kang Subur,

"Ini kopi, ini rokok emang dari mana, kok bawah buku segala?"

"Dari pondok putri Kang," jawab Panji kemudian menyeruput kopi.

"Haaaa...! Yang benar kamu?" tanya Kang Subur terkejut,

"Selama di sini... Belum ada santri putra yang main ke pondok santri putri! Masak kamu santri baru bisa main ke pondok santri putri...?"

"Ini semua karna efek dari wajah tampan ku Kang," jawab Panji santai kemudian menyulut rokok,

"Kalau wajah kayak Kang Subur ini kan wajah pas passan! Jadi gak masuk katagori pilihan santri putri."

"Yang serius kamu Panji, jangan bercanda," ujar Kang Subur cemberut,

"Benaran kamu dari pondok putri?"

"Iya, tadi aku di suruh Kyai belajar sama Teh Evi dan Teh Roro," kata Panji,

"Belajar menghafal dan membaca huruf hija'iyah."

"Wau...! Asik sekali dong!" ujar Kang Subur semangat,

"Cantik yaa Teh Evi itu...? Aku sering melihatnya ketika dia pergi ke toko atau ke warung sebelah beli nasi bungkus."

"Asik apanya?" ujar Panji.

"Pusing kepala ku belajar sama mereka! Mereka berdua tertawa saja, tidak serius belajar nya... Emang kamu naksir sama Evi?"

"Iya, aku naksir, tapi gak mungkinlah, umur ku terpaut jauh dengan mereka," kata Kang Subur.

"Jangan naksir mbak Evi!" kata Panji.

"Emang kenapa?" tanya Kang Subur.

"Seandainya kamu menikah dengan Mbak Evi... Mbak Evi akan mendapat musibah...! Sedangkan dirimu mendapat berkah!" kata Panji sambil tersenyum.

"Kok bisa gitu?" tanya Kang Subur penasaran.

Sebab wajah mu pas - passan...! Sedangkan mbak Evi itu cantik. Jadi... Orang cantik mendapatkan suami berwajah jelek, itu sama dengan dia mendapat musibah," kata Panji terus tertawa terbahak - bahak.

"Aaaah kamu bisa saja," ujar Kang Subur sambil cemberut.

"Kang Subur... Kayaknya ada santri baru deh, itu ada 4 anak remaja bersama keluarganya," sambil tunjuk Panji ke arah tamu yang baru datang.

Semilir angin berhembus, tanpa sadar... Panji yang kelelahan tertidur di atas tikar di bawah pohon yang rindang.

Ketika Panji tidur... Panji bermimpi melihat dua harimau yang duduk di sebelahnya... Harimau yang sama ketika hadir dalam mimpinya semalam.

***

Siang itu Panji tidur pulas di samping Kang Subur yang sedang menghafalkan Alfiah di bawah pohon beralaskan tikar. Dalam mimpinya... Panji melihat seorang kakek tua yang wajahnya di penuhi sinar cahaya. Kakek itu sedang ngobrol dengan kedua harimau yang ada di depannya, dan samar - samar Panji mendengarkan obrolan mereka;

"Kyai Jabat... Aku titip anak keturunan ku kepada mu," ujar kakek tua tersebut,

"Jagalah dia baik - baik, bantulah segala kesulitannya di sini. Lindungilah dari segala macam bahaya, bencana yang di timbulkan dari bangsa jin dan manusia juga alam semesta."

"Baiklah Mbah Suro," jawab Kyai Jabat,

"Aku dan istriku akan selalu menjaga anak keturunan mu di sini, dan terimakasih, yang mana Mbah Suro telah mempercayakan juga menitipkan Gus Panji kepada kami.

Dengan adanya Gus Panji di sini... Pondok pesantren ini akan menjadi bertambah berkah."

"Kyai Jabat... Biarlah kehidupan Panji di sini apa adanya, jangan mengistimewakannya, biarlah berjalan seperti air mengalir... Agar Panji Cicitku mengerti dan menjadi pemuda yang mandiri juga berfikir dewasa," ujar Mbah Wali Suro.

"Baiklah Mbah Suro, aku mengerti," ujar Kyai Jabat yang berwujud harimau.

"Kalau begitu... Aku pamit dulu," ujar Mbah Wali Suro,

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam," jawab Kyai Jabat dan istrinya.

Ketika enak - enak tidur dalam keadaan mimpi... Tiba - tiba Kang Ujang datang lansung menepuk pundak Panji sambil berkata,

"Eeeee bangun! Bangun...! Ini mau solat asar."

Mendengar suara berisik Kang Ujang... Panji pun bangun lalu berkata,

"Hemmm Kang Ujang ini brisik saja, bikin aku terbangun."

Tak lama kemudian, datang beberapa santri senior mendekati Kang Ujang, kang Subur juga Panji,

"Heeeee... Panji, santri baru... Mengapa kamu tadi bilang kalau makan ikan asin sambel terasi kita bisa menjadi Bodoh?"

"Yaa iyalah akan menjadi bodoh," jawab Panji kemudian menyulut rokok,

"Coba kalian semua setiap hari, pagi siang malam makan ikan asin sama sambel terasi terus selama sebulan? Pasti kalian akan darah tinggi. Setelah kena penyakit darah tinggi... Otak kalian tidak terkontrol, lalu kalian akan menjadi pemarah dan tidak bisa berfikir dengan normal.

Kalau pikiran tidak terkontrol dan menjadi pemarah... Bagaimana kalian bisa belajar ngaji...? Maka aku sebut bodoh."

Mendengar jawaban Panji... Kang Ujang tertawa,

"Benar juga omongan mu Panji, tetapi siapa juga yang akan makan ikan asin sebulan...?" 😅

Adzan asar terdengar berkumandang, para santri bergegas wudhu kemudian solat berjamaah. Setelah Solat berjamaah... Panji pergi ke ndalem rumah sang Kyai. Panji menyiram halaman rumah, setelah itu Panji menyapu halaman. Setelah menyapu, Panji merapikan taman. Setelah selesai semua... Panji kembali ke pondok.

Di dalam kamar pojok... Panji duduk sambil memegang secarik kertas. Sambil menikmati sebatang rokok... Panji menghafalkan surat Al Fatihah juga huruf hija'iyah.

Setelah belajar kurang lebih satu jam, Panji mendengar suara Kang Salim di depan pintu,

"Panji...! Ayoo kita mandi ke sungai."

"Baiklah," kata Panji kemudian beranjak pergi.

Adzan magrib terdengar mengalun.

Para santri sudah berkumpul di musollah untuk melaksanakan solat magrib. Setelah solat magrib... Panji menuju kamar Kang Subur untuk belajar membaca Al qur'an.

Setelah selesai ngaji... Kang Subur berkata,

"Panji... Alhamdulillah kamu sudah hafal surat Al Fatihah, juga bacaan solat. Mulia besok... Kamu belajar membaca dan menghafal jus Amma."

"Iya Kang," jawab Panji.

Seperti biasa, setelah solat isak... Panji pergi ke dapur ndalem untuk makan malam dan mencuci piring.

Setelah makan... Panji kembali ke pondok. Ketika berjalan di depan musollah... Panji melihat Kyai Nuruddin mengajar kitab.

Dengan langkah gontai, Panji mendekati musollah, kemudian duduk di belakang untuk mendengarkan sang Kyai menerangkan kitab Ihya Ulumuddin.

Melihat sang Kyai merokok sambil menerangkan kitab... Panji mengeluarkan rokok kemudian menyulut rokok. Asap rokok perlahan - lahan keluar dari mulut dan hidung Panji, lalu bertaburan di dalam ruang musollah tak berkipas.

"Heeee Panji, matikan rokok nya! Gak sopan ngaji sambil merokok," kata salah satu santri senior.

"Kang, kan Kyai nya juga merokok... Masak aku gak boleh merokok," kata Panji,

"Kan Kyai nya kasih contoh untuk merokok." 😅

"Ah, terserah kamu!" kata salah satu santri sambil geram.

Ketika Kyai Nuruddin sedang menerangkan kitab Ihya Ulumuddin... Kyai terkejut mata batinnya melihat ada dua ekor harimau yang duduk di samping Panji di teras musollah. Namun sang Kyai, diam saja sambil menerangkan kitab juga sambil melihat dua harimau.

Lalu... Dengan tiba - tiba Kyai berdiri lalu berjalan mendekati Panji. Melihat Panji bersandar dinding tembok musollah sambil merokok... Kyai Nuruddin tersenyum kemudian kembali duduk di sebelah pengimaman.

Melihat tingkah Kyai yang aneh tidak seperti biasanya... Para santri beranggapan bahwa sang Kyai akan marah kepada Panji, karna merokok di saat ngaji.

Setelah di tutup dengan kaliamat "Wallahu'alam Bishawab," Para santri berhamburan keluar musollah, sebagaian masih ada yang duduk di teras musollah.

"Kang Panji," panggil Kyai Nuruddin yang berdiri di samping pintu musollah.

Mendengar suara sang Kyai... Beberapa santri sangat terkejut, karna biasanya sang Kyai langsung pulang ke ndalem.

"Iya Kyai," jawab Panji sambil meletakkan rokoknya di lantai kemudian berdiri sambil menundukkan kepala.

Sambil duduk Kyai berkata,

"Kang Panji suka merokok yaaa...? Ayoo duduk sini.

Kang Salim... Tolong belikan kopi tiga gelas dan rokok untuk kang Panji, ini uangnya."

"Sendikoh dawuh Kyai," jawab Kang Salim kemudian bergegas ke warung belakang pondok.

"Kang Panji... Tolong pijitin punggung dan pundak saya yaaa," kata sang Kyai kemudian melepaskan baju koko nya, lalu tengkurap di lantai.

"Iya Kyai," jawab Panji kemudian tangannya mulai memijit pelan punggung Kyai.

"Kang Panji mengapa kamu ikut ngaji kitab Ihya Ulumuddin...? Sedangkan kajian kitab ini kan untuk santri senior yang alim," tanya Kyai santai.

"Senang saja Kyai, walaupun hanya mendengarkan saja, saya senang Kyai," jawab Panji.

"Lalu mengapa kamu merokok di saat ngaji di musollah...? Sedangkan santri senior mu, saja gak berani merokok?" kata sang Kyai.

"Karna saya punya rokok Kyai, dan kebetulan saya habis makan," jawab Panji,

"Kalau gak punya rokok, saya tidak merokok Kyai."

Mendengar jawaban polos Kang Panji... Kyai penasaran dan bertanya lagi.

"Mengapa habis makan kamu kok merokok?" tanya sang Kyai.

"Karna makan itu kan 4 sehat 5 sempurna Kyai, jadi yang kelima itu merokok," jawab Panji. 😅

Mendengar jawab Panji... Kyai tertawa terbahak - bahak.

"Assalamualaikum," ujar Kang Salim,

"Ini Kyai, kopinya dan rokoknya."

"Waalaikumsalam," jawab sang Kyai.

"Ini Kang Panji kopi nya, ayo di minum lalu merokok... Memijat sambil merokok, biar sempurna," ujar sang Kyai. 😅

"Kamu tau merokok itu hukumya apa dalam islam?" tanya sang Kyai.

"Merokok itu hukumnya wajib kyai," jawab Panji polos.

"Loh kok bisa wajib, apa alasannya?" tanya sang Kyai.

"Alasannya... karna kyai NU itu rata - rata merokok, barang siapa yang meroko meniru para kyai NU... Maka dia akan mendapatkan berkah dari kyai NU," jawab Panji percaya diri.

Mendengar jawaban Panji... Kyia tertawa terbahak - bahak, lalu berkata,

"Kata siapa kamu...?"

"Kata Kang Salim Kyai, ini orangnya," jawab Panji sambil melihat wajah Kang Salim.

"Kang Salim... Kamu ajari Panji yang benar yaaa...! Dia itu masih lugu dan belum tau tentang hukum Fikih, nanti dia bisa Ngawur membuat hukum sendiri," ujar sang Kyai.

"Sendikoh dawuh Kyai," jawab Kang Salim,

"Kemarin itu hanya bercanda saja Kyai." 😅


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C5
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk