Unduh Aplikasi
16.27% Aku Bukan Istri Setia / Chapter 14: Perasaan Yang Berubah

Bab 14: Perasaan Yang Berubah

"Ibu masih ingat dengan ini?"

Stevan mengacungkan botol yang berisi ramuan mirip beras kencur. Ramuan yang berhasil membuat dadanya gatal. Mayang langsung was-was. Pikiran negativenya menduga-duga apa yang akan mereka lakukan terhadap ramuan itu.

"Mau apa kalian hah?"

Mayang tidak bisa berkutik saat dua iblis itu mendekat. Dimana Marwan mendekapnya dari belakang, sementara Stevan mencekokinya dengan minuman. Mayang yang tidak berdaya karena tubuhnya diikat pun hanya pasrah saat minuman itu masuk ke dalam tenggorokannya.

"Telan semuanya. Kita lihat reaksinya nanti." Stevan berkata.

Tidak menunggu lama, Mayang merasakan gatal. Tapi bukan di area dada melainkan alat vitalnya di bawah. Rasa gatal yang begitu menyiksa membuat Mayang hanya menggelinjang di tempatnya. Sementara kedua iblis itu tampak tertawa jahat.

"Rasakan Bu Mayang, sebentar lagi kamu akan mengiba kepuasan kepada kami." Marwan terkekeh.

Mayang hanya menggeleng-gelengkan kepala. Tidak tahan atas reaksi dari ramuan itu. dia hanya meratap. Kenapa dua pria ini tidak berhenti mengerjainya. Apa salahnya?

Rasa gatal yang tidak tertahankan membuat Mayang tidak punya pilihan lain. Selain memohon kepada mereka. Dia menangis. Padahal dia sudah berjanji untuk menyudahi semua ini. tetapi kenapa sulit sekali?

Dan apa yang Mayang takutkan terjadi. Ketika dia sudah selesai memelas. Kedua iblis itu mulai mengerjainya. Stevan hanya memeganginya. Sedangkan Marwan yang bekerja. Tanpa ampun menikmati tubuh Mayang dengan sangat liar. Bahkan, Mayang tidak diberikan kesempatan untuk istirahat.

Alam bawah sadar Mayang yang semula menolak menjadi pasrah. Bahkan secara perlahan. Mayang merasa ada yang aneh dengan dirinya. Dia mulai menyukai persenggamaan ini. Marwan memang tidak ada duanya. Luar biasa.

"Bagaimana? Kamu suka melakukan ini Bu Mayang?" tanya Marwan di tengah dirinya yang sedang memacu.

"Jangan berhenti, Pak!"

"Jadi Bu Mayang mau melayani saya seterusnya? Iya?"

Mayang yang sudah tidak mampu lagi memikirkan kewarasannya terpaksa mengiyakan.

"Bagus, Bu. Pegangan yang kenceng."

*

Beberapa bulan kemudian,

"Bapak pulang."

Kehangatan keluarga kembali Mayang rasakan ketika suaminya pulang. Dia tentu menyambut dengan suka cita.

"Pak, kok pulang lebih cepat dari biasanya?" Mayang bertanya setelah mengantar suaminya yang baru saja datang itu duduk di sofa.

"Iya, Bu. Soalnya saya naik jabatan dan kontrak saya diperpendek."

Entah senang ataupun sedih dengan berita tersebut. Yang jelas sekarang dia sangat membutuhkan suaminya di sisinya. Selain sebagai pelindung atas segala perbuatan pria hidung belang. Lebih dari itu kalau dia ternyata sedang hamil!

Iya, Mayang hamil. Lebih tepatnya beberapa minggu yang lalu. Buah cintanya dengan Marwan memang sangat manjur. Rasa bersalah menggelora di jiwa Mayang. Namun, dia harus menutupi hal ini rapat-rapat. Dia tidak ingin suami anaknya tahu masalah ini.

Namun, Mayang tidak segara memberitahu suaminya. Dia tahu janin yang ada di rahimnya itu bukan dari sang suami. Melainkan dari perselingkuhan kotor yang tidak patut dilakukan oleh seorang istri. Hati Mayang teriris-iris dibuatnya.

Apalagi saat melihat kehangatan rumah tangganya sekarang. Terlihat sekali Novi begitu bahagia dengan kepulangan ayahnya. Keharmonisan yang seharusnya bisa berlangsung selamanya. Tetapi, Mayang dengan tega merusaknya.

"Sebaiknya istirahat dulu di kamar, Pak." Mayang berujar. Sang suami langsung menoleh kea rah istrinya sambil tersenyum penuh arti.

"Iya nih gerah banget badan. Novi, bapak mandi dulu ya? Kamu tolong bawakan koper bapak ke ruang keluarga. Ada banyak oleh-oleh di dalamnya. Kita nanti buka sama-sama."

"Ok, Pak."

Sapto bersama Mayang pun berjalan menuju kamar beriringan. Namun ketika sampai di dalam kamar. Sapto langsung menubruk tubuh Mayang dan memeluknya dengan sangat erat.

"Kamu semakin seksi saja, Sayang. Aku rindu sekali denganmu." Sapto mendesah dengan penuh nafsu. Mayang seharusnya senang mendengar perkataan itu. Namun hal yang mengganjal dalam benaknya cukup kuat. Bagaimana dia bisa merasakan kerinduan yang sama dengan suaminya kalau hari-harinya sudah dipenuhi oleh dua pria yang menggilir tubuhnya.

"Saya juga rindu, Pak." Mayang terpaksa membalas sambil tersenyum kecil. Lantas, detik berikutnya. Hal yang menjadi kebutuhan batin terjadi. Tatkala Sapto melucuti pakaiannya. Membelai tubuhnya. Menyentuh dengan sentuhan penuh gairah yang entah kenapa terasa biasa saja. Mayang menjadi heran sendiri. Apakah ini gara-gara efek bercinta dengan batang yang lebih besar. Sampai dia sendiri meremehkan suaminya sendiri.

Dan memang benar, setelah cukup lama dia lupa bagaimana rasanya bercinta dengan suaminya. Kini dia merasakan sendiri kehambarannya. Bagaimana sentuhan Sapto sama sekali tidak tepat ke titik rangsangnya. Tidak membuatnya basah walau sebentar saja. Tidak seperti Marwan yang melakukan, di mana Mayang selalu bergairah. Kebasahan setiap detiknya. Membuatnya ingin lagi dan lagi.

Gaya yang dilakukan juga begitu-begitu saja. Monoton. Bahkan sampai klimaks. Mayang belum merasakannya, tetapi sang suami sudah tepar terlebih dahulu. Mayang berusaha menghargai suaminya dengan pura-pura tersenyum puas dan memeluk tubuh suaminya dengan sangat hangat.

Ketika suaminya sedang tertidur karena kecapekan. Mayang kembali merasakan gatal yang luar biasa.. Memainkannya dengan jemarinya sampai basah. Terbayang wajah Marwan yang memang hanya pria itu yang mampu menuntaskan keinginannya.

"Haruskah aku bertemu dengan Pak Marwan? Tapi kalau aku ketemu dengan dia. Bagaimana dengan suamiku? Dia saja baru datang. Masa harus aku tinggal?"

Mendadak Mayang mendapatkan ide. Yaitu dengan melakukan video call. Dia pun buru-buru beranjak dari ranjangnya. Mengambil ponsel dan beranjak menuju kamar mandi. Di tutupnya kamar mandi itu rapat-rapat baru kemudian memanggil Pak Marwan.

Tidak berapa lama, panggilan terhubung. Mayang langsung mengigit bibir tatkala melihat pria matang bertubuh kekar itu ternyata sedang berada di kamar mandi. Dari gerak-geriknya pria itu sepertinya habis melakukan persenggamaan dengan istrinya yang keberapa. Sontak saja rasa cemburu langsung membakar jiwa Mayang. Ingin sekali dia memiliki tubuh Marwan sepenuhnya.

"Ada apa Mayang?"

"Pak, pengen."

Pria di seberang sana tampak terkekeh. Mayang langsung menggigit bibir. Refleks, dia melakukan ritual pemuasan diri.

"Kamu kurang puas ya dengan suami kamu?" ejek Marwan yang memang mengetahui kalau Sapto pulang. Mayang tidak menjawab karena dia terfokus untuk memuaskan bagian bawah.

Dengan hanya melihat layar ponsel saja. pikiran Mayang langsung kemana-mana. Bagaimana dia mengingat-ingat terakhir kali bersenggama dengan Marwan di hotel. Ketika itu Mayang melepas cincin nikahnya dan langsung melayani Marwan dengan sangat maksimal. Karena esok harinya tepat hari ini suaminya datang. Maka mereka melakukannya gila-gilaan dari sore menjelang dini hari.

"Wow seksi sekali anda Bu Mayang." Wajah Marwan memenuhi layar. Semakin gila Mayang dibuatnya. Tangannya terus bergerak aktif sampai hendak keluar.

Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Mayang langsung terkesiap saat suaminya memanggil. Mengajaknya untuk mandi bersama. Mayang mengiyakan saja. Dia terpaksa mengakhiri panggilannya dan mempersilakan suaminya masuk.

Sapto terlihat mengajaknya untuk mandi bersama setelah bercinta tadi. Pria itu tampak bahagia sekali. Tapi Mayang penasaran apa pria itu akan bahagia kalau tahu Mayang tengah hamil bukan anaknya?


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C14
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk