Unduh Aplikasi
13.95% Aku Bukan Istri Setia / Chapter 12: Masih Berlanjut

Bab 12: Masih Berlanjut

Dua jam sudah, mereka sampai klimaks bersama-sama.

Setelah beristirahat sejenak, pak Marwan berpindah posisi di depan Mayang siap untuk melakukan itu lagi.

"Gimana Bu? Masih kuat?"

Mayang tidak menjawab. Namun wajah erotisnya sudah mewakili semuanya. Bagaimana dia terlihat melihat sayu kepada Marwan seolah mempersilakan pria gagah itu melakukannya lagi. Benar, dia baru merasakan kenikmatan tiada tara dari seorang pria yang tidak bisa diberikan oleh pria manapun. Marwan adalah sosok objek fantasinya yang begitu sempurna.

Marwan melakukan gerakannya sambil memegang pinggul seksi Mayang. Cara dia mengoyang. Menghentak sangat pas sekali bagi Mayang sehingga wanita itu kembali dibuat melayang ke langit ke tujuh. Rasanya arwah Mayang seperti pergi menembus langit ke tujuh tanpa bisa turun lagi. Ini benar-benar nikmat. Sangat nikmat.

Semakin lama, goyangan Marwan semakin kencang. Setiap hentakannya membuat Mayang terhentak. Hingga mendadak Mayang merasakn gatal yang luar biasa di bagian dadanya. Air ASI yang keluar langsung menjadi perhatian Marwan yang kemudian pria itu dengan suka cita menghisapnya.

Bisa ditebak, bagaimana cara pria itu memperlakukan dadanya. Tidak ada beringas sama sekali. Yang ada lembut tapi sesekali sentakan membuat rasa seperti kesetrum menjalar ditubuhnya. Mayang malah terlihat memeluk tubuh besar itu dan juga kepalanya. Membenamkannya lebih dalam hingga Marwan sulit untuk bernafas.

"Kamu sudah keenakan gitu kan?" Marwan menggoda setelah berhasil melepaskan kepalanya. Mayang terlihat protes dan kemudian mendekap kepala Marwan lagi. Dia dibuat ketagihan dengan cara pria itu menyusu.

Seiring berjalannya waktu, Rasa tidak tertahankan kembali meledak dahsyat. Mayang tidak bisa menahan erangannya tatkala Marwan memacu dengn kecepatan tinggi. Tidak diperdulikan suara tubuh yang beradu memenuhi ruangan itu, bahkan kalau ada orang lewat. Pasti bisa dengan jelas mendengarnya. Rumah itu menjadi saksi panas akan percintaan terlarang itu.

"Bu, saya mau keluar."

"Tolong, jangan di dalam Pak."

"Aduh, gimana sudah terlanjur."

Marwan bangkit dari tempatnya. Dengan tubuh penuh keringat dia terlihat melihat hasil karyanya. Wanita yang menjadi angan-angan setiap lelaki itu terlihat takluk dan lemah. Ternodai oleh keperksaannya yang memang luar biasa. Marwan menjamin kalau setelah ini, Mayang akan ketagihan dengan miliknya. Membuat wanita itu tidak bisa lepas darinya.

"Pak! Kok dimasukan di dalam? Kalau saya hamil bagaimana?" Mayang protes. Dia tidak mengantisipasti hal ini saking enaknya. Sampai-sampai untuk kali kedua, pria menitipkan benih di dalam perutnya. Sekarang benih-benih itu pasti sedang bertarung di dalam. Memperebutkan posisi menjadi kehidupan yang akan hidup diperutnya.

"Ya, bagus Bu. Ibu hamil anak saya." Marwan terkekeh. seolah menganggap hal itu bukan masalah besar.

"Saya tidak mau, Pak. Saya kan sudah punya keluarga."

"Terus kenapa? Saya juga punya keluarga. Bahkan istri saya empat sekarang. Kalau ibu mau menjadi istri kelima enggak apa-apa, hehe."

Mayang meradang. Pantas saja lelaki ini dijuluki sebagai bajingan karena begitu mudah menghamili wanita, tapi di saat bersamaan berani untuk menikahinya. Jadi bukan hal yang patut dikhawatirkan sebenernya karena Marwan pasti bertanggung jawab atas wanita yang pernah dia senggamai.

"Saya tidak sudi. Lebih baik saya hidup sendiri daripada menjadi istri kelima kamu."

"Berani sekali Ibu berkata seperti itu. apa tidak takut ada malaikat yang lewat terus dikabulkan. Ibu hidup sendirian kesepian tiada ada yang menjamah. Bahkan sekarang saja, Bu Mayang punya suami tapi rasanya seperti tidak punya suami. Malah bersenggama dengan pria lain."

Wajah Mayang memerah. Tertampar keras. Yang diucapkan Marwan benar. Apa bedanya wanita single dengan dirinya? Sama-sama kesepian? Bahkan dengan mudahnya seorang Mayang terjebak dalam lingkaran nafsu yang membelenggu ketika ada lelaki-lelaki gagah di sekitarnya. Walaubagaimanapun, Mayang tidak menampik kalau masih membutuhkannya. Tapi, haruskah dengan cara yang seperti ini.

"Bu Mayang, Bu Mayang. Buat apa Bu Mayang masih bertahan dengan suami yang sangat egois seperti Sapto. Bu Mayang berusaha untuk tetap setia, tapi belum tentu kan suami ibu setia di seberang jauh sana. Pasti sudah banyak wanita yang pernah ditiduri oleh suami ibu." Marwan mulai mencuci otak Mayang. Mengubah persepsi wanita itu secara perlahan.

"Jaga ya bicaramu! Suami saya tidak akan mungkin begitu. Dia adalah pria yang baik. Sangat sayang dengan istri dan anaknya."

"Terserah apa kata Bu Mayang, yang jelas hanya lelaki berkelainan yang tidak akan selingkuh. Faktanya semua lelaki itu selingkuh. Entah itu secara terang-terangan maupun diam-diam.

Mayang yang sudah tidak tahan dengan ocehan Marwan langsung berusaha mengusirnya. Namun, Mayang menjadi tidak berkutik tatkala tubuhnya ditindih oleh tubuh besar Marwan. Selain untuk meraba dada, Marwan juga melancarkan aksi lumatan panas ke bibir. Merasakan bibir lebar Mayang yang lembut dan lebar. Sangat enak buat dicium.

Dan lagi, Marwan memberikan satu hujaman. Betapa tenaga pria itu tidak ada habisnya. Akan terus ada. Lelaki brengsek memang selalu punya energy lebih untuk bersenggama.

Namun, aktifitas itu langsung terhenti saat terdengar suara motor berhenti di depan rumah Mayang. Tidak terasa Mayang dan Marwan bersenggama sampai sore. Dan Mayang langsung menyadari kalau yang datang itu pasti Novi.

"Cepat menyingkir Pak. Anak saya datang."

Marwan terpaksa berhenti meskipun dia belum sampai. Namun di dalam hatinya dia berjanji. Lain waktu akan menuntaskan semuanya sampai selesai.

"Lain waktu lagi ya, Bu."

"Tidak sudi."

"Bilang tidak sudi, tapi keenakan. Mendesah mulu." Marwan mengejek. Mayang tidak memperdulikan Marwan karena dia sibuk mengenakan pakaiannya kembali. Begitupun Marwan. Mereka tidak ingin kalau sampai aksi mereka diketahui oleh Novi.

"Cepat pakai pakaiannya kembali, Bu. Jangan sampai ketahuan Novi."

Mayang mendesah sebal. Ingin rasanya dia memukul Marwan, kalau bisa sampai koma saja, supaya berhenti memberikan ancaman. Dia tahu kalau tipikal lelaki seperti Marwan kalau sudah mendapatkan kesempatan pasti akan melunjak.

Tepat setelah mereka selesai mengenakan pakaian, Novi masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam. Dia terheran-heran dengan kepala sekolahnya yang ada di rumahnya. Terlebih lagi, kondisinya sangat kacau bersama dengan sang Ibu. Novi langsung menebak-nebak apa yang telah dilakukan oleh kedua orang tuanya.

"Pak Marwan?"

"Eh, kamu sudah pulang Novi." Marwan berkata dengan santainya.

Dia memicingkan mata. Walaupun dia pemuda lugu, tapi dia tidak lugu-lugu amat. Dia menduga apa yang telah terjadi antara orang tuanya dan juga Pak Marwan.

"Apa yang Pak Marwan lakukan di rumah saya?" Novi berkata dengan agak ketus.

"Tenang saja, Novi. Bukan apa-apa. Tadi saya ke sini hanya membicarakan tentang dirimu yang berprestasi di sekolah dan pertimbangan untuk memberikan kamu beasiswa. Tadi saya membicarakannya sama ibu kamu."

Novi tidak puas dengan jawaban Marwan beralih ke ibunya yang tampak kepayahan. Saat dia akan bertanya lagi. Marwan sudah lebih dahulu pamit meninggalkan rumah itu.

"Ibu sebenernya apa yang sedang terjadi?"

Mayang terlihat mengatur nafasnya sejenak. Baru kemudian berkata.

"Katakan kepada ibu, apa benar kamu memberikan kunci jawaban ulangan kepada teman-teman kamu?"

Novi mengernyit dahi. Bingung kenapa Ibunya bisa menuduhnya begitu.

"Enggak kok, Bu. Saya enggak ngasih jawaban apa-apa. Lagian buat apa ngasih jawaban kepada teman-teman, kita yang susah-susah belajar."

Mayang terbelalak. Bagaimana perkataan sang anak bisa bertolak belakang dengan Marwan. Manakah yang benar?

"Beneran kamu tidak melakukan itu?"

"Mana mungkin saya berbohong, Bu. Ibu bisa cek sendiri ke sekolah. Kalau perlu tanya sama walikelas Novi sendiri." Novi berkata dengan penuh keyakinan.

Mayang langsung melemas. Jadi apa yang dikatakan oleh Marwan tadi hanya akal-akalannya saja supaya bisa menjamah tubuh Mayang? Benar-benar biadap Marwan. Mayang sudah tertipu oleh akal bulusnya. Dia berjanji setelah ini tidak akan terjebak lagi. Sudah cukup banyak dia dirugikan.

"Memangnya Pak Marwan tadi ngapain ke sini, Bu?" Novi terus bertanya karena penasaran.

"Tidak apa-apa, kamu ke kamar gih. Setelah itu bantu ibu buat masak sore." Mayang mengalihkan perhatian. Sang anak tidak bertanya lagi. Menuruti perkataan orang tuanya.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C12
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk