Unduh Aplikasi
78.57% PANGLIMA ZUBAIR / Chapter 11: Bab 11

Bab 11: Bab 11

Kedua pria itu mengikut gadis muda yang cantik jelita itu hingga sampai daerah seberang. Mereka sama sekali tidak tau dimana keberadaan mereka saat ini.

Suara riuh ramai pasar menyadarkan Pengawal Zakir yang meringkuk di atas pendati bersama tumpukan jerami. Mereka mencuri' Pedati salah satu warga saat mengajar Cik Mira.

"Sudah sampai mana, Panglima?" tanya Pengawal Zakir yang terbangun di atas tumpukan jerami.

"Turunlah! Jika kamu lapar!" seru Panglima Zubair yang duduk sebagai kusir sepanjang malam mengemudikan pedati yang mereka curi.

Pengawalan Zakir melihat ke sekitar. Panglima gagah itu memberhentikan pedatinya di depan sebuah kedai yang kebetulan sedang ramai sekali dengan pengunjung.

"Di mana kita sekarang, Panglima?" tanya pengawal Zakir melihat ke arah Panglima Zubair setalah menyapu ke sekeliling.

"Kita ada di sebuah daerah yang sudah cukup jauh dari kawasan kerajaan Sultan Iskandar," sahut lelaki yang sedang mengawasi sesuatu kemudian mengedikan bahu.

"Lalu di mana penari ronggeng itu?" balas pengawal Zakir yang hanya melihat kereta kuda milik Cik Mira di depan pintu masuk pasar.

"Dia masuk ke dalam pasar itu," sahut Panglima Zubair tanpa menoleh.

"Baiklah, biar aku di sini saja. Takut sewaktu-waktu Cik Mira keluar dari dalam pasar," sahut Pengawal Zakir. Melepaskan sedikit ikat kepalanya untuk menutupi sebagian wajahnya seperti yang dilakukan Panglima Zubair.

Sudah cukup lama Panglima Zubair dan pengawal Zakir menunggu. Tetapi wanita yang masuk ke dalam pasar itu tak juga kunjung keluar. Membuat Panglima Zubair samakin gelisah.

"Apa yang dilakukan wanita itu di dalam pasar. Mengapa dia lama sekali!" gerutu Pengawal Zakir yang sudah memulai bosan.

Panglima Zubair merasakan kejanggalan. Ia memutuskan untuk melihat ke dalam kereta kuda milik Cik Mira.

"Sialan! Dia sudah kabur!" decih Panglima Zubair meradang.

Lelaki itu bergegas masuk ke dalam pasar dan mencari keberadaan Cik Mira.

'Sepertinya penari ronggeng itu tahu jika aku sudah mengikutinya!' batin Panglima Zubair mengedarkan pandangannya ke sekeliling pasar.

Seorang wanita berkerudung merah berjalan tergesa-gesa keluar pasar, membuat Panglima Zubair curiga. Lelaki itu mengikuti wanita yang terus berlari keluar dari pasar saat menyadari kehadiran Panglima Zubair. Sekalipun saat ini Panglima Zubair itu sedang dalam penyamaran.

Pengawal Zakir terkejut, melihat kereta milik Cik Mira kembali melaju. Ia pun bergegas mengambil alih kemudi pedatinya untuk mengejar Cik Mira. Sementara Panglima Zubair segera naik e atas jerami saat pedati itu melaju di dengan kecepatan tinggi melintas di depannya.

Drap! Drap! Drap!

Ihik ... Ihik ... Ihik ...

Cik Mira melanjutkan kereta kudanya dengan cepat masuk ke dalam hutan belantara. Tiba-tiba sesuatu jatuh dari atas dan menimpa kereta kuda yang sedang ia bawa.

Ihik ...

Kuda pada kereta itu meringik dan ketakutan. Ia melompat tidak terkendali membuat Cik Mira kesulitan untuk mengendalikannya. Hingga akhirnya kereta kuda itu pun terjatuh beserta Cik Mira. Wanita itu bergulung-gulung di atas rerumputan hingga tubuhnya membentur sebuah pohon besar.

"Sakit!" lirih Cik Mira meringis kesakitan.

Belum selesai Cik Mira merasakan kesakitan pada tubuhnya. Sebuah pedang sudah mengayun hampir menebas lehernya.

"Katakan, di mana Fred berada?" cetus Panglima Zubair dengan pedang yang menempel pada leher Cik Mira.

Wanita berkulit putih itu terdiam dengan sorot mata tajam menatap kepada Panglima Zubair.

"Jika kamu tidak mau mengatakannya, maka jangan salahkan aku jika aku akan membunuhmu!" ancam Panglima Zubair dengan mata membulat.

"Baik aku akan mengatakan keberadaan Fred pada kamu. Tapi tolong lepaskan aku!" decih Cik Mira dengan nada sinis.

Panglima Zubair tersenyum sinis. "Jangan bermimpi aku akan melepaskan kamu. Sebelum kamu menunjukkan di mana keberadaan Fred padaku!" balas Panglima Zubair dengan nada penuh penekanan.

****

Beberapa kali wanita cantik berkulit putih itu menoleh ke balik punggungnya dengan wajah takut. Sementara langkah kakinya terus mengayun menuju sebuah rumah panggung yang cukup megah yang terletak di hadapannya.

"Mira!" Lelaki berambut cokelat itu terkejut saat melihat Mira tiba di depan rumahnya.

Fred segera menghampiri Mira dan sesaat memberikan pelukan kepada penari ronggeng itu.

"Bagaimana bisa kamu tahu jika aku berada di sini, Mira?" tanya Fred menyungingkan senyuman.

Ia menarik pergelangan tangan Mira sedikit menjauh dari rumahnya. Wajah' Fred sedikit takut, jika istri tuanya tau tentang keberadaan Mira yang datang menemuinya.

"Fred, kamu harus menolongku!" decih Cik Mira dengan wajah gugup. Wajah' ayu yang sedang dilanda kepanikan itu memberikan kode.

Langkah Fred terhenti setelah ia berjalan cukup jauh dari rumahnya. "Tolong?" Fred menaikan kedua alisnya heran dengan ucapan Mira.

Mira mengedipkan kedua matanya memberikan kode kepada Fred. Namun sayangnya lelaki itu tidak mengerti dengan maksudnya Mira, jika saat ini ia sedang berada di dalam bahaya.

"Apa yang terjadi, Mira?" Fred meletakan kedua tangannya pada bahu Cik Mira, seraya menatap serius.

Tiba-tiba Panglima Zubair dan Pengawal Zakir muncul dari balik semak-semak yang mengelilingi rumah Tuan Fred.

Tuan Fred terkejut. Tergambar jelas kegugupan dan ketakutan dari wajah lelaki itu.

"Siapa kalian?" cetus Tuan Fred. Meskipun sebenarnya ia tahu siapa Kedua lelaki yang sedang berdiri di hadapannya.

Panglima Zubair memicingkan kedua matanya menatap tajam pada Tuan Fred. Rahangnya mengeras dengan pedang yang sudah siap ia keluarkan dari tempatnya.

"Apakah aku harus mengatakan kepadamu, siapa sebenarnya, aku? Sementara kamu sudah merusak apa yang aku miliki!" decih Panglima Zubair melangkahkan kakinya satu persatu mendekati Tuan Fred yang semakin ketakuatan. Wajahnya pias dan nampak bergetar.

"Jangan! Aku benar-benar tidak tahu tentang hal itu. Aku hanya disuruh!" decih Tuan Fred memundurkan beberapa langkah kakinya menjauh dari Cik Mira dan Panglima Zubair.

Panglima Zubair menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. Ia mencabut pedangnya. "Apakah kamu mau tahu bagaimana rasanya ditinggal mati oleh orang yang kamu cintai?" sentak Panglima Zubair penuh penekanan.

Tiba-tiba lelaki dengan wajah merah padam itu mengayunkan pedangnya pada Cik Mira. Tepat pada leher penari ronggeng itu.

"Mira!" teriak Tuan Fred histeris dan terkejut.

"Jangan, aku benar-benar tidak sengaja membunuh Mayang!" Tuan Fred menggerakkan kedua tangannya di depan dada dengan wajah ketakutan.

"Lalu siapa yang sudah menyuruhmu untuk menyekap Mayang?" tanya Panglima Zubair semakin mendekati Tuan Fred.

Tuan Fred memutar tubuhnya dan berlari menjauh dari Panglima Zubair. Tetapi sayangnya, Pengawal Zakir menghadang langkah lelaki itu.

"Kamu tidak akan bisa kemana-mana?" decih pengawal Zakir tersenyum sinis pada Tuan Fred. Ia pun siap menghunuskan Tuan Fred dengan pedang yang berada di tangannya.

"Jangan! Baiklah aku akan mengatakan kepada kalian. Tapi aku mohon jangan bunuh aku!" pinta Tuan Fred menelangkupkan kedua tangannya dengan wajah mengiba.

"Cepat katakan!" sentak Panglima Zubair menaikkan nada suaranya, geram.

"Dia a-adalah Senopati!"

Crok!

Sebuah anak panah menghunus tempat pada jantung Tuan Fred. Lelaki itu seketika tumbang.

"Bangun baj*ngan! Bangun!" Panglima Zubair mengucang tubuh Tuan Fred yang sudah tidak sadarkan diri. Sepertinya panah yang menghunus lelaki itu adalah panah beracun yang seketika saja dapat membunuh.

"Senopati siapa, Fred? Bangun!" teriak Panglima Zubair geram. Panglima Zubair mengguncang tubuh Fred yang sekarat.

****

Bersambung ...


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C11
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk