Benjamin segera menganggukan kepalanya. Tanpa berlama-lama lagi, pria tersebut kembali berdiri pada tempat duduknya dengan menggunakan alat penyangga kaki yang diberikan Lylia.
Kemudian Benjamin segera melangkahkan kedua kakinya secara perlahan dengan menggunakan alat bantu jalan tersebut perlahan-lahan menuju kereta kuda yang berada di depan pagar rumah.
Benjamin seketika menghela nafasnya. "Huh … Aku benar-benar kesal sekali berjalan perlahan-lahan seperti ini padahal kereta kudanya hanya berada di depan sana," keluh Benjamin.
"Mau bagaimana lagi, tuan? Sebenarnya menurutku Anda terlalu memaksakan diri untuk pergi ke Kota Marseille jadi Anda harus bersabar karena ini pilihan Anda," ujar Lylia.
"Hmm … Kurasa kau ada benarnya juga, Lylia. Sepertinya aku terlalu banyak mengeluh, kalau begitu lupakan saja perkataanku barusan dan tetap fokus berjalan menuju kereta kuda," ujar Benjamin.
Hai, My-Readers... Author butuh bantuan kalian nich, tolong masukan Buku ini ke rak kalian dan jangan lupa untuk memberikan ulasan
Like it ? Add to library!