Demam
Hacing!! Hacing!! Besing Navinka. Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan Navinka merasakan hawa dingin yang menembus tulang.
Padahal biasanya perempuan yang saat ini sedang meringkuk dibalik selimut jam segini sudah masuk kealam mimpi, kalopun bergadang pasti nonton film atau menghalu membaca cerita fiksi.
Untuk saat ini berbeda dengan biasanya, Navinka demam. Badannya panas tapi anehnya Navinka merasakan hawa dingin yang menggigil, hidung yang terus mengeluarkan carian kental lengket dan bersing yang tiada henti. Lengkap sudah!.
"Ini gue kenapa dah?." "Sakit ni gue!" Parau Navinka.
Selimut tebal menutupi tubuhnya tidak bisa menghangatkan hawa dingin yang dirasakannya.
Navinka, itulah dia, padahal di mejanya sudah terdapat semangkuk bubur minuman dan juga obat yang membuat Navinka sembuh, namun apa.. Navinka tidak menyentuhnya, Navinka membiarkannya!.
Memang jika Navinka sedang sakit, dirinya tidak akan menyentuh obat jika bukan terpaksa atau memang Navinka sedang Sekarat dan harus obat yang sirup. Seperti bayi tapi itulah Navinka!.
Karena Navinka merasa jika malam hari sakit dan tidak minum obat, dirinya akan sembuh saat paginya, seperti contoh saat Navinka masih sekolah. Navinka sedang sakit dan dirinya memang pengen sakit agar tidak masuk sekolah dengan tidak meminum obat dari dokter pribadinya. Ehh.. besuk paginya dirinya sehat dan bisa sekolah, mencoba membohongi orang tuanya pun Navinka tidak bisa, tubuhnya yang kembali sehat dan tidak ada tanda pucat.
Jadi ia berfikir mungkin besuk sudah sembuh tidak perlu obat.
Tadi saat Navinka tidak makan malam bersama keluarga, orang tua Navinka mencari keberadaan anaknya, yang ternyata anaknya demam, dan Yaaa Navinka tidak mau di ajak berobat.
Sebenarnya keluarga Navinka punya dokter pribadi, namun sayangnya Dokter itu sedang cuti dan hanya bisa memberikan resep saja.
Suhu dingin semakin dingin, Navinka menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya memeluk boneka beruang kesayangannya, Navinka mendapat sedikit kehangatan di sana.
Mencoba untuk tidur, saat Navinka mulai menutup matanya, dirinya dikagetkan dengan sebuah ketukan, namun tidak dari pintu, tapi dari jendela kamarnya!.
Tok!! Tok!!
Navinka tidak melihat arah Jendela, dirinya berfikir positif mungkin itu hewan yang sedang jail, dirinya terlalu malas untuk menengok jendela. Namun kelamaan suara ketukan pintu semakin cepat dan berisik.
Mulai berfikir yang tidak-tida di balik selimutnya, berfikir jika itu hantu, jelmaan setan atau maling?.
Jika mailing pasi tidak akan berisik kan, ini ketukan yang menandakan bahwa ada seseorang di luar meminta untuk masuk.
Navinka berfikir kembali, terakhir orang kerumahnya saat itu adalah si Psikopat gila yang membuat lukisan bunga Anyelir di tangannya.
Apakah itu juga dia?.
Tok! Ketukan kembali terdengar, karena Navinka yang sudah merasa pusing dan juga ketukan yang membuat dirinya tambah pusing, Navinka mencoba turun dari kasur membawa boneka beruang di pelukannya dan selimut di pundak untuk menyelimuti tubuhnya dari belakang.
Navinka mengintip sela-sela kain korden, wajahnya yang pucat tidak Navinka hiraukan.
Hoaam Navinka menguap ternyata benar dugaannya, yang datang Williem. Kenapa Williem datang lagi sii? Apa tidak puas kemarin sudah membuat dirinya luka sampai sekarang demam karena mikirin tu orang!. Iya Navinka sakit gara-gara dia!.
Bruk!!
Jendela di gebrak Williem, membuat Navinka kaget terjungkal, tapi tidak sampai ke belakang.
"Buka,, jangan sampai kaya kemarin gue buat lu pingsan!." Ancam Williem.
Navinka muak, membiarkan Williem masuk ke kamarnya dengan dirinya membuka jendela.
Williem masuk meneliti kamar Navinka, matanya fokus pada satu titik terdapat obat dan bubur yang masih utuh dan menurutnya belum di sentuh.
Merasa janggal Williem melihat Navinka yang duduk di kasur, keadaan Navinka yang terlihat sangat mengenaskan dengan wajah yang super lemas seperti tidak ada daya untuk hidup.
Williem langsung paham Navinka sakit.
Menempelkan pugung telapak tangan di dahi Navinka "panas!" Molong Williem.
Navinka menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Udah tau lagi demam ya jelas ni badan panas lah. Batinnya menjawab, Navinka tidak berminat menjawab terlalu menguras tenaga menurutnya.
Williem duduk pinggir kasur kembali berucap "kasian banget si lu,. baru juga gue siksa dikit, udah kena mental aja!."
"Anjing!" Umpat Navinka.
"Lu kemarin pas gue ga sadar kasih apaan dah? Habis bangun ga enak banget ni badan?." Tanya Navinka, soalnya dirinya tidak enak badan habis sadar dari pingsan, dan berlanjut sampai sekarang. Jadinya Navinka sedikit berfikir negatif dengan Williem, apakah dirinya di kasih racun saat tidak sadar?.
"Ga usah nuduh sembarangan! Lu aja yang lemah!." Jawaban Williem membuat Navinka menohok. Navinka tidak terima dirinya menjawab.
"Gue ga lemah ya! Ini ga ada apa-apanya, ni paling tubuh gue lu kasih racun kan,, sama lu?, Tubuh gue tu jarang banget sakit apalagi demam lama gini!. Ngaku lu?" Tuding Navinka.
"Lu mau ga, gue siksa lagi biar tambah sakit?." Navinka diam.
"kalo ga mau ga usah banyak omong! Lu kalo sakit cerewet!." Sarkas Williem. Navinka memonyongkan bibirnya kesal. Enak aja dibilang cerewet, yaudah Navinka diam.
Mengambil mangkuk berisi bubur Williem menyodorkan di depan Navinka yang tertidur membelakanginya.
"Makan!." Suruhnya.
"Perlu gue siapin?."
Navinka bangun menatap Williem.. Hacing!
Navinka bersing depan wajah Williem, hidungnya keluar ingus berwarna hijau. Williem yang melihat itu hanya menutup mata air liur Navinka muncrat mengenai wajahnya. Apakah Williem Jijik? Iya tentu saja Navinka itu spesies menjijikkan yang pernah Williem temui.
Dan entah kenapa Williem tidak keluar dari dunia Navinka, kenapa malah Navinka terus-menerus yang dirinya inginkan. Williem juga bingung.
SIAL!!.
Navinka malu ia kelewatan kenapa dirinya bisa seceroboh ini?., melihat Willem yang menutup mata dan terdapat beberapa titik air di wajah Williem dan bisa dipastikan itu air ludahnya.
Navinka langsung mengambil tisu dilap wajah Williem, dengan Williem yang masih menutup mata.
Setelah selesai Navinka membuang tisu, menarik selimut menutupi tubuhnya, sungguh dirinya ingin hilang saja saat ini.
Williem membuka mata sesaat sudah tidak merasakan apa-apa diwajahnya, dilihatnya Navinka yang meringkuk di balik selimut. Tersenyum singkat Williem ikut gabung merebahkan tubuhnya di samping Navinka memeluk dari belakang berucap. "Minum obat dulu baru tidur".
Walaupun telinga Navinka tertutup selimut suara serak dan berat Williem masuk di telinganya dan itu sukses membuat bulu lehernya merinding, apalagi saat Williem memeluknya tubuhnya terasa kaku sulit digerakkan.
"Minum obat dulu Sayang, baru tidur biar sembuh". Ajak Williem. Meregangkan tangan membuka selimut yang menutupi wajah Navinka, Williem mengecek kembali suhu tubuh Navinka, ternyata sudah berkeringat tapi masih panas.
Navinka membuka mata dirinya langsung melotot merasakan sentuhan Williem jantung berdisko didalam dan tubuh yang berkeringat gara-gara Williem.
Navinka mencoba duduk, mengambil nafas untuk mengurangi detak jantungnya. Setelah jantung sudah aman Navinka melihat bahwa Williem menutup mata, apakah Williem tidur