"Karena gue merasa gue nggak
sepenuhnya salah saat itu, gue berbuat
hal tersebut dengan alasan yang jelas.
Lingkungan yang memaksa gue, dan
saat itu gue muak akan semuanya, entah
tentang lo atau tentang seluruh tuntutan
yang diberikan ke gue. Jadi, gue akhirnya
membuat kesalahan. Nggak lebih."
Athania menggeleng tegas, menatap
Deinandara dengan sorot tak setuju dan
penuh amarah. Tidak. Deinandara salah.
Dulu itu bukan kesalahan, tapi pilihan
yang ia buat. "Kesalahan? Itu lo sebut
kesalahan?! Kesalahan lo itu ngehancurin
hidup gue!! You're destroying someones
life dan lo bilang itu kesalahan?! Semudah
itu?!" teriak gadis itu tak percaya.
Athania mendengus kasar, menggeleng
untuk kedua kalinya. Gadis itu menunjuk
Deinandara dengan marah. "Nope,
yang lo perbuat itu bukan kesalahan,
tapi pilihan," tampiknya. "Karena
kalau memang kesalahan, lo bakalan
menyesali perbuatan lo, lalu meminta
maaf dan memperbaiki semuanya. Tapi
lo nggak begitu, kan? Jadi udah jelas,