Setelah mendapatkan izin, secepat kilat Reva pamit, lalu kembali ke luar dari area rumah sakit. Langkah kaki Reva kembali melambat, kedua tangannya terus saling meremas. Reva masih bingung, apa dia harus menemui Sean?
Atau ... kabur saja?
Kembali ke Jakarta?
"Arrghhh!" Reva mengacak-acak rambutnya frustasi. Otaknya sangat pening, saking peningnya sampai tidak bisa berfikir jernih. Reve berhenti, menatap beberapa orang yang juga sedang menatapnya.
Apa dia sudah melakukan hal aneh?
Memalukan?
Reva tidak perduli! Dia memilih menyandarkan punggungnya ke dinding sambil menatap sekitar. Mana tahu pria gila itu nekat masuk walaupun sudah dilarang. Lagipula, sejak kapan pria itu bisa dilarang keinginannya?
"Aduh, mati lagi deh gue."
"Gimana caranya biar dia pergi ya? Takut banget yaampun," gumannya.
"Apa yang kamu takuti?"