Unduh Aplikasi
89.83% Lady Renee / Chapter 106: Memulai Perjalanan 3

Bab 106: Memulai Perjalanan 3

Bella merogoh sesuatu di dalam tasnya dan melemparnya ke tanah, suara ledakan langsung riuh terdengar disertai cahaya yang menyilaukan.

Itu adalah bom api yang biasanya digunakan para prajurit yang biasanya bertugas di garda paling depan.

Bella sepertinya mengambil banyak senjata dari yang diberikan Ratu pada mereka semua. Tapi tetap saja, bom bukanlah sesuatu yang bagus dalam keadaan seperti ini.

"Apa … apa yang kau lakukan?"

Arthur yang memegang tombak itu merasa frustasi. Sejak dulu ia tidak pernah menyukai Bella dan sekarang ia semakin tidak menyukai Bella.

Bella bukan pelayan yang lemah lembut atau patuh seperti orang lain, ia sedikit barbar dan tidak memiliki rasa hormat pada dirinya. Mungkin Bella seharusnya bukan menjadi seorang Pelayan, tapi seorang bandit yang menjarah harta para pedagang di gunung-gunung.

"Aku hanya ingin membuat mereka bingung!" Bella bergumam dan ia berniat melempari lagi dengan bom kecil dari kantungnya.

"Kita tidak bisa membuat keributan, bodoh! Apa kau lupa dengan pesan Ratu Ginevra?!" Arthur menggertakkan gigi, ia tidak tahu apa yang akan terjadi kalau orang-orang kota Dorthive berdatangan kemari dan melihat puluhan ular mengelilingi mereka.

Mungkin ... kepanikan yang luar biasa akan terjadi atau mungkin semua rencana mereka terbongkar.

"Yah, maaf." Bella mendengkus, dari nada suaranya ia sama sekali tidak terdengar seperti orang yang akan minta maaf.

Ular-ular yang ada di depan mereka mendesis dan dalam gerakan yang cepat mendekat, mulut-mulut mereka terbuka lebar ingin menggigit dengan ganas.

PRAK!

Arthur menggerakkan tombak dengan kuat ke arah para ular yang melompat ke arahnya, ujung tombaknya menembus mulut sang ular, langsung ia jatuhkan ke tanah dengan suara menghentak.

BRAKH!

Bella tidak mau kalah, ia menjauh dari Arthur dan mengurus ular di sisi lain dengan kedua belati di tangannya, mereka terus berdatangan seakan-akan muncul dari dalam tanah dan jumlah mereka tidak terlihat tanda-tanda akan berkurang.

Bella menggerakkan belati ke arah para ular, membuat kepala mereka terpotong dan darah merah mengucur dengan deras ke reruntuhan.

"Sshh!" Ular lain mendesis, salah satu dari mereka langsung melilit kaki Bella, wanita itu memekik.

"Aku membenci keluarga Fern daripada dirimu!" Bella mengutuk ke arah Arthur yang masih sibuk dengan tombaknya.

Laki-laki itu tidak punya waktu untuk meladeni pelayan yang barbar itu, ia lebih memilih menyelamatkan kakinya dari belitan ular yang memanjat naik.

"Mereka semakin banyak!"

"Aku juga tahu, makanya kau … kenapa diantara banyak senjata kau harus memilih tombak?!"

"Aku … aku hanya memilih yang paling bagus saja!" Arthur yang tidak menduga akan mendapat omelan dari Bella tersentak, seekor ular yang entah darimana melompat mengenai wajahnya, laki-laki itu mundur.

"Ah, sial. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!" Bella menarik sesuatu dari dalam kantung, beberapa bola muncul dan berjatuhan ke lantai.

BOMM!

Bella langsung mengyaunkan belati menyapu ular yang ada di lantai, suara desisan dan belati yang merobek tubuh para ular terdengar. Wanita itu tidak peduli dengan seberapa banyak darah yang mengotori pakaiannya, ia harus menghancurkan para ular sebelum orang-orang di kota Dorthive berdatangan.

Jika ia bisa menangani ini, maka apa yang ada di bawah sana pasti juga akan bisa ia tangani. Ia bisa menyusul Renee dan Leo ke bawah sana.

"Sial, wanita itu merendahkan aku."

Arthur yang melihat Bella tidak berhenti menyapu para ular di lantai reruntuhan ikut bergerak, ia cukup ahli dalam menggunakan senjata ini ketika masih di akademi.

Tombak menusuk salah satu ular yang paling besar, membuat mulut sang ular terbuka lebar dan rahangnya putus dalam satu kali sentakan, ular lain muncul dan langsung bergerak melilit tombak dengan mulut yang siap mematuk.

Arthur mengatupkan bibirnya rapat-rapat, ia langsung menghentak tombak ke lantai dengan suara yang keras, ular yang melilit itu mendesis, tubuhnya yang licin tidak bisa bertahan lama dan terlempar ke lantai dengan suara yang keras.

JLEB!

Arthur langsung mengarahkan ujung tombak ke perut sang ular sebelum ia bangkit dan menyerang lagi, tidak hanya itu saja ia juga memutar tombaknya sehingga semua ular yang ada di dekatnya terhempas.

"Bagus, ternyata kau tidak seburuk yang kubayangkan." Bella terkekeh, ia memegang tubuh ular yang sudah ia potong menjadi dua. "Ayo gerakkan tombak milikmu seperti tadi, lakukan lagi, kali ini harus lebih bersemangat!"

"Berisik, jangan ganggu konsentrasiku!" Arthur mendengkus, ia melompat ke sisi lain reruntuhan menjauhi Bella.

Ia sedikit cemas dengan para ular yang tidak ada habisnya ini akan membuat tenaga mereka habis dan pada akhirnya mereka akan berakhir di sini.

Tidak, sebenarnya ia lebih cemas dengan apa yang akan terjadi pada mereka yang ada di bawah sana. Arthur menarik napas dalam-dalam, setidaknya kalau mereka mati, mereka tidak akan membawa-bawa dirinya ke sarang ular.

Sementara itu di ruang bawah tanah, Leo menatap ke sekeliling dengan waspada.

"Bagaimana bisa mereka punya banyak terowongan bawah tanah?!" Dylan mengerutkan kening sambil memegang obor yang baru saja mereka nyalakan.

"Apa kau tahu sesuatu?" Renee menoleh ke arah Ivana, wanita itu menatap empat pintu terowongan yang menuju ke arah yang berbeda.

"Aku tidak yakin, tapi salah satu dari terowongan ini akan mengarah pada Tuan dan yang lainnya berisi sarang ular."

Ivana menghela napas panjang, seandainya ia tahu, ia sudah dari dulu mencari di mana Mina anaknya dikurung oleh Celia.

"Mungkin juga terowongan ini mengarah ke suatu tempat yang rahasia."

"Itu artinya kita tidak tahu mana yang benar." Renee menatap terowongan itu lagi, ukurannya hampir sama keempatnya, baik itu tinggi dan lebar, ia melangkah mendekat.

"Leo …."

"Kita tidak akan berpisah," potong Leo sebelum Renee menyelesaikan perkataannya. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Kit harus bersama, aku tidak tahu penyesalan apa yang akan aku rasakan kalau sesuatu terjadi padamu."

Renee terdiam, ia mengusap telinganya yang terasa panas. Wajahnya mungkin saat ini memerah seiring dengan jantungnya yang berdebar kencang.

Ivana berpura-pura tidak mendengar apa-apa dan menatap langit-langit, sedangkan Dylan menutup mulutnya dengan canggung.

Untung saja di tempat ini tidak ada Bella yang biasanya mengacau dengan mulutnya yang kasar, tidak baik untuk Renee atau Leo, mereka akan sama-sama merasa malu nantinya.

"Baiklah, lalu apa yang kau rencanakan?" Renee berusaha untuk terlihat normal, ia tersenyum tipis.

"Pergi besama-sama." Leo berdehem dengn pelan, Ivana dan Dylan yang sedari tadi terasa tidak dianggap hanya mengangguk pelan. "Mari kita pilih terowongan nomor satu, jika sesuatu yang buruk terjadi kita akan kembali ke nomor dua."


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C106
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk