Unduh Aplikasi
28.81% Lady Renee / Chapter 34: Pilihan Ratu 2

Bab 34: Pilihan Ratu 2

Lorong terasa semakin panjang seiring dengan derap langkah kaki yang bergema bergema. Renee terengah-engah, memegang pedang pendek di tangannya dengan kuat.

"Apa maksudnya aku jangan menoleh? Aku bahkan … tidak bisa berhenti berlari!" Renee menahan napas, mendongak ke atas.

Ia harus menemukan Ivana, tapi di mana dia?

Di mana?

Di mana Renee bisa menemukan Ivana di tengah kekacauan ini?

BRAK!

Renee terdorong ke dinding, monster yang mengejarnya itu rupanya melempar sebuah kursi ke arahnya dan menabrak dinding, kursi itu langsung patah dan berjatuhan ke lantai.

"Monster … monster ini …."

Renee menarik napas dalam-dalam, di saat seperti yang paling tepat baginya adalah tenang.

Kalau ia terus ketaukan, yang ada malah terjebak dan tidak akan mungkin menemukan Ivana.

"Grahh!" Monster itu melompat tepat di depan Renee, membuat wanita itu tersandung dan jatuh ke lantai, Renee mengayunkan pedang ke belakang.

Monster itu menangkap tangan Renee, mencengkeramnya dengan kuat.

"Oh, sial." Renee menggertakkan gigi, kedua alisnya saling bertaut menahan rasa sakit. Mata hitamnya bergulir, melihat bagaimana tangan sang monster yang gelap dan berlendir itu seakan ingin menghancurkan tangannya kapan saja.

"Kalian semua orang-orang sesat!" Renee menginjak tangan sang monster dan menendangnya dengan keras, Renee tidak ambil pusing dan mengayunkan pedang untuk menyabet bahu lawannya.

"Argh!" Monster itu menjerit, ia menjauh sambil memegangi bahunya, darah berceceran jatuh ke atas lantai.

Renee memutar pedangnya dan mengarahkan ke leher sang monster, ia tahu ini konyol, tapi ia tidak punya pilihan untuk bertanya.

"Di mana Ivana?"

Monster itu mengerang, ia tidak menjawab, mungkin kata-kata itu tidak masuk ke otaknya, yang ada bukannya menjawab, monster itu justru mengerang semakin keras dan mengangkat tangannya.

SRATS!

Cakar sang monster berusaha menggapai Renee, wanita itu segera berjongkok dan menyabet pedang ke bawah.

Kaki monster itu terluka, ia jatuh ke lantai diikuti tubuh besarnya dengan suara yang berdebam keras, Renee langsung berlari.

Sepertinya ia harus mencari sendiri, Renee memejamkan matanya sejenak, satu-satunya tempat yang paling Ivana kunjungi hanya satu, ruang kerja Leo.

"Dia pasti di sana!"

Di tengah kejaran monster yang terus berdatangan, Renee benar-benar menuruti apa yang Leo katakan untuk tidak menoleh ke belakang, ia terus berlari hingga samar-samar dari kejauhan ia melihat setitik cahaya.

Cahaya itu berasal dari ruang kerja Leo, pintunya terbuka lebar dan tidak ada satu monster pun yang ada di dalam sana, seakan sengaja untuk mengundang seseorang masuk ke dalam.

"Ivana!"

Tidak ada sahutan dari dalam, yang ada hanya raungan monster yang semakin kuat dari belakang Renee, ingin menggapainya, tidak sekali dua kali Renee harus mengayunkan pedang dan mengenai cakar mereka.

"Ivana ... sepertinya kau sengaja melakukan ini."

Renee tanpa pikir panjang masuk ke ruang kerja Leo, baru saja ia melangkah tubuhnya sudah terbanting ke lantai dengan suara berdebam yang sangat keras.

Ivana sudah menunggunya untuk masuk.

"Renee, kita bertemu lagi." Wanita itu menyeringai lebar dan bibirnya yang biasanya dipoles dengan lipstik merah, kini berubah menjadi hitam mengkilat. "Apa kau merindukan, aku?"

"Omong kosong apa yang kau bicarakan?!" Renee mendengkus, tubuhnya terseret ke sisi dinding. Pedang pendek yang sedari tadi ia pegang ditendang oleh Ivana.

"Aku sudah bilang aku tidak akan membiarkanmu pergi." Ivana yang entah muncul dari mana melotot, kuku-kuku di tangannya itu memanjang dan menancap di tangan Renee. "Kau melubangi kuburanmu sendiri, Renee."

Renee melirik pantulan wajah Ivana di kaca yang tergeletak di dekat lentera, seperti dua sisi yang berbeda, wajah di cermin itu sangat buruk rupa dan hancur, sedangkan wajah yang ada di depannya ini adalah wajah Ivana yang biasa Renee lihat, kecuali bibirnya yang hitam.

Renee mulai meragukan apakah yang ada di depannya ini manusia setengah monster, atau monster yang berwujud manusia.

"Lepaskan aku," kata Renee dengan suara tertahan, tatapannya tanpa sadar jatuh ke dada Ivana.

Ivana terkekeh.

"Sombong sekali … berniat menusuk jantungku?"

BRAKH!

Renee tiba-tiba saja merasakan sesuatu menarik tubuhya dari belakang hingga menghantam jendela ruang kerja yang masih tertutup tirai hitam, suara retakan bercampur pecahan kaca terdengar, Ivana tidak diam sampai di sana saja, tangannya terulur, menjambak rambut Renee.

"Lepaskan!" Renee berteriak marah, ia memberontak dengan kuat.

Ivana sama sekali tidak kehilangan ketenangan di wajahnya, semakin Renee bergerak, semakin Ivana dengan kejam menahannya, mata wanita paruh baya itu berkilat-kilat.

"Aku akan memastikan …."

Ivana mengulurkan tangannya, mencekik Renee.

Di ruang kerja satu persatu monster mulai bermunculan dari dalam kegelapan, mencoba menggapai tubuh Renee dan lentera yang ada di sudut perlahan-lahan mulai padam.

"Kau akan berakhir di sini, kepercayaan dirimu itu akan menjadi sia-sia." Ivana menyeringai, tangan Renee yang tidak berhenti memberontak itu ditangkap salah satu monster yang berdatangan memenuhi ruangan ini hingga cahaya yang ada di ujung ruangan mulai menghilang, membuat gelap perlahan-lahan mulai menyeruak, menahannya untuk tidak bergerak.

Renee merasakan napasnya tercekat, ia sulit bernapas dan wajahnya mulai memucat, ia menepuk-nepuk tangan Ivana dengan keras.

Ivana tertawa, merasa di atas angin. Para monster yang bemrunculan itu mulai mengulurkan tangan mereka, berniat menyiksa Renee di mana-mana. Cahaya lentera benar-benar padam seiring dengan banyaknya orang yang berdatangan.

"Khek!" Renee tersedak, ada banyak tangan yang menggores tubuhnya, ia memejamkan matanya dengan erat, kakinya tidak bisa ia gerakkan, monster yang entah yang mana, menahannya dan kuku-kuku yang panjang itu menusuk dengan kuat.

Melihat ketidakberdayaan Renee, Ivana tertawa dengan suara yang melengking nyaring, Renee membuka matanya dan tidak bisa mendapati apa pun di depannya, semuanya gelap, tidak ada cahaya dan Renee hanya bisa merasakan tangan-tangan yang menusuk dan mencengkeramnya dengan kuat.

"Renee, kau adalah orang terbodoh pilihan Ratu," gumam Ivana dengan nada mengejek, hembusan napasnya semakin lama semakin kasar menerpa wajah Renee. "Mengapa kau mau melakukan hal konyol seperti itu?"

Ivana tiba-tiba saja menarik tangan Renee, meletakkan ke dadanya dengan kasar. "Menusuk jantungku? Apa kau pikir aku bisa dikalahkan dengan mudah dengan orang sepertimu?"

Renee menggertakkan gigi, ia tidak menjawab.

"Jika memang semudah itu, bahkan Bella bisa melakukannya," lanjut Ivana lagi sambil terkekeh dengan suara yang mengerikan. "Tapi dia tidak melakukannya, Renee. Kau tahu mengapa?"

Renee terengah, napasnya semakin sulit karena cengkraman tangan Ivana yang begitu kuat.

Ivana mendekat ke arah Renee dan berbisik dengan suara rendah di telinganya. "Karena mereka tidak ingin mati di tanganku, kau dikirim kemari hanya untuk menjadi kelinci percobaan dari Ratu."


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C34
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk