"Kau, kenapa kau tidak katakan sejak awal?" tanya si Tua Sun atau si Tabib Sesat Tua sambil menoleh ke arah gadis cantik itu.
"Bukankah sudah aku katakan, kalau aku memberitahukannya, maka kita pasti mati,"
"Tapi bukankah barusan kau sudah mengatakannya? Bukankah pada akhirnya sama saja bahwa kita akan mati?"
"Memang benar. Tapi saat ini berbeda, meskipun kita harus mati, setidaknya mati kita tidak akan penasaran,"
Si Tabib Sesat Tua tidak bicara lagi. Ia langsung diam membisu. Orang tua itu memilih untuk menuangkan arak ke dalam cawan, lalu meminumnya. Dia terus melakukan hal itu sampai empat kali banyaknya.
Pendekar Tiga Zaman terlihat sedikit berpikir. Mungkin ia sedang menerka-nerka, siapakah orang yang telah membisikkan perkataan itu di telinga si Tabib Sesat Cilik.
"Bagaimana ciri-ciri orang itu?" tanya Datuk Dunia Persilatan itu kembali menegaskan.
"Aku tidak tahu. Sebab hanya dapat mendengar perkataannya saja, tanpa melihat orangnya," jawab si Tabib Sesat Cilik.