Aku meraih obor bruleeku, menyalakannya, dan mulai mengkaramelkan bagian atas kue. Aku bekerja cepat, menikmati prosesnya, nyala api dengan cepat mengubah kristal gula menjadi lapisan tipis di atasnya.
Tanganku masih gelisah, jantungku berdebar kencang seperti genderang. Aku mendongak ke jendela, melihat bahwa Rocky balas menatapku, dengan seringai konyol yang sama, dan aku berada di awan sembilan.
Dan saat itulah Aku menjatuhkan obor, dan obor itu jatuh ke permukaan meja kerja, langsung mengenai handuk berminyak.
Yang Aku lihat hanyalah semburan cahaya terang. Tampaknya tidak mungkin api bisa meletus secepat itu—kobaran api yang tinggi, menjilat ke atas, sudah membakar langit-langit dengan bekas cokelat yang jelek.