Idris meletakkan cangkir tehnya begitu habis lalu menoleh kepada Mori. "Waktunya pergi, Mori."
Mori menoleh cepat kepada Idris dengan wajah polos. "Eh. Pergi ke mana, Tuanku?"
"Ke istana ras Cindaku! Kamu kan sudah dua hari tak datang latihan yang diperintah Auzar!"
Mulut Mori terbuka lebar, ia baru teringat mengenai latihan jika tidak diingatkan Idris. Mori menutup mulut lalu berdiri cepat.
"Kek, nek, Mori harus segera pergi!"
Dahnia hanya bisa tersenyum memaklumi mendengar perkataan cucunya, karena bukan hal pertama baginya. Dulu saat Ahmad masih memiliki kekuatannya, ia juga sering ditinggalkan tiba-tiba dan hanya bisa berdoa agar Ahmad bisa pulang dalam keadaan sehat.
"Minta maaflah yang tulus kepada Tuan Auzar!" Ahmad mengingatkan.
Mori mengangguk tegas. "Baik, kek!"
Idris pun menyusul berdiri, saat ia berdiri portal sudah terbentuk sempurna dua meter di sampingnya.