Unduh Aplikasi
52.17% Awakening - Sixth Sense / Chapter 36: Terjatuh

Bab 36: Terjatuh

"Sebentar ya mas, saya beresin yang ini dulu." ucap Putra sambil tersenyum kecil

Setelah selesai berbicara, tiba-tiba muncul tiga jenis harimau dengan warna yang berbeda-beda didekat Putra. Ada harimau berwarna merah seperti berwarna darah yang tampaknya sangat ganas, disampingnya ada harimau berwarna oranye atau yang sering disebut harimau sumatra. Dan yang terakhir ada harimau berwarna biru tua yang tampaknya sangat elegan dan tenang.

Ketiga harimau itu hanya berdiri diam layaknya sedang menunggu perintah dari Putra. Jika kuperhatikan, aura yang dikeluarkan oleh tiga harimau tersebut tak kalah dominan dengan aura Lala dan pria berjubah merah.

Sesaat kemudian, ketiga harimau itu mulai bergerak dengan cepat dan melompat menuju para makhluk astral yang ingin menyerang kami. Tanpa basa-basi mereka langsung menyerang dan menghabisi mereka dengan brutal. Para harimau itu langsung mencabik-cabik dan menerkam lawannya tanpa ampun. Beberapa dari lawannya bahkan langsung ditelan bulat-bulat hingga tak menyisakan apapun.

Para makhluk astral yang tadinya terlihat ganas saat menyerang kami berubah menjadi ketakutan. Sebab dalam sekejap, keadaan langsung berubah drastis. Dimana hampir semua makhluk astral itu binasa akibat serangan yang membabi buta dari harimau milik Putra.

Tak memakan waktu yang lama, akhirnya para makhluk astral itu pun menghilang. Sebagian besar dari mereka telah dihabisi oleh harimau Putra, dan sebagian lainnya berhasil melarikan diri. Begitu juga dengan harimau Putra yang langsung menghilang setelah melakukan tugasnya dengan menghabisi para musuhnya.

"Maaf mas, ada sedikit gangguan." ucap Putra sambil tersenyum.

"Gapapa mas, omong-omong itu harimaunya sangar juga ya mas." ucapku sambil membalas senyumannya.

"Mereka dulunya pemberian dari guru saya mas, karena udah lulus ujian." jelasnya

"Ohhh, emang dulu berguru dimana mas?" tanyaku dengan penasaran

"Saya sebenarnya asalnya dari Sumatra Barat mas, habis lulus SMA langsung merantau ke Jakarta." jawabnya

"Kalau belajar hal-hal ghoib itu mulai sejak SMA, dulu belajarnya sama paman yang kebetulan salah satu tetua dikampung, terus lanjut lagi belajarnya di jawa." tambahnya

"Udah lama juga ya mas belajarnya, udah bisa disorot media nih." ucap salah satu peserta lainnya.

"Baru kisaran sepuluh tahun kok mas, ilmu saya masih bisa dibilang cetek." jawab Putra sambil tersenyum lebar.

"Kalo masnya ilmunya cetek, kita yang disini ilmunya sekecil apa coba? hahaha." balas peserta lainnya sambil tertawa.

"Oh iya, tadi mas Rama mau ngomong apa ya? Tadi kepotong karena ada sedikit gangguan haha." ucap Putra

"Hmmm, saya sebenarnya datang kesini mau belajar tentang tenaga dalam mas. Kira-kira mas Putra bersedia gak buat ngajarin saya?" ucapku secara perlahan-lahan

Setelah mendengarkanku berbicara, Putra terdiam sejenak layaknya sedang berpikir keras. Sementara itu, aku hanya bisa berharap dan menunggu jawaban darinya. Sedangkan peserta lain hanya memandangku dengan tatapan penasaran layaknya melihat sesuatu yang unik dan langka. Sebab dari semua peserta yang datang, hanya aku yang meminta untuk diajarkan tentang keilmuan. Sebagian besar peserta yang datang lebih tertarik ke jasa mengenai hal-hal berbau asmara dan finansial. Dan beberapa lainnya datang hanya karena penasaran dan ingin ikut nimbrung saja.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Putra mulai bersuara dan membuka pembicaraan.

"Boleh mas, tapi ada mahar dan persyaratannya." ucapnya dengan serius

"Hmmm, lengkapnya gimana mas?" tanyaku singkat

"Nanti kita omongin secara privat aja mas, supaya lebih enak." jawabnya dengan senyum khasnya yang tampak mensiratkan suatu makna bagiku.

"Oh iya mas, dikabarin aja nantinya." ucapku pelan

"Ada yang mau dita.."

Sebelum Putra menyelesaikan pertanyaannya, tiba-tiba muncul suara teriakan dan tawa histeris yang lebih banyak dari sebelumnya. Perlahan-lahan muncul makhluk-makhluk astral yang berbentuk genderuwo. Tidak berhenti disitu saja, wajah busuk yang dibalut dengan kain-kain berwarna putih yang penuh kotoran dan darah tampak berterbangan. Banyak pocong yang muncul dan menatap kami dengan tajam dan mata yang kaku.

Perlahan-lahan kami akhirnya sudah dikelilingi oleh dedemit yang berjenis genderuwo dan pocong. Tanpa basa-basi mereka langsung menerjang ke posisi kami berada. Tetapi mereka langsung terpental akibat menyentuh pagaran ghoib yang telah dipasang oleh Putra sebelumnya.

Sepertinya serangan ronde kedua telah diluncurkan oleh musuh Putra. Tetapi bedanya serangan ini tampaknya lebih ganas dari yang sebelumnya, sebab jumlah makhluk astral yang dikirimkan jauh lebih banyak dari sebelumnya. Aku tak tahu siapa lawan dari Putra, tetapi tampaknya dia benar-benar sangat berniat untuk menghabisi Putra.

Jika orang awam melihat cafe tempat kami berada saat ini, mereka pasti melihat suasana cafe yang tampaknya ramai dan hidup. Tetapi bagi orang yang peka akan hal-hal supranatural, suasananya terasa sangat berat dan mencekam. Sebab energi negatif dan bau busuk yang muncul sangatlah kuat.

"Mas, kayaknya serangan yang ini bakal lebih lama dan berbahaya. Jadi sebaiknya kalian pulang aja, nanti ngobrolnya kita lanjutin di lain waktu aja ya mas." ucapnya dengan cepat dan serius.

Mendengar ucapan dari Putra, peserta lain tampak heran seraya melihat sekitar dengan raut wajah bingung. Sepertinya mereka tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Putra, sebab mereka tidak merasakan hal yang berbeda disekitarnya. Beberapa dari mereka lalu menoleh dan memandangku dengan tatapan penuh tanya. Aku hanya mengangguk layaknya membenarkan ucapan Putra dan menyuruh mereka untuk pergi secepatnya.

"Oh oke mas, kita pamit pulang dulu ya mas." ucap peserta lain dengan wajah yang bingung dan ragu. Tampaknya mereka masih ingin mengobrol dan menanyakan sesuatu.

"Maaf ya mas, lain waktu kita sambung lagi obrolannya. Hati-hati dijalan." balas Putra dengan senyum kecil.

Sesaat kemudian dia langsung menoleh dan mulai berfokus dengan para dedemit yang sedang berusaha menjebol pagar ghoibnya.

Saat yang lain sudah pergi pulang, aku hanya duduk diam dan tetap berada disana karena penasaran. Di sisi lain, tanpa basa-basi Putra langsung mengeluarkan ketiga harimaunya dan melakukan perlawanan. Setelah itu aku melihat Putra memejamkan kedua matanya, lalu dia mulai merapalkan kata-kata dengan bahasa yang tak kumengerti.

Ketiga harimau yang sedang bertarung melawan para dedemit itu tiba-tiba mengeluarkan suara auman yang sangat keras. Saat kuperhatikan, tubuh ketiga harimau itu terlihat makin besar dan keseluruhan tubuhnya seperti diselubungi api yang membara. Aura dari ketiga harimau itu berubah menjadi lebih ganas dan dominan.

Sepertinya rapalan mantra dari Putra berhasil meningkatkan kekuatan dari ketiga harimau itu. Sebelumnya aku tak tahu dan tak menyangka ada teknik semacam ini. Ternyata tak sia-sia aku bersikeras untuk tidak pergi dan tetap duduk disitu. Setidaknya aku dapat mengetahui hal-hal baru yang dapat meningkatkan semangat belajarku.

Jika kuperhatikan, walau ketiga harimau milik Putra tampak menyerang para dedemit itu dengan membabi buta. Tetapi kenyataannya, jumlah para dedemit itu masih kelihatan banyak dan tak berkurang. Di sisi lain, semakin lama pertarungannya dilanjutkan, tampaknya mulai muncul luka dibeberapa bagian tubuh ketiga harimau milik Putra.

Selain itu, aku melihat ada genderuwo yang berbulu putih sedang berdiri mengawasi para pasukan demit itu dengan tatapan tenang. Menurutku, dia adalah pemimpin dari para pasukan demit ini. Sebab dia memiliki aura yang paling kuat dan dominan dari semua pasukan demit yang menyerang Putra.

Saat aku menoleh, tampak Putra yang sedang serius dan mengernyitkan dahinya. Sepertinya dia sedang kesusahan untuk menghadapi para dedemit yang sedari tadi jumlahnya tak habis-habis. Mungkin orang-orang mengira genderuwo dan pocong itu adalah makhluk astral tingkat bawah yang tidak kuat. Tetapi kenyataannya, aku melihat aura yang dikeluarkan setiap pocong dan genderuwo yang menyerang Putra lebih kuat dari pasukan dedemit Ilham yang kulawan di lembang kemarin.

Maka dari itu, aku menyadari bahwa tidak bijak untuk menilai sesuatu dari penampilan luarnya saja. Momen ini menjadi salah satu pengalaman yang membuka dan memperluas pandanganku bahwa penampilan yang sama belum tentu isinya juga sama.

"Butuh bantuan gak mas?" tanyaku dengan sopan.

Putra hanya diam tak merespon ucapanku. Hingga setelah beberapa saat kemudian, Putra akhirnya menganggukkan kepalanya dengan pelan. Sepertinya tadi dia berusaha agar menjaga image dan harga dirinya sebagai praktisi. Tapi apadaya, kenyataannya dia sungguh membutuhkan bantuan saat itu juga.

Tanpa basa-basi, aku langsung menyuruh Lala yang sedari tadi sudah berdiri disampingku untuk membantu ketiga harimau tersebut. Dan dalam seketika Lala mengeluarkan selendang hitamnya dan langsung menyerang para dedemit itu dengan membabi buta. Serangan dari Lala berhasil membuat para dedemit itu terkejut dan merasa terganggu. Akibatnya, Genderuwo berbulu putih yang tadinya diam mulai bergerak menghadang serangan dari Lala.

Jika kuperhatikan, Genderuwo putih itu memiliki kekuatan yang hampir sama dengan lawan Lala sebelumnya. Yaitu raja kera, penguasa daerah sekitar villa Riska yang bersekongkol dengan Ilham sebelumnya. Oleh karena itu, Lala dan genderuwo putih itu terjebak dalam pertarungan yang sengit dan seimbang.

Sedangkan di sisi lain, para pasukan demit itu bisa kembali berfokus menyerang ketiga harimau milik Putra. Jika dibiarkan, semakin lama situasinya akan semakin tidak menguntungkan pihak kami. Oleh karena itu, aku langsung melangkah keluar dari pagar ghoib yang telah dipasang Putra yang berukuran beberapa petak lantai saja. Tujuanku adalah untuk memancing para dedemit itu agar menyerangku.

Baru saja keluar satu langkah, beberapa pocong dan genderuwo itu langsung mencoba untuk menyerangku. Tapi naasnya, mereka langsung terpental dan hancur seketika. Sesuai dugaanku, Pria berjubah merah pada akhirnya akan muncul menangkal serangan yang membahayakan diriku.

"Tolong bantu Lala untuk mengalahkan genderuwo putih itu." ucapku didalam batin.

"Itu bukan urusanku, tugasku hanyalah menjaga keselamatan dirimu." balasnya dengan dingin.

"Haruskah aku mendekat ke arah genderuwo putih itu?" tanyaku dengan tenang.

Pria berjubah itu hanya diam tidak merespon ucapan dariku. Oleh karena itu, aku langsung bergerak mendekati posisi Lala yang sedang bertarung dengan genderuwo putih itu.

Baru saja aku berhasil memijakkan sebuah langkah, aku mendengar suara dari pria berjubah merah.

"Tunggu..." ucap Pria berjubah merah itu sambil menatapku dengan kesal.

"Kenapa?" tanyaku sambil tersenyum menahan tawa.

"Kembali kedalam sana." ucapnya kesal sambil menoleh kearah pagar ghoib yang dipasang oleh Putra.

"Oke." ucapku dibatin dengan singkat lalu berjalan masuk kedalam pagar ghoib.

Sesudah melihat posisiku yang aman didalam sana, dia langsung bergerak menerjang genderuwo putih yang sedang bertarung dengan Lala. Tanpa basa-basi dia berubah menjadi wujud ular naga dan langsung melilit seluruh tubuh genderuwo putih itu dengan ekornya. Di sisi lain, genderuwo itu mencoba untuk melakukan perlawanan dan melepaskan tubuhnya dari lilitan.

Tapi apadaya, genderuwo itu hanya bisa berteriak kesakitan sebab Lala mulai mengikat seluruh kepala genderuwo itu dengan seledang hitamnya. Sedangkan ular naga berwarna merah menggigit dan memakan tubuh genderuwo itu secara perlahan tapi brutal. Hingga beberapa saat kemudian, suara teriakan histeris genderuwo putih itu menghilang. Begitu juga dengan wujudnya yang sudah menghilang dan hanya menyisakan residual energi negatif disekitarnya.

Melihat genderuwo putih yang sudah berhasil dikalahkan, tanpa basa-basi para pasukan dedemit itu langsung melarikan diri secepat mungkin.

Pada akhirnya aku bisa merasa lega karena telah berhasil membantu Putra untuk mengalahkan musuh-musuhnya.

Sesaat setelah aku menghela nafasku dalam-dalam, tiba-tiba aku mendengar suara wanita yang sepertinya mengarah kepadaku.

"Mas, kenapa ya? apa ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang wanita yang menatapku dengan heran dan bingung.

Akhirnya aku mulai tersadar bahwa aku sedang berdiri tepat disampingnya yang sedang duduk dibangku. Kedua temannya yang juga wanita, hanya memandangku sambil tersenyum dengan aneh. Sepertinya mereka mengira aku sedang berusaha bermodus untuk mendekati temannya.

Jika kuperhatikan, wanita yang bertanya kepadaku sebenarnya memiliki wajah dan penampilan yang sangat cantik. Matanya tampak lebar dan bulat, hidungnya mancung disertai dengan rambut berwarna coklat yang panjang. Dia juga mengenakan pakaian yang sangat tampak modis dan menarik perhatian. Bisa dibilang penampilannya tampak seperti para selebgram. Jadi wajar kalau mereka mengira aku sedang mencoba mendekati wanita itu.

Tetapi aku merasa ada suatu hal yang janggal dari wanita itu. Sebab aku melihat suatu bayangan dan energi gelap yang bersembunyi dibalik figurnya. Tapi aku tak mau berpikir banyak, toh itu juga bukan urusanku.

Disisi lain aku juga sedang berpikir keras untuk memberi alasan yang logis. Sebab tak mungkin aku mengatakan bahwa aku sedang tidak sadar dan tiba-tiba langsung berada disampingnya. Pastinya mereka tidak akan percaya dan menganggapku orang aneh nantinya. Setelah berpikir sekian lama, aku tidak juga menemukan jawaban yang pas. Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk berbicara dengannya sesuai instingku.

"Sorry, boleh kenalan gak?" ucapku dengan pelan.

Wanita itu hanya menatapku dengan bingung, sedangkan aku hanya bisa meliriknya canggung sambil menggaruk-garuk rambutku. Hingga perlahan-lahan senyum manis pun muncul dibibirnya.

"Nadia." ucapnya singkat sambil tersenyum manis lalu menjulurkan tangannya ke arahku.

"Rama." balasku dengan senyum yang canggung.

Melihat kedua temannya yang sedang menatapku dengan senyuman aneh. Aku langsung pamit untuk pergi dan menghindari situasi yang canggung ini.

"Gw pergi dulu ya, udah ditungguin teman disana." ucapku sambil melirik ke arah Putra.

"Iya." balas Nadia singkat yang masih menatapku dengan senyuman manisnya.

Baru saja aku berjalan menuju arah meja Putra, aku tak sengaja memijak sesuatu yang berhasil membuatku tersandung. Pada akhirnya aku terjatuh dengan dramatis layaknya seperti adegan yang ada di film-film. Sesaat aku menoleh, Aku melihat Nadia dan kedua temannya sedang tersenyum dan menahan tawa saat memandangku. Begitu juga dengan Putra yang tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Disaat itu, aku langsung bergegas berdiri secepatnya dan duduk di bangku yang berada di samping Putra. Tak peduli rasa sakit yang telah melebar ke sekujur tubuhku, aku hanya berusaha menahan malu dengan cara menundukkan kepalaku sambil menutupi wajahku dengan kertas menu makanan.

Terlintas di benakku, rasa sakitnya sih tidak seberapa, tetapi malunya mungkin bakal kuingat sampai seumur hidup.

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C36
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk