Unduh Aplikasi
4.34% Awakening - Sixth Sense / Chapter 3: Kesurupan Massal

Bab 3: Kesurupan Massal

"Tok...Tok...Tok…!!!"

"Tok...Tok....Tok.....!!!"

"Woi Ram, lo udah siap-siap belom?"

Suara ketukan pintu yang keras diiringi dengan teriakan Steven berhasil membangkitkanku dari tidur. Perlahan aku mulai membuka kedua mata dan refleks mengecek handphoneku. Sialnya, di layar handphoneku tertera gambar angka 07.10. Sepersekian detik kemudian, aku mulai menyadari kalau ospek hari ini akan diadakan pada jam 07.30.

"Mampus dah gw." ucapku dalam batin.

"Ahhh, kenapa lo baru bangunin gw sekarang venn!!!." jeritku seraya bergegas lari menuju kamar mandi.

"Lah, kan biasanya lo bangunnya cepet." balas Steven

"Lo berangkat duluan aja Ven, gw nyusul aja." teriakku dari dalam kamar mandi.

"Yaudah deh Ram, gw berangkat duluan yaaaa." balas Steven berteriak.

Setelah bersiap-siap seadanya dengan waktu yang kurang dari 15 menit. Aku langsung bergegas mengambil peralatan dan tugas ospekku, dan tanpa berpikir banyak aku pergi berlari menuju kampus seperti orang yang sedang dikejar setan.

Saat sudah berada dipersimpangan jalan gang, aku melihat Adellia yang sedang berdiri bersandar di sebuah tiang. Aku terkejut, kenapa dia masih tetap menungguku?. Aku tak menyangka dia masih setia menungguku yang datang telat tidak sesuai dengan perjanjian.

Tanpa berpikir panjang aku langsung berlari mendekatinya.

"Del, sorry banget ya, gw bangun kesiangan tadi." ucapku dengan menyesal.

Tetapi Adellia tidak tampak marah, dia hanya meresponku dengan senyuman dan berkata "Yaudah gpp kok ram, langsung berangkat aja yuk. Ntar keburu telat nih."

Aku hanya bisa mengangguk dan pergi secepat mungkin menuju kampus bersamanya. Disaat posisi kami sudah mendekati gerbang masuk kampus, kami tidak melihat keberadaan mahasiswa baru yang lain. Disana hanya tersisa beberapa panitia ospek yang sedang berdiri tegap didepan gerbang masuk kampus.

Dengan teriakan yang lentang, salah satu dari panitia ospek itu memanggil kami berdua.

"Hei, yang berdua disana, sini kalian!!!"

Mau tak mau, kami langsung bergerak mendekati para panitia ospek itu. Dan seperti yang kalian bayangkan, mereka sudah memasang raut wajah marah dan tatapan sinis yang khas layaknya pemeran antagonis.

Aku jadi merasa bersalah kepada Adellia, dia akan ikut terkena hukuman karena kesalahanku. Mungkin ini akan membuatnya jengkel, dan memberinya kesan yang buruk terhadapku. Aku hanya bisa pasrah dan berharap semua ini bisa cepat berlalu.

"Kenapa kalian berdua bisa terlambat?" tanya salah satu panitia ospek.

"Maaf kak, tadi saya bangun kesiangan." jawabku pelan.

"Halah!!! alasan klasik, ga ada alasan yang lain apa?" cibirnya

Aku hanya bisa menjawab pertanyaan mereka seadanya saja. Karena aku tau, jika memberi banyak alasan, mereka akan semakin senang meladeniku dan memborbardirku dengan pertanyaan yang sulit. Setelah menghadiahi kami dengan sekian banyaknya pertanyaan sekaligus sindiran, akhirnya mereka merasa puas dan sepakat untuk memberikan kami hukuman.

Sialnya, kami juga jadi tidak bisa mengikuti acara ospek. Yang kupikirkan adalah bagaimana nasib dari kelompok kami nantinya?. Selain itu, sekarang kami dihukum untuk membersihkan ruangan panitia ospek. Setelah menyelesaikan itu baru kami diperbolehkan pergi mengikuti kegiatan ospek.

Tapi sepertinya ini akan memakan waktu yang cukup lama. Belum lagi jika ada banyak orang diruangan itu, sudah pasti kami akan dicibir dan menjadi bahan gossip mereka. Sungguh hari yang sangat sial, pikirku.

Saat sedang berjalan menuju ke ruangan panitia ospek, terjadi beberapa percakapan antara aku dan Adellia.

Aku menghela nafas dan dengan menyesal berkata "Sorry banget ya del, gara-gara gw, lo juga jadi kena hukuman."

"Kamu sih ram, masih sempet-sempetnya aja ngebo waktu ospek hahaha." jawab Adellia

"Santai aja kali ram." ucapnya sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Makasih ya, tapi kok lo masih mau nungguin gw sih Del?." tanyaku dengan canggung.

"Sama-sama Ram. Hmmm, mungkin karena aku tipe orang yang setia kali? hehe." ucapnya dengan senyuman manis.

"Tapi aku tetep ngerasa gaenak sama kamu Del." ucapku pelan

"Gapapa kali Ram, lagian aku udh lama banget gak dihukum. Jadi hitung-hitung buat nostalgia deh hahaha." ucapnya sambil tertawa

Duh, udah cantik, baik, ditambah sifatnya yang humoris juga. Benar-benar tipe wanita idaman bagi para pria pikirku. Aku penasaran, pria beruntung seperti apa yang akan mendapatkan hatinya. Mungkin di kehidupan sebelumnya, pria itu telah berjasa menyelamatkan sebuah negara, ucapku dalam hati.

Beberapa saat kemudian, akhirnya kami berdua tiba diruangan panitia ospek. Didalam ruangan itu hanya terdapat dua orang panitia saja. Ada sepasang panitia pria dan wanita disana. Jika dideskripsikan pria itu memiliki tubuh berisi dan cukup tinggi, rambutnya cepak seperti potongan rambut tentara. Dia memasang ekspresi wajah yang tampak sinis saat melihatku.

Sedangkan wanita itu memiliki bentuk wajah oval, rambutnya hitam bergelombang, dan lekukan tubuhnya langsing bagaikan jam pasir. Kesan utama yang kutangkap adalah sepertinya dia wanita atletis yang suka berolahraga untuk menjaga bentuk tubuhnya. Bisa dikatakan, dia tak kalah cantik jika dibandingkan dengan Adellia. Dia sedang duduk mengerjakan dan menulis sesuatu di mejanya.

"Kalian berdua lagi ngapain disini?" tanya panitia wanita itu dengan ekspresi bingung.

"Kita berdua dihukum buat bersihin ruangan ini kak, karena tadi datangnya telat." jawabku

"Masih maba udah berani-beraninya datang telat." bentak panitia pria

Sebenarnya aku ingin tertawa saat itu juga. Sebab suara dari pria itu sangatlah cempreng seperti suara suneo temannya nobita. Aku berusaha untuk menahan tawaku dengan cara menahan nafas dalam-dalam.

"Pasti waktu SMA dulu kalian suka telat juga ya?" tambahnya lagi

"Udah rif, biarin aja mereka kerja." ucap panitia wanita

"Gapapa ris, biar dua anak ini jera dikit." balasnya sambil melihat kami dengan sinis.

"Terserah lo deh, asal lo jangan sampai kelewatan aja." ucap panitia wanita itu menyerah

"Santai aja kali ris." balasnya dengan enteng

Lalu dia menatap kami dan berkata "Ngapain diem aja? Cepet bersihin gih." bentaknya

Sebenarnya aku sangat kesal mendengar ucapannya. Tetapi aku tidak ingin menambah masalah lagi, aku hanya bisa diam dan memaki panitia sialan itu didalam hati. Tetapi karena ucapan panitia sialan ini, aku menjadi makin merasa bersalah terhadap Adellia. Seharusnya dia tidak harus kena omelan panitia ini kalau bukan karena kesalahanku. Sementara itu, panitia tersebut tak henti-hentinya mengoceh dan mengomeli kami dengan suara cemprengnya saat bekerja.

Perlahan panitia pria itu mulai bergerak mendekati Adellia dan bertanya "Kamu kenapa bisa telat?"

"Kesiangan kak." jawab Adellia singkat dan datar

"Ohhh, lain kali jangan sampai kesiangan ya." balasnya dengan ramah

Adellia hanya mengangguk lalu menghiraukan eksistensinya. Aku merasa Adellia tidak nyaman dan kurang menyukai tingkah yang sok dari panitia itu.

Tetapi panitia itu masih tak menyerah juga dan tetap mencoba meluncurkan pertanyaan lagi.

"Kemarin dikasih tugas ospek apa sama mentornya?" ucapnya

Adellia tetap menghiraukannya dan tetap fokus menyapu ruangan.

"Tugasnya pasti susah, nanti kakak bantuin ya ngerjainnya." ucapnya dengan pede

Sayangnya Adellia masih tetap menghiraukan ucapannya. Dibalik figurnya yang elegan dan ramah, ternyata dia juga bisa bersikap tak acuh terhadap orang yang tidak disukainya. Jika kupikir-pikir, sikapnya sangat berbeda saat berkomunikasi denganku.

Sementara itu, melihat Adellia yang tak merespon ucapannya sama sekali. Akhirnya panitia itu menyerah dan memindahkan perhatiannya kepadaku. Dia mulai mendekatiku dan menggerakkan bola matanya untuk memeriksa kotoran yang ada di setiap sudut ruangan.

"Woi, bersihin atas lemarinya tuh." perintahnya kepadaku

Aku hanya mengangguk dan langsung bergerak membersihkannya tanpa membalas perkataannya.

"Lo punya mulut gak?" teriaknya dengan suara cempreng khasnya.

Sepertinya dia ingin melampiaskan kemarahannya kepadaku. Sebab dari tadi ucapannya tidak direspon sama sekali oleh Adellia. Lucunya dia hanya bisa bersikap ramah kepada wanita cantik. Dasar penjahat kelamin, umpatku dalam hati.

"Punya kak." jawabku

"Makanya kalo gw ngomong ya dijawab dong!!!" bentaknya

Aku hanya bisa menghela nafas dan menahan amarah yang muncul didalam hatiku.

Melihatku yang menghela nafas persis didepan matanya pun membuatnya semakin menjadi-jadi

"Kenapa? Lo ga senang?" tanyanya sambil memelototiku.

Daripada masalahnya membesar lebih baik aku mengalah. Lagipula aku masih mahasiswa baru, aku tak mau namaku dikenal semua orang, apalagi dengan reputasi yang jelek.

"Maaf kak." balasku dengan terpaksa

"Lo kenapa sih rif? Kalo ga bisa ngebantu, jangan gangguin orang kerja napa." potong panitia wanita satunya dengan kesal.

"Iya…Iya.. Ris." balasnya sambil menggaruk kepalanya.

Dia pun duduk di salah satu kursi dan memperhatikan kami dalam diam. Sepertinya panitia wanita itu dihormati dikalangan para panitia. Atau mungkin bisa jadi dia memiliki jabatan yang tinggi di organisasi. Tapi intinya aku bisa merasa lega, untungnya panitia wanita itu mau membantuku. Jika tidak, sudah pasti si penjahat kelamin akan melanjutkan pelampiasan amarahnya kepadaku.

Aku berpikir akhirnya aku bisa mengerjakan hukuman ini dengan tenang. Tetapi sialnya, si penjahat kelamin itu mulai mengganggu kami lagi. Padahal baru beberapa menit yang lalu dia ditegur oleh si panitia wanita yang namanya tak kuketahui.

"Kalian udah jadian belum nih? selagi ada momen-momen romantis nih." ejeknya

"Kalo kalian ga jadian, mending lo jadian sama gw." ucapnya kepada Adellia sambil mengedipkan matanya.

"Mending gw pacaran sama dia, jauh lebih mending ketimbang sama lo. Udah jelek, berisik lagi." ucap Adellia dengan sinis

Suasana berubah menjadi hening seketika. Aku mulai berpikir, apa telingaku yang salah mendengar atau aku sedang berhalusinasi?

"Beraninya lo ngata-ngatain gw hahhhh!!!" teriak panitia pria itu.

Aku tersadar, ternyata apa yang kudengar barusan adalah kenyataan.

"Duh, masalahnya makin ribet aja nih." ucapku dalam hati.

"Emang kenapa? emang cuman lo doang yang bisa ngata-ngatain orang lain?" jawab Adellia dengan suara yang lantang.

Panitia pria itu langsung berusaha mendekati Adellia dan mencoba mencengkeram lengannya. Tanpa ragu aku langsung memposisikan diriku didepan Adellia dan menghadang panitia sialan itu.

"Jangan halangin gw, woi b*ngs*t." teriaknya padaku

"Udah rif lo keluar aja deh, kalo mau bikin ribut jangan disini." ucap panitia wanita itu dengan ekspresi jengkel.

"Lo malah bantu mihak mereka ris, yaudah gw bakal keluar tapi awas ya lo berdua." ancamnya seraya bergegas keluar dari ruangan

Aku tak menyangka si penjahat kelamin itu berani bermain fisik kepada perempuan. Ternyata di dunia nyata juga masih ada manusia-manusia br*ngs*k seperti dia, pikirku. Sejenak, aku menoleh kebelakang dan bertanya ke Adellia.

"Lo gapapa kan del? gausah didengerin tuh orang gila." ucapku khawatir.

"Aku gpp kok ram, ternyata seru juga ya ladenin orang songong kayak gitu hahaha. Omong-omong kok wajahmu pucat ram?" tanya Adellia dengan senyum jahil yang terpapar di wajahnya.

"Ah gpp kok del, gw cuma sedikit shock doang hehehe" jawabku dengan malu.

"Udah bikin ribut masih bisa bercanda ya kalian berdua. Cepet bersihin ruangannya sana, sebelum panitia yg lain datang." potong panitia wanita itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

"Makasih banyak kak udah mau bantuin kita." ucapku sambil bergegas bergerak membersihkan ruangan

"Sama-sama, tapi jangan bikin onar lagi ya habis ini." balasnya dengan senyum kecil lalu menghela nafasnya pelan.

"Omongan Arif gausah didengerin ya." tambahnya lalu dia kembali melanjutkan aktivitasnya

Ternyata nama si penjahat kelamin itu adalah Arif. Namanya sangat tidak cocok dengan kelakuannya, pikirku. Aku hanya berharap semoga saja aku tak bertemu dengannya lagi. Walau kenyataannya adalah sebaliknya, sebab aku sadar dia adalah panitia kegiatan ospek sampai di hari-hari selanjutnya.

Selain itu, untung saja panitia wanita ini mau membela kami. Seandainya tidak, sudah pasti terjadi pertengkaran besar tadinya. Yang pastinya akan memperumit masalah kami kedepannya. Aku tak menyangka hanya karena telat akan membuatku mendapatkan masalah serumit ini.

Hingga tak lama kemudian, akhirnya kami selesai membersihkan ruangan panitia ospek itu. Kami langsung pamit dan bergegas pergi keluar ruangan. Saat kami berjalan menuju aula tempat dimana kegiatan ospek sedang dilaksanakan, tiba-tiba terdengar banyak suara jeritan dan teriakan histeris dari dalam aula.

"Ada apa tuh didalam sana?" tanyaku dalam hati

Seketika juga banyak orang yang berlarian keluar dari ruangan aula berbondong-bondong. Aku merasa bingung, apa sedang terjadi kebakaran didalam sana pikirku. Tapi aku tidak melihat ada asap ataupun api dari dalam sana. Disaat aku sibuk berspekulasi hingga tenggelam dalam lamunanku sendiri. Tiba-tiba Adellia mengucapkan beberapa kata yang membuatku terkesiap.

"Ram, kayaknya kita bakal libur deh hari ini." celetuk Adellia.

"Ha? maksudnya Del? emangnya kenapa?" tanyaku dengan ekspresi bingung.

"Disana lagi ada kesurupan massal Ram." jawabnya pelan

Bersambung…


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C3
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk