Budi memasuki kamar bersama dengan Maya. Langkah Budi terasa berat saking gugupnya. Sementara Maya terlihat biasa-biasa saja.
Kamar yang tersisa itu berukuran standar dengan jendela besar yang membuka ke arah jalan raya di bawah sana. Dua buah tempat tidur terletak di tengah ruangan, hanya terpisah oleh sebuah meja kecil denga pesawat telepon di atasnya. Sebuah televisi berukuran tiga puluh lima inci terpasang di atas meja buffet panjang berseberangan dengan posisi tempat tidur. Kamar mandi dengan amnities lengkap terdapat di dekat pintu keluar.
Secara keseluruhan kamar tersebut cukup rapi dan terlihat nyaman. Yang tidak nyaman hanya perasaan Budi saja. Mendadak dia menjadi sangat sadar akan bentuk tubuhnya, dengan model rambutnya, dengan pakaiannya dan dengan apa saja yang ada di dirinya. Membuatnya semakin tidak percaya diri berada di dalam satu ruangan dan harus berdekatan semalaman dengan Maya hingga beberapa hari ke depan.