Tamparan keras yang mendarat di tubuh Rin seketika membuat bocah itu goyah. Rin menggunakan kekuatan kakinya agar ia tak terjatuh.
"Apa yang kau pikirkan bocah sialan!?" pekik wanita yang tak lain adalah ibunya.
Wanita itu menatap Rin dengan mata berkaca-kaca. Rin tahu semenjak kematian sang ayah, ibunya selalu menangis tiap malam. Dan keesokannya, sang ibu bersikap seolah tidak ada terjadi apa pun.
"Apa kau tidak melihat apa yang mereka lakukan pada ayahmu, hah?" Wanita itu sekuat tenaga menahan air matanya. Ia adalah wanita yang memiliki posisi di desanya, ia tidak boleh menunjukkan kelemahan di depan orang-orang, apalagi di depan sang Tetua.
"Apa itu tidak cukup untuk menyadarkanmu bahwa melawan mereka adalah hal yang bodoh dan konyol?!" Ia tahu apa yang dipikirkan oleh putranya. Bocah itu mewarisi sikap patriotik sang ayah, dan akan melakukan apa pun demi desanya.