"Syukurlah kau sudah sadar," Green menghela napas lega, ia segera meraih segelas air minum yang ada di nakas samping ranjang. "Minumlah, Bela."
Bela meraih gelas itu dengan rasa canggung. Entah kenapa ia merasa ada yang aneh, ia merasakan keterasingan.
"Ada apa Sayang? Apa pria gila itu melukaimu?" tanyanya.
Bela menggeleng, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, ia menggenggam tangan Green, lalu berkata, "Aku baik-baik saja. Tapi siapa pria itu?"
"Beberapa hari yang lalu, ada penculikan yang selalu terjadi di desa ini. Aku dan para warga lalu merencanakan penangkapan itu." Green memeluk Bela. "Saat kau bersama pria itu, kau tidak tahu bagaimana khawatirnya aku."
"Jika sesuatu terjadi padamu, entah apa yang akan terjadi padaku nanti, Sayang," imbuh Green.
Bela mendongak menatap wajah Green, ada satu hal yang baru ia sadari, bahwa dia tidak memiliki perasaan apa pun terhadap suaminya. Perasaan yang seharusnya dimiliki oleh pasangan sepertinya.