"Apakah dulu kalian hampir memiliki anak?" tanya Mina, menatap wajah Tama dalam pandangan diam.
Kedua manik mata mereka saling bertaut dalam waktu yang lama. Kedua hanya diam. Mina yang menantikan jawaban, sementara Tama yang tak kunjung menjawab karena bingung harus mengatakan apa kepada Istri Mudanya ini.
Tama tidak ingin membuka kisah pilu yang membuat dirinya mengingat masa lalu dan tenggelam di dalamnya.
"Sangat sulit untuk mengatakannya," ucap Tama, mengulas senyuman getir. "Tapi aku akan berusaha menceritakannya padamu, tapi boleh jangan sekarang? Aku sedikit lelah."
Mina terus memandang Tama dalam diam hingga beberapa detik setelah lelaki itu selesai menjawab dirinya.
"Hem ... tidak perlu di ceritakan. Sepertinya itu cerita kelam. Jika bahagia saja tidak apa, tapi jika itu kesedihan aku tidak mau mendengarnya."
"Kenapa?"