"Harusnya aku senang karena perasaanku yang dahulu tidak bertepuk sebelah tangan, tapi itu kan dulu. Aku sendiri tidak tahu apa sekarang masih menyukainya atau tidak? Entah apa yang dikatakannya kepadaku sungguh-sungguh atau hanya bercanda saja?" bingung Logan karena kalimat yang keluar dari mulutnya Rachel, yang mengatakan bahwa wanita itu menyukainya selalu terngiang di kepalanya dan itu membuatnya tidak bisa tidur.
"Anehnya dia selama ini menyangka aku sudah menikah, tapi kenapa dia masih mengutarakan perasaannya sama aku kalau tahu aku sudah menikah? Harusnya dia tidak mengatakannya kepada suami orang?" heran Logan.
Logan bingung dengan perasaannya sendiri, pasalnya rasa sukanya tersebut terjadi sewaktu mereka masih berada di zaman bangku sekolah dan itu sudah lama sekali. Wanita yang dulu disukainya sama sekali tidak melirik ke arahnya, tapi begitu sekarang semuanya serba keterbalikannya.
"Haruskah aku menerima perasaannya kalau memang benar dia menyukaiku? Haruskah aku juga mengatakan kalau aku dari dulu juga menyukainya?" gumam Logan sembari mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
CEKLEKK!!
"Papa?" panggil seorang anak laki-laki dengan suara khasnya sehabis bangun tidur.
"Eh ada apa, sayang? Kenapa kamu bangun jam segini? Apa kamu tidak bisa tidur?" tanya Logan yang terkejut karena tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh seseorang.
"Ugghh aku haus pengen minum susu, tapi aku tidak mau bangunin, Oma. Aku maunya susunya dibuatin sama papa," pinta si kecil membuat Logan tersenyum.
"Hm ya sudah kalau begitu, ayok papa buatkan susu buat kamu tapi habis itu langsung tidur, ya?" Logan menggendong si kecil kemudian mereka berjalan menuju ke dapur.
"Aku pengen tidur di kamar papa, boleh?" pinta Andi.
"Tentu saja boleh sayang, kamu boleh banget tidur sama papa. Malah bagus jadi papa ada temennya," ujar Logan kemudian mendudukkan si kecil di kursi yang kosong di area meja makan.
Logan menuangkan susu bubuk ke dalam gelas beserta air panasnya juga, tak lupa ia juga mengambilkan cemilan dari dalam kulkas supaya adik kesayangannya bisa tidur dengan nyenyak.
"Papa? Seharian ke mana saja? Kenapa tadi pulangnya juga terlambat?" tanya si kecil sembari menengguk susu hangat yang menjadi favoritnya.
"Hujan deras sayang, Papa berteduh di rumah teman jadi tidak bisa langsung pulang," jawab Logan sembari mengambil duduk di samping adik kesayangannya.
"Bukannya papa naik mobil? Jadi kan tidak mungkin kehujanan? Apa mobilnya atapnya bocor?" heran Andi.
"Hm bukan seperti itu sayang, hanya saja teman papa tidak memperbolehkan untuk pulang dalam kondisi hujan deras. Takutnya nanti kenapa-kenapa di jalan karena kan kalau hujan deras pasti jalannya licin, kamu paham kan sayang?" jelas Logan membuat si kecil mengangguk paham.
"Iya benar, kalau hujan deras jangan pergi ke mana-mana nanti takutnya papa kenapa-kenapa. Aku khawatir kalau terjadi sesuatu sama papa di luar sana," ucap si kecil membuat Logan terharu.
"Kamu khawatir ya kalau papa kenapa-kenapa?" tanya Logan sembari menyuapi cemilan ke dalam mulut adiknya.
"Tentu saja aku khawatir karena aku hanya punya papa dan oma, kalau kalian kenapa+kenapa terus aku nanti di rumah sama siapa? Nanti aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kalian berdua, aku tidak mau kalau harus tinggal bersama orang lain selain kalian berdua," jawab si kecil lagi-lagi membuat hatinya Logan terenyuh.
"Kamu tidak perlu berpikiran sejauh itu, doakan saja agar oma dan papa selalu sehat dan selalu bisa nemenin kamu main, doakan juga supaya kami panjang umur dan bisa nemenin kamu sampai nanti kamu tumbuh besar." Logan merengkuh adik kesayangannya ke dalam pelukannya.
Pikirannya Logan bukan hanya sepenuhnya memikirkan sang adik, tapi juga memikirkan bagaimana nasib mamanya di luar negeri sana. Seperti yang sudah diceritakan pada bab sebelumnya, mamanya telah berhasil kabur dari kediamannya sang papa.
Tentu saja ia begitu khawatir karena mamanya yang sekarang sendirian di luar sana, namun dirinya juga tidak bisa berbuat banyak dan belum bisa membantu kepulangan sang mama ke Indonesia, sebab paspor dan segala macamnya masih berada di rumah sang papa dan itulah yang menyulitkan untuk membawa mamanya pulang ke negara asal.
"Papa? Kenapa melamun?" tanya si kecil sembari mendongakkan kepalanya.
"Hm tidak apa-apa sayang hanya sedikit mengantuk saja, ayo kita tidur saja," ajak Logan sembari beranjak dari kursinya.
"Yahh tapi aku masih kenyang, kan tidak baik kalau masih kenyang terus langsung tidur," ucap si kecil yang ada benarnya.
"Emm bagaimana kalau kita main game aja? Tapi di dalam kamar, jadi nanti kalau ngantuk bisa langsung tidur," usul Logan membuat matanya Andi berbinar.
"Boleh, tapi gendong lagi hehe," pinta Andi.
"Ish kamu itu sudah besar, harusnya jalan sendiri," suruh Logan adik kesayangannya tersebut malah menggelengkan kepalanya.
"Tapi tadi aja ke sini aku digendong, masa balik ke sana aku jalan kaki? Kan itu tidak adil hehe," bujuk Andi akhirnya membuat Logan luluh dan kembali menggendongnya di punggungnya.
Mereka berdua asyik memainkan game di dalam kamar, sampai lupa kalau mereka sudaj bermain hingga satu jam lamanya.
Ddrrtt drtt drttt!!
Ponselnya Logan otomatis terhenti begitu ada panggilan masuk, seketika dahinya mengkerut melihat nomor asing yang menelponnya malam malam begini.
"Tidak Dikenal"
Is calling...
"Halo? Siapa ini?"
"Halo? Logan? Ini, Mama."
"Mama? Sekarang di mana? Mama, baik-baik aja?"
"Baik-baik aja sayang, kamu tidak perlu khawatir. Bersyukur karena mama di pertemukan oleh orang yang baik dan untuk sementara, Mama akan menginap di rumahnya sampai bisa mendapatkan titik terang untuk nanti pulang ke Indonesia. Walaupun mama sendiri tidak tahu, bagaimana nanti mengurus surat-suratnya supaya bisa pulang ke Indonesia, tapi semoga ada jalan keluarnya untuk mama bisa lepas dari papa kamu."
"Aku akan mengirimkan sejumlah uang untuk mama, supaya mama tidak terlalu merepotkan orang yang saat ini memberikan tumpangan untuk mama. Sampaikan salam juga kepadanya rasa terima kasihku yang banyak, karena sudah berbaik hati menampung mama."
"Iya, nanti akan mama sampaikan. Ngomong-ngomong jam segini kenapa kamu belum tidur?"
"Aku sama Andi memang belum tidur, kita lagi main game. Tadinya Andi baru aja minum susu terus dia masih kenyang, tapi kita tidak langsung tidur takutnya nanti susunya balik."
"Berarti dia ada di kamar kamu sekarang?"
"Iya, ini anaknya lagi main di sebelahku, Mama mau bicara padanya?"
"Ah tidak, dia tidak mungkin mau bicara sama mama. Aku juga merasa tidak pantas dan belum siap kalau harus berbicara padanya."
"Mau sampai kapan mama seperti ini? Terus terang aku kasihan sama dia, karena dari dia bayi tidak mengenal sosok orang tuanya sama sekali. Kalau mama tidak mendekatkan diri padanya sedari dini, takutnya nanti sampai dia besar dia tidak akan bisa menerima mama lagi."
"Benarkah seperti itu?"
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMENNYA YAKK, TERIMAKASIH