Serangan demi serangan terus datang bertubi-tubi. Kekuatan pasukan perisai terus berkurang.
Abraham menyiapkan beberapa pasukan lagi yang terdiri dari prajurit tombak. Tapi saat itu dia juga sadar kalau prajurit mereka sudah banyak berkurang. Sedangkan di luar sana musuh seolah tak berkurang meski yang mati sudah ribuan orang.
"Sial! Berapa banyak jumlah mereka? Seakan tak ada kurangnya padahal yang tumbang juga sudah banyak!" umpat Abraham dan ia ditemani oleh keringat yang bercucuran menyertai. Beruntung juga ia sudah makan sehingga tidak ada masalah perut menghadapi kondisi mendengarkan sperti saat ini.
"JANGA BERHENTI MENYERANG! BOLA API, PANAH API! KIBASKAN PEDANG KALIAN!!!" teriak Shem begitu bergemuruh amarahnya.