Dia tersenyum dan mengecup kening Adaline, putrinya yang ratu kira hilang atau bahkan sudah mati. Ia cium kening itu dengan lembut lalu menuntun Adaline bangkit dari ranjang itu berjalan menariknya ke arahnya agar lebih dekat dan nyaman. Seketika juga mereka menyeka air mata ini.
"Kamu sangat cantik, betapa beruntungnya lelaki yang menjadi suamimu dan aku tidak pernah menyesal melahirkan kamu, sampai detik ini. Hanya kebahagiaan yang kamu berikan kepadaku. Kamu berhak bahagia. Meski pun harus melalui jalan terjal." Ratu Librivia yang tampak sebagai pekerja anggur ini mulai membuka bibirnya dan mengeluarkan nasehat itu.
Mereka akhirnya pada posisi masing-masing Berdiri dan masih saling bertatapan, tapi mungkin beda dengan nasib Adaline yang harus berada selalu dalam rasa was-was dan ketidaknyaman karena berada di ruang lingkup kerajaan selalu. Nasib pedih yang harus dia rengkuh hidup dalam ketakutan.