Masyayel semakin tersedu-sedu menangis dan membalas erat pelukan lelaki yang dia cintai ini. Dia sebenarnya menangisi nasib tragis yang menimpanya kemarin.
Pangeran mengelus punggung Masyayel berusaha menyudahi pelukannya," Ayo, makanlah dulu Sayang. Aku juga tadi sempat lihat di kamar mandi, sudah ada air hangat mengisi bak mandi kita, Paman Elliot telah menyiapkannya. Nanti kita mandi bareng ya? Mungkin perasaanmu akan menjadi lebih baik dan lebih tenang jika bersamaku." DEGH!!! Masyayel melotot mendengar ucapan dari Pangeran, dia sudah menebak arah perbincangan Pangeran ini kepadanya.
Dia mengucapkan ingin mandi bersama dirinya? Tidak mungkin, bagian tubuh tersensitifnya masih ia rasakan teramat sakit, dirinya baru saja digagahi oleh dua orang secara paksa dan secara kasar bergantian. Sungguh masih terasa ngilu dan pasti robeknya sangat banyak. Sementara sang Pangeran masih terus menyuapi kekasihnya ini dengan lembut dan penuh senyuman. Masyayel menggeleng pelan. Ia bingung apa yang akan ia katakan dan akan ia ucapkan? Alasan apa yang akan ia utarakan? Sementara mereka telah lama tak bertemu. Bagaimana cara dia menolak ajakan Pangerannya? Sementara berkali-kali Pangeran Shem mengucapkan rindu yang dalam kepada dirinya itu? Ia akan takut kalau Pangeran akan tersinggung. Ia juga takut Pangeran akan curiga kepadanya. Sungguh ia dalam dilema.
Suap demi suap makanan telah Pangeran berikan kepada Masyayel juga mulutnya sendiri. Pangeran sarapan berdua dengan gadis itu. Pangeran mengambil segelas air minum lalu meminumkan kepada Masyayel.
"Bagaimana? Apa kamu sudah lebih baik?" tanya Pangeran Shem masih dengan senyuman. Sementara Masyayel mengangguk saja namun tetap dengan perasaan yang galau tak menentu.
"Kemarilah Sayang, jangan jauh-jauh dari aku, apa kamu tidak rindu kepadaku?" Shem mulai menggeser duduknya, dan mendekat kepada posisi duduk Masyayel, sehingga badan Shem itu menempel dengan Badan Masyayel.
Masyayel makin gelagapan dibuatnya. Celaka!!! Apa yang akan dilakukan Pangeran? Apa dia menginginkan tubuhku dan bercumbu denganku saat ini? Astaga ... Aku masih belum bisa Shem, kumohon mengertilah. Aku masih trauma dan sakit sekali di daerah bawahku itu. Tidak! Jangan sekarang Shem." Perdebatan di hati Masyayel sendiri. Dia kebingungam dan sangat resah.
Shem meraih dagu Masyayel dan mendekatkan kearahnya, Masyayel semakin bingung dan bibirnya hanya melongo saja. Shem sepertinya tak menangkap keanehan dari kondisi kekasihnya itu. Dia masih saja berusaha menyerang Masyayel karena telah dikuasai oleh rindu beratnya itu. Ia tak mau tahu bagaimana perasaan Masyayel. Tiba-tiba saja dia mencium bibir mungil Masyayel. Dia melampiaskan kerinduan selama lima harinya itu kepada Masyayel. Dia menciumnya dengan bersemangat, mengulum dan menggigit mesra bibir mungilnya. Lidah Shem pun turut berperan bergerak ke segala arah untuk menyentuh seluruh rongga mulut Msyayel yang juga merasakan nikmatnya ciuman lelaki yang dicintainya.
Ciuman kasar dari orang-orang sialan itu bermunculan juga di otak Masyayel saat kejadian pemerkosaan itu. Namun tertutupi oleh nikmatnya kuluman bibir kekasihnya saat ini. Dadanya bergerak naik turun. Disatu sisi dia menginginkan curahan kasih sayang dari Shem, di sisi lain dia masih kesakitan dan mentalnya masih berantakan. Tangan Shem mulai meraba-raba leher dan kedua bahu Masyayel. Tangan dan jari Shem berjalan kesana dan kemari. Ia ingin memulai foreplay dengan gadis itu.
Masyayel mulai mendesah merasakan ciuman dari Shem yang semakin memanas, serta sentuhan-sentuhan jari shem yang membuat ia bergidik merinding. Ia senang tapi ia takut kalau jemari Shem nenyentuh kelopak bunganya itu. Ia tak berani menolak lelaki itu. Lelaki yang dicintainya ini saat ini sedang dikuasai rindu dan nafsu yang beriringan untuk diberikan kepada gadis yang ia rindukan. Benarlah tangan Shem mulai menarik dan mengangkat serta menyibakan gaun Masyayel itu. Tangan Shem mulai menyelinap ingin memasuki gaun mekar itu dari bawah. Masyayel semakin berkeringat karena ia tahu apa yang akan dilakukan Shem. Seketika Masyayel berteriak ketika Shem meremas-remas bagian sensitif Masyayel yang masih luka itu.
"AAaauuuughhhh!!!!" Teriakan Masyayel mengagetkan Pangeran. Seketika Shem menghentikan ciuman dan semua sentuhannya. Karena yang ia dengar bukan desahan atau rinrihan kenikmatan dari gadisnya, tapi teriakan yang tak biasanya. Teriakan yang tak biasanya ia dengar dan keluar dari bibir gadis tercintanya itu. Saat mereka berduaan selama ini.
"Kamu kenapa, Sayang? Aku bahkan belum melakukan apa pun. Aku hanya meremas dengan gemas saja, sungguh tidak dengan kasar, Sayang. Ini tidak seperti biasanya," tanya Shem heran.
Masyayel hanya menunduk dan dia bingung harus berkata apa, bagaimana kalau kejujurannya membawa petaka? Pangeran tak akan sudi mencintainya lagi dan akan membuangnya karena jijik kepada diri dan tubuhnya sekarang? Kalau tidak jujur. Karangan cerita macam apa yang akan ia sampaikan kepada kekasihnya itu sekarang? Masyayel diam kebingungan dan ia sangat nampak gelisah di hadapan Pangerannya. Shem masih menanti dengan kegalauan dan sejuta pertanyaan menatap kekasihnya yang berkeringat itu.
Shem memegang lengan Masyayel, lengan yang dekat dengan bahu itu dengan kedua tangan Shem. Dia menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu dengan keras. Shem dilanda kegundahan dan tanda tanya dalam benaknya.
"Katakan apa yang terjadi, Sayang! Ada apa ini? Kenapa kamu sebenarnya? Jawab!" teriak Shem dengan suara setengah keras.
Masyayel makin menangis dan dirinya tak mampu lagi menyembunyikan hal itu, dia harus mengatakan sejujurnya. Apapun resiko dan apa yang akan menimpanya ia harus siap menerimanya. Bahkan hal terburuk yaitu dibenci dan ditinggalkan oleh lelaki yang sangat ia cintai dan yang telah ia beri semuanya.
Mana mau seorang Pangeran yang derajatnya sangat tinggi dan terpandang bersanding dengan perempuan yang telah dijamah oleh lelaki-lelaki murahan, lelaki jelata dan sampah itu. Seorang Pangeran mampu dan dengan mudah mendapatkan seorang Putri secantik apapun dan Kerajaan manapun yang ia mau. Apalagi Pangeran setampan dan sehebat Shem yang memiliki Kerajaan besar bahkan generasi penerus kerajaan satu-satunya ini.
"Shem, kamu menyakiti aku! Tanganku sakit," ucapnya masih sambil menangis.
"Maafkan aku, Sayang. Aku terlalu mencemaskanmu. Katakan apa yang terjadi?" Shem menarik nafas panjang dan berusaha untuk tetap tenang, dan siap mendengarkan apapun yang akan diceritakan oleh gadisnya ini.
"Aku akan mengatakan semuanya, Shem, tapi berjanjilah dua hal kepadaku. Apa kamu mau?" tanya Masyayel meyakinkan.
Shem yang masih ngos-ngosan karena mati-matian menahan gemuruh amarah di dadanya, "Oke, aku akan berjanji untukmu, Sayang. Katakan apa itu?" jawabnya.
"Pertama, kamu harus mengunci pintu itu sekarang juga, lalu serahkan kunci itu kepadaku!" permintaannya yang aneh ini membuat Shem semakin bertanya-tanya kebingungan.
"Ini kamarku Sayang, orang lain takkan berani masuk tanpa ijinku. Dan situasi juga tidak ada siapa-siapa? Kenapa harus dikunci?" tanyanya lagi makin penasaran.