Setelah beberapa saat Pangeran Shem Theodorus menerawang jauh ke depan, setelah dia tadi menatap Abraham dan Adaline yang menunggangi kuda hingga sosok mereka hilang dari pandangannya. Ingatan Shem berputar-putar dan dan tak mampu membohongi dirinya sendiri. Dia berlalu dan menepi sejenak. Dia menenggak air putih. Kerongkongannya terasa dahaga, dan Jiwanya terasa hampa. Kekasih hati yang mengisi hatinya adalah menjadi salah satu target utama peperangan ini. Dia terbayang indahnya ketika dia pertama kali bertemu dengan gadis itu ketika masih sama-sama berusia belasan tahun. Sang Ayah, Raja Theophylus sedang mengunjungi sebuah Kerajaan yang terdengar kabar bahwa kerajaan itu menemukan sumber daya alam berupa batu bara dan minyak yang sangat luas. Karena ingin mengetahui kabar tersebut ia mengajak Putra Mahkotanya itu bersamanya. Selain untuk memperkenalkan perjalanan jauh juga Pangeran harus tahu tentang kegiatan Raja karena dirinya kelak adalah menjadi penerus Ayahnya itu.
"Brkudalah dengan lebih cepat Shem. Hari nampak segera turun hujan," ajak Raja di sebuah hutan karena sedang melakukan perjalanan.
"Aku sudah cepat Ayah," balas Shem remaja yang kala itu masih berusia empat belas tahun itu.
"Lebih dipacu lagi Shem, masih kurang cepat! Ayo lah aku sudah sering mengajakmu berkuda, harusnya kemampuanmu makin baik," gerutu sang Ayah, di tengah rombongan istana yang hendak sampai di kerajaan yang mereka tuju.
"Kita kemana Ayah?" tanya Shem lagi
"Kita pergi ke Kerajaan Serafin, dan hendak bernegosiasi tentang sumder daya alam mereka."
Tampak dari sekian ratus meter ke depan berdiri megah bangunan istana yang bertumpuk dan terlihat melebar kesamping. Begitu megah dan yang di dominasi oleh cat yang berwarna merah tajak dan sedikti warna cera pada ujung-ujung istanananya.
"Apakah kita akan memasuki istana yang besar itu Ayah?" tanua Shem.
"Tentu saja, kami akan melakukan pertemuan antar Raja." jawab Raja.
Rombongan Raja Theophylus telah sampai dan tengah berhenti di depan pintu istana itu. Mereka menunggu pengawal Istana Serafin untuk membukanya. Karena seperti keadaan istana lainnya. Penjagaan akan sangat ketat pada pintu gerbang utama sebuah istana kerajaan.
"Katakan siapa yang datang di luar istana?" seru pengawal penjaga pintu Serafin.
"Katakan kepada Rajamu, Rombongan kerajaan Sadrach telah datang memenuhi janjinya." Raja theophylus setengah berteriak agar suaranya bisa terdengar dari balik pintu istana yang begitu besar dan begitu tinggi itu.
Tak lama kemudian terbukalah pintu besar itu. Membuat semua anggota Kerajaan Sadrach masuk dan di persilahkan untuk menuju ruang pertemuan. Raja Theophylus turun dari kudanya dan diikuti oleh semua rombongan lain. Ada penasihat Raja, Panglima Raja, Ahli sumber daya istana, dan ahli negosiasi istana serta beberapa pengawal yang turut ikut serta.
Mereka disambut dengan hangat oleh Raja Serafin, Raja Ignasius dan Ratu Librivia. Mereka para tamu-tamu agung itu diarahkan ke ruang yang telah disiapkan untuk berbincang panjang dan di temani banyak hidangan-hidangan yang luar biasa enak itu. Pangeran Shem takjub akan keadaan Istana Serafin yang sedikit berbeda dengan istananya. Ada beberapa bagian Taman yang di bentuk sedemikian rupa itu. Satu petak berisi taman bunga yang beraneka warna dan beraneka jenis, satu petak selanjutnya adalah berisi pohon-pohon hias yang sama sekali ia tak menemukan di istananya. Macam-macam pohon dari yang terbesar dan terkecil semuanya ada. Tanpa sengaja ia turut menyusuri keindahan itu hingga semakin memasuki lebih jauh dari ruang dimana pertemuan itu berlangsung. Ia makin digiring oleh tatapan ketertarikan dengan taman yang seperti perkebunan itu.
"Waoow ... keren, ada perkebunan di tengah istana? Sangat sejuk dan asri," Shem remaja berputar-putar memuaskan tatapannya kepada seluruh sudut taman.
Tanpa Shem sadari, di sebalik pohon ada seorang gadis remaja yang yang diam-diam mengintainya sejak awal dia datang tadi. Gadis itu mengayunkan katapelnya dengan tatapan yang tajam, untuk memburu target dan siap melemparkan kerikil dari karet katapel yang ia tarik dan siap meluncur ke arah target.
"Siuuuuut!"
"Auw!!," Teriak Shem ketika ada batu kerikil yang mengenai leher belakangnya.
Shem segera menoleh ke semua arah bertanya-tanua, dari mana kerikil itu sehingga bisa dengan kuat mengenai lehernya. Ia merasakan sakit.
Belum lagi menemukan jawaban pertanyaannya itu, datang lagi serangan kedua. kerikil itu mengenai kepalanya. Shem berterika lebih keras karena ia merasakan semakin sakit dari lemparan kerikil yang pertama. Tampak gadis pemegang katapel itu bersembunyi di balik pohon sambil tertawa-tawa menutup mulutnya. Ia bersmbunyi agar tidak ketahuan. Ia terus menggoda seorang tamunya yang tidak ia kenal itu. Ia memekik tertawa tiada henti. Dan Shem mulai mendengar suara tawa seseorang.
"Siapa kau! awas kalau aku temukan,, akan aku hajar kau!" gerutunya pelan. Karena ia tak mungkin marah atau berterika di istana orang yang menjadi relasi penting Ayahnya itu.
Shem berpura-pura kembali menatap takjub pepohonan nan rindang itu. Gadis itu tampak, lagu hendak menyerang Shem lagi dengan katapel dalam genggamannya. Shem seketika menoleh dan benarlah. Ia menemukan sesosok gadis yang setengah badannya bersembunyi dibalik pohon besar. namun kepala dan tangannya tampak nyata oleh matanya.
"Hei!!! Siapa itu?!" Teriak Shem menggerakkan jari telunjuknya ke arah gadis katapel itu.
Gadis itu yang tiba-tiba kaget. Berdiri tegak dan terdiam menyimpan katapelnya. Dia melotot tak menyangka akan ketahuan oleh mangsanya. Gadis itu segera berlari mencari perlindungan dari kemarahan buruannya.
"Hei!! Tunggu!!" Shem mengejarnya dengan cepat. Ternyata seorang gadis kecil! Awas kamu ya?! Akan aku hajar. Batin Shem dalam hati. Ia berlari dan mengejar dengan kekuatan penuh. Dia ingin membalas kesakitannya terkena lemparan kerikil tadi.
"Hei!! Kau pakai gaun tapi beraninya menyerang aku!! Sini, aku hajar kamu!!" teriak Shem kemudian.
Tak lama Shem mulai sedikit demi sedikit sudah semakin mendekati posisi gadis itu meskipun juga terus berlari menghindari Shem. Kekuatan larinya jauh kalah dengan kekuatan Shem berlari.
Shem telah berhasil meraih gaun gadis itu, ia segera tarik dan meraih gadis itu pula.
"Aaaaah ... Lepaskan aku!! Kamu mau apa?" tanya gadis itu.
"Kamu yang mau apa? Bukankah kamu yang menyerang aku bertubi-tubi?" Shem setengah marah dan menarik lengan gadis itu.
Mereka saling menatap, Shem dengan tatapan tajam dan amarahnya. Sedangkan gadis itu menatap penuh ketakutan dengan matanya yang mulai berkaca-kaca sambil berusaha memutar-mutar lengannya agar bisa terlepas dari Shem.
"Aku tak akan melepaskan sebelum aku membalasmu. Sini katapelmu!" perintah Shem.
gadis itu secepat kilat menggigit tangan Shem. Shem berteriak kesakitan dan gadis itu berhasil meloloskan diri. Ia tertawa dan berlari dengan makin kencang. Shem tak tinggal diam. Dia semakin mengejar dan semakin marah.
Salam Hangat readers, semoga terhibur. Dukung penulis dengan berikan komentar, review dan jangan lupa lempar power stone ke buku ini. Terima kasih dan jangan lupa bahagia.