Zalina mengambil langkah kehadapan Bian. Kemudian duduk di atas meja kerja Bian. "Sengaja. Aku mau lihat, macan yang sudah bangun kayak gimana, sih?" goda Zalina, tidak mau kalah.
"Jangan. Nanti kamu kewalahan ngadepinnya."
"Oh, yang benar? Aku jadi penasaran," tanya Zalina meremehkan. Lalu tangan Zalina menarik tangan Bian agar tidak lagi berjarak dengannya.
Merasa sudah mendapat peluang, Bian langsung mencium bibir Zalina dengan lekat, seakan tidak memberi ruang untuk udara lewat. Tangan Zalina mengait leher Bian tanpa ingin melepaskannya untuk sesaat.
"Bagaimana kalau aku di luar kendali?" tanya Bian, sejenak menghentikan ciumannya.
"Aku akan meladeninya. Aku siap untuk di luar kendali juga malam ini," ucap Zalina dengan mantap, membangkitkan gairah Bian lebih tinggi lagi.
Suara desahan Zalina terdengar makin keras saat lidah Bian menelusuri leher Zalina. Senyum bangga tampak jelas di bibir Bian. Zalina tidak sanggup lagi kabur dari jebakannya.