Unduh Aplikasi
11.76% Choice Lover / Chapter 24: Sebuah pengakuan

Bab 24: Sebuah pengakuan

Bab 24

Kami keluar kamar sambil jalan beriringan, Mas Harry menuntunku sampai turun ke lantai bawah.

"Mona, tolong jagain dedek Zahra sebentar, Nak! Bunda mau temanin Papa makan ini," pintaku.

"Dedek udah tidur ya, Bund?"

"Udah, baru aja," sahutku.

"Oke, Mona jagain!" Ia pun langsung menuju ke kamar atas.

"Rey ... yuk makan sekalian!" ku lihat anak sulung Mas Harry sedang duduk di ruang tivi sambil memainkan hapenya.

"Sebentar Bun, lagi nanggung main game nih," sahutnya.

Hidangan makan malam masih hangat di atas meja, ku lihat Mbok Nah dan Melly tak ada di dapur, berarti mereka baru masuk ke kamar, pikirku. Kami melanjutkan makan malam berdua, suasana sedikit mencair di banding sore tadi. Mas Harry mengawali pembicaraan dengan bertanya.

"Mey ... usia Zahra udah berapa bulan?"

"Sudah enam bulan setengah," jawabku.

"Berarti udah selama itulah, kita belum pernah liburan bersama lagi," ucapnya.

"Mas, ada rencana liburan kah?" tanyaku.

"Iya, dong. Week end minggu ini ada tanggal merahnya pas di hari jum'at, cocok untuk liburan bareng keluarga besar kita nih," usulnya.

"Hitung-hitung bulan madu kedua gitu," ucap Mas Harry sambil mengerlingkan sebelah matanya padaku.

"Mas ... sudah gak marah lagi kah?" selidikku.

"Mey, pleaseee ... kamu jangan berhubungan lagi dengan lelaki mana pun, ya!" Ucapnya sambil menggenggam tanganku.

"Jauh sebelum kita kenal, aku sudah jomblo. Gak pernah berurusan dengan lelaki mana pun, Mas! Jadi gak usah takut kalau aku berpaling hati," sahutku tak kalah romantis.

Mendengar ucapanku, Mas Harry mencium punggung tangan ini dengan lembut.

"Besok pagi kita hubungi keluarga masing-masing untuk memberitahukan rencana liburan ini!" pinta suamiku.

"Tapi ... kita mau liburan ke mana, Mas?" tanyaku bingung.

"Kita ke puncak, villa keluarga saya ada di sana," jawabnya antusias.

"Iya kah, kok aku gak tau kalau Mas, ada villa keluarga?"

"Iya lah, karena Mas belum memberitahunya, gimana sih," ledeknya.

"Sengaja Mas pilih liburan ke villa, untuk merayakan bulan madu kita," jelasnya.

Aku tersenyum mendengarnya, sudah terbayang di benakku suasana villa yang nyaman, udara yang sejuk serta tenang, jauh dari hiruk pikuk aktifitas kendaraan. Berjalan berduaan di antara bunga dan dedaunan yang terhampar luas di sekitar villa, sambil bermesraan, bergandengan tangan mendengarkan kata-kata bucin yang keluar dari mulut pasangan masing-masing.

Oh, sungguh indahnya, lamunanku sudah jauh sampai ke sana. Tanpa ku sadari Mas Harry mendekat dan mencium pipiku dengan lembut, sambil meledek.

"Ayo, lagi mikirin yang ehem ... ehem, ya."

"Apaan sih, pasti Mas mikirnya mesu** deh," aku mencebikkan bibir ke arahnya.

"Haa ... haa, mana adaaaa." Ia mencubit pipiku dengan gemas.

"Eheemm ...," Rey yang sedang bermain game melirik ke arah kami berdua. Jadi malu sampai lupa ada anak lajang duduk di ruang tivi sambil main game.

*******

Esok paginya selesai sarapan, Mas Harry dan anak-anak lebih dulu berangkat ke sekolah di antar oleh Pak Surya, setelah itu baru mengantar suamiku ke kantor. Sebelum berangkat ke Butik, aku sempatkan untuk menelfon orangtua menanyakan kabar dan langsung memberitahukan niat kami untuk pergi berlibur ke villa di daerah puncak.

["Assalamu'alaikum, Ma,"] ucapku.

["Wa'alaikumsalam, Mey,"] sahut Mama dari sebrang telfon.

["Keluarga sehat di sana kan, Ma?"]

["Alhamdulillah, Mey, kita semua sehat,"] jawab Mama.

["Begini Ma, rencananya week end ini, Mas Harry mengajak keluarga kita untuk berlibur ke puncak, kebetulan tanggal merah di akhir pekan nanti!"] Jelasku.

["Oh, begitu. Mama senang aja kalau di ajak jalan, udah lama juga gak pergi sekeluarga. Nanti Mama beritahu ke Papa dan adikmu, pasti mereka setuju lah."]

["Keluarga Harry di ajak juga kan?"] tanya Mama.

["Tentu dong, Ma. Entar Mas Harry sendiri yang beritahu ke orangtuanya,"] jelasku.

["Ya-sudah, Mey cuma menyampaikan itu saja. Mau siap-siap buka butik nih. Sudah dulu ya, Ma, entar kita bicara lagi ya."] Aku mengakhiri pembicaraan dan mengucapkan salam lalu menutup telfon.

Beby Zahrana sudah selesai mandi, sudah cantik sedang di gendong oleh Melly. Semua perlengkapan bayiku sudah siap di ruang tamu. Kini giliran membersihkan diri, gegas aku naik ke lantai atas menuju kamar untuk mandi. Sebentar lagi Pak Surya datang menjemput dengan mobil kesayanganku, si silver yang elegant.

Satu jam kemudian, aku telah selesai berbenah diri, memakai syar'i dan hijab yang sepadan warnanya. Oh iya, aku belum sempat mengambil kelas untuk belajar menyetir mobil. Kemarin Pak Surya menawarkan diri untuk mengajari, tapi belum ada waktu luang untuk melakukan itu.

Entar kalau sudah pintar menyetir mobil sendiri, takutnya suamiku makin cemburu pula. Kan tak perlu pakai supir lagi, palingan tugas Pak Surya hanya mengantar jemput Mas Harry dan anak-anak saja, pakai mobil hitam miliknya. Sementara pergi ke butik pakai mobil silver punyaku sendiri, kerenlah pikirku.

Tiin ... tiiin ... tiiin.

Lamunanku buyar mendengar klakson mobil dari luar, gegas ku rapikan sekali lagi penampilan ini, lalu keluar dan mengunci pintu kamar, kemudian turun ke lantai bawah. Aku memanggil Pak Surya untuk memasukkan semua barang ke bagasi mobil. Melly sudah duduk di dalam mobil sambil memangku beby Zahrana. Kami berpamitan dengan Mbok Nah, dan berpesan untuk mengunci pagar dan pintu rumah. Security membuka pagar sambil mengucapkan "hati-hati di jalan."

********

Hari ini minggu terakhir kerja karena besok sudah tanggal merah. Jadi hanya bekerja setengah hari saja, karena sore ini hendak belanja ke supermarket untuk membeli kebutuhan beby Zahrana dan bekal makan menginap di villa nanti. Aku sudah tulis list belanjaan dan total nominalnya juga. Mulai dari beras, mie instant, telur, minyak goreng, krupuk udang, ikan kaleng, saos, sosis dan banyak lagi sedangkan untuk bebyku ada pampers celana, biskuit, bubur bayi, coklat dan crekers camilan paforitku, pokoknya komplit deh.

Derrt ... derrt ...

Mas Harry menelfonku lewat aplikasi berwarna hijau, ia memberitahukan bahwa orangtuanya setuju untuk berlibur bersama kami, begitu juga dengan orangtuaku. Tak payah menyatukan dua keluarga ini karena orangtua kita sudah berteman sejak masa muda dulu. Sore nanti suamiku akan menjemput langsung ke butik lalu ikut berbelanja ke supermarket.

Hari ini lumayan pemasukan dari butik, ada beberapa pelanggan lama datang dan melihat koleksi busana syar'i yang ku tawarkan. Mereka tertarik dengan model yang sedang di gandrungi anak muda sekarang. Syar'i dan hijab yang senada warnanya dengan cara pakai hijab yang simple, seperti tutorial di youtu**. Langsung ku peragakan cara pakainya dan mereka tertarik untuk mencoba kemudian membelinya.

Setelah pelanggan sepi, Ayu dan Dina mendekatiku, sepertinya hendak mengatakan sesuatu. Aku yang sedang merapikan patung maniken ini, mengerutkan dahi melihat mereka saling tolak-tolakan untuk berbicara. Aku duduk di kursi tamu ruang tengah butik.

"Ada apa Ayu, Dina ...?"

"Hmm, sebelumnya saya minta maaf, Bu Mey," ucap Ayu sambil menundukkan kepala.

"A-anu-anu, Bu," Ayu gugup dan terbata-bata.

"Begini Bu Mey," kali ini Dina yang lebih dewasa dari Ayu memberanikan diri untuk berbicara.

"Sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan kami berdua, Bu!" imbuhnya.

"Ada tiga kali lelaki yang bernama Bayu itu datang ke butik ini menanyakan Ibu. Saya bilang kalau Ibu sedang cuti melahirkan."

"Awalnya ia mengaku sebagai saudaranya Ibu, tetapi kenapa ia bertanya kapan dan dengan siapa Ibu menikah, kan sungguh membingungkan." Kali ini Ayu yang bicara.

"Terakhir ia minta nomor telfon, katanya ingin bersilaturahmi ke keluarga Ibu," jelas Ayu dengan suara pelan.

"Lain kali siapa aja tamu yang mencari saya, konfirmasi terlebih dahulu, jangan main kasi nomor hape aja," cecarku ke mereka.

"Apalagi sekarang banyak modus penipuan, kalian harus teliti dan hati-hati. Jangan tertipu dengan penampilan seseorang." Aku bicara sekalian menasihati diri sendiri juga.

Setelah saling mengingatkan, kami pun segera menyusun barang yang baru masuk ke butik tadi pagi. Busana yang di Pesan pelanggan sebelum di ambil, di pajang menggunakan patung maniken terlebih dahulu. Jadi konsumen yang datang bisa tau model busana terkini di butikku.

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C24
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk